Dua belas menit yang lalu...
Aku masih melihat sorot lampu di kamarku
Mendengar bunyi tangis dan ayat suci yang terlantun bersaut
Masih bisa berucap lirih mengikuti apa yang mereka bisikkan
Masih bisa merasakan sakitnya tubuh ini
Tapi tiba-tiba..
Mataku tak bisa melihat cahaya lampu, hanya gelap
Bunyi ayat suci itu samar dan tak kudengar lagi
Mulutku terkunci kaku tanpa bisa berucap kata
Leherku tercekat seperti tertahan sesuatu
Nafasku sesak seakan terhenti
Tubuhku kaku dan tak bisa lagi mengangkatnya
Aku hanya bisa merasakan
Inikah panggilan Sang Kuasa?
Aku akan berpulang
Berlayar untuk kehidupan abadiku
Ikhlas sudah aku bangkit dari ragaku
Untuk semuanya, selamat tinggal
Selamat bertemu kembali di keabadian..
by Melin
Melin's Word
Kamis, 31 Maret 2016
Senin, 25 Januari 2016
Di Penghujung Risau
Terbesit rasa yang tak lagi sejalan
Aku yang ingin berlayar hingga ke pantai impianku
Atau kau yang inginkan aku berbalik arah menuju samudera yang lain
Aku benar-benar mendambakan pantai indah pasir putih kehidupanku
Dan lalui semua meski badai selalu mengoyakku tanpa ampun
Tapi apalah dayaku
Saat kau memintaku berhenti dan menemui impianmu untukku
Ingin ku tolak tawaran manis itu
Tapi aku juga tak ingin sisakan serpihan kecewa di hatimu
Sekali lagi, aku korbankan impian ini untukmu
Tidak apa jika itu membuatmu senang
Tidak masalah meski harus ku kemas erat mimpi indahku dalam balutan senyum palsu untuk menyembunyikannya
Senyum dengan sejuta rasa yang tak mampu ku ungkap di hadapanmu
Biarlah ku simpan dalam, mimpi indahku demi orang yang sangat menghawatirkan aku
Lebih dari dia menghawatirkan hidupnya sendiri..
Roses
#Writer Note
Hai teman-teman..
Terimakasih telah mampir di blogku ;)
Hope u like it
_Melin
Aku yang ingin berlayar hingga ke pantai impianku
Atau kau yang inginkan aku berbalik arah menuju samudera yang lain
Aku benar-benar mendambakan pantai indah pasir putih kehidupanku
Dan lalui semua meski badai selalu mengoyakku tanpa ampun
Tapi apalah dayaku
Saat kau memintaku berhenti dan menemui impianmu untukku
Ingin ku tolak tawaran manis itu
Tapi aku juga tak ingin sisakan serpihan kecewa di hatimu
Sekali lagi, aku korbankan impian ini untukmu
Tidak apa jika itu membuatmu senang
Tidak masalah meski harus ku kemas erat mimpi indahku dalam balutan senyum palsu untuk menyembunyikannya
Senyum dengan sejuta rasa yang tak mampu ku ungkap di hadapanmu
Biarlah ku simpan dalam, mimpi indahku demi orang yang sangat menghawatirkan aku
Lebih dari dia menghawatirkan hidupnya sendiri..
Roses
#Writer Note
Hai teman-teman..
Terimakasih telah mampir di blogku ;)
Hope u like it
_Melin
Sabtu, 16 Januari 2016
Padanan Cintaku dan Bidadarimu
Mengucapkan selamat tinggal adalah hal yang aku benci, jika itu adalah untukmu
Bagaimana jika ternyata keputusanku salah?
Membiarkanmu pergi tanpa sempat mengatakan bahwa aku mencintaimu
Bahkan disaat terakhirmu, aku tak bisa menahannya
Bidadari surga telah membawamu pergi dengan segenap cintanya
Sangat cantik
Dan cukup membuatku tersadar siapakah aku ini
Dia bisa melindungimu, aku hanya bisa melukai
Dia selalu membuatmu bahagia, aku membuatmu berduka
Dia selalu ada untukmu, aku hanya hadir sebagai pengganggu
Dia sempurna di hidupmu, aku hanya jadi mimpi burukmu
Dia mencintaimu dengan hati, aku hanya mencintai dalam bayangmu
Dia dan aku bukan padanan yang setara
Bahkan jika aku mencintaimu, aku akan terlihat sangat hina di depan para bidadari
Ingin rasanya aku pergi jauh
Menuju tebing curam ujung derita
Bahkan jika aku mati ditelan ketinggian,
Apakah kau merasa kehilangan?
Tidak. Kau bahkan tidak bisa merasakannya..
Sesal takkan berarti
Dan aku pun kembali.
Roses
#Writer note
Thanks for visit friends..
Semoga bisa mengobati hati kalian yang sedang berusaha mengikhlaskan seseorang :D
_Melin
Bagaimana jika ternyata keputusanku salah?
Membiarkanmu pergi tanpa sempat mengatakan bahwa aku mencintaimu
Bahkan disaat terakhirmu, aku tak bisa menahannya
Bidadari surga telah membawamu pergi dengan segenap cintanya
Sangat cantik
Dan cukup membuatku tersadar siapakah aku ini
Dia bisa melindungimu, aku hanya bisa melukai
Dia selalu membuatmu bahagia, aku membuatmu berduka
Dia selalu ada untukmu, aku hanya hadir sebagai pengganggu
Dia sempurna di hidupmu, aku hanya jadi mimpi burukmu
Dia mencintaimu dengan hati, aku hanya mencintai dalam bayangmu
Dia dan aku bukan padanan yang setara
Bahkan jika aku mencintaimu, aku akan terlihat sangat hina di depan para bidadari
Ingin rasanya aku pergi jauh
Menuju tebing curam ujung derita
Bahkan jika aku mati ditelan ketinggian,
Apakah kau merasa kehilangan?
Tidak. Kau bahkan tidak bisa merasakannya..
Sesal takkan berarti
Dan aku pun kembali.
Roses
#Writer note
Thanks for visit friends..
Semoga bisa mengobati hati kalian yang sedang berusaha mengikhlaskan seseorang :D
_Melin
Senin, 11 Januari 2016
Selamat Ulang Tahun
Selamat Ulang Tahun
Lembaran hidupmu terus berjalan
Bersama waktu
Bersama alunan nada kehidupanmu yang ditakdirkan Tuhan
Berjuanglah..
Teruslah meraih asa dan cinta untuk yang kamu cinta
Berdo'alah..
Jadilah pemohon yang selalu yakin atas kebesaran Penciptamu
Tapakilah jejak hidupmu
Berlabuhlah meski terhalau badai di tengah samudera
Tersenyumlah meski terkadang hidup tak semanis yang kamu pikirkan
Kuatlah seperti saat kamu memilih lahir sebagai pemenang dan hidup di duniamu yang baru
Ingatlah wajah-wajah yang membuatmu terlahir di dunia
Kenanglah setiap detik masa indah bersamanya
Kamu ada, dan dilahirkan untuk bahagia
Maka carilah kebahagiaan untuk semua yang ingin kau bahagiakan
Tentukan tujuanmu dan melangkahlah..
Jangan pernah menyerah untuk hidup dalam tahun yang masih bisa kamu temui lagi seperti hari ini
Selamat Ulang Tahun
Selamat menempuh hari baru untuk melanjutkan perjalanan hidupmu
Hidup yang masih sangat panjang dengan lukisan masa depan yang kamu impikan..
Roses
#Writer Note
Hai teman-teman..
Aku bawain puisi bertema Ulang Tahun nih :D
Hope you like it, all my friends..
Oh ya. nama pena untuk puisiku ditambah 1 huruf dari Rose menjadi Roses. *harap maklum ya ;D
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan komentar ;)
Your comment is my motivation :)
Terimakasih..
~Melin
Lembaran hidupmu terus berjalan
Bersama waktu
Bersama alunan nada kehidupanmu yang ditakdirkan Tuhan
Berjuanglah..
Teruslah meraih asa dan cinta untuk yang kamu cinta
Berdo'alah..
Jadilah pemohon yang selalu yakin atas kebesaran Penciptamu
Tapakilah jejak hidupmu
Berlabuhlah meski terhalau badai di tengah samudera
Tersenyumlah meski terkadang hidup tak semanis yang kamu pikirkan
Kuatlah seperti saat kamu memilih lahir sebagai pemenang dan hidup di duniamu yang baru
Ingatlah wajah-wajah yang membuatmu terlahir di dunia
Kenanglah setiap detik masa indah bersamanya
Kamu ada, dan dilahirkan untuk bahagia
Maka carilah kebahagiaan untuk semua yang ingin kau bahagiakan
Tentukan tujuanmu dan melangkahlah..
Jangan pernah menyerah untuk hidup dalam tahun yang masih bisa kamu temui lagi seperti hari ini
Selamat Ulang Tahun
Selamat menempuh hari baru untuk melanjutkan perjalanan hidupmu
Hidup yang masih sangat panjang dengan lukisan masa depan yang kamu impikan..
Roses
#Writer Note
Hai teman-teman..
Aku bawain puisi bertema Ulang Tahun nih :D
Hope you like it, all my friends..
Oh ya. nama pena untuk puisiku ditambah 1 huruf dari Rose menjadi Roses. *harap maklum ya ;D
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan komentar ;)
Your comment is my motivation :)
Terimakasih..
~Melin
Rabu, 23 Desember 2015
November Rain (Part 4 -Ending)
November Rain (Part 4 Ending)
by : Melin
"Aku tertarik padamu dengan alasan kamu berbeda dari perempuan yang lain. Tapi, aku mencintaimu tanpa alasan apapun."
Yuna masih mencari sosok Ryuichi yang barusan marah saat menelefon. Karena tidak menemukan dimana pun, Yuna berkali-kali menyentuh icon "call" di ponselnya, tapi Ryuichi tidak menjawabnya, dan belum juga menampakkan dirinya. Yuna akhirnya mengira, Ryuichi sudah keluar kampus. Dia juga berniat pulang karena Ryuichi tidak ada. Saat tiba di lorong untuk pulang Yuna menemukan sosok Tatsuya yang akan berjalan ke arahnya. Baru saja Yuna mau putar balik untuk menghindar dari Tatsuya yang pasti akan menanyakan kejelasan jawaban atas pernyataan cintanya, tiba-tiba tangan seseorang menarik tubuh Yuna dan mendekap mulutnya sambil bersembunyi di sisi lorong yang lain. Yuna terkejut saat tau dia adalah Ryuichi. Belum sempat Yuna bertanya apapun, Ryuichi menyuruhnya diam untuk beberapa waktu dengan jari telunjuk di depan bibir sebagai isyarat saat Tatsuya berjalan di sisi lorong yang lain di depan mereka. Untunglah Tatsuya tidak menengok ke arah persembunyian mereka. Setelah Tatsuya lewat, barulah Yuna angkat bicara.
"Ryu-kun kemana saja? Kenapa tidak jawab telfonnya?"tanya Yuna yang masih kesal karena terlalu lelah mencari keberadaan Ryuichi tadi. Yang ditanya hanya diam dan kini menampakan wajah dinginnya.
"Kenapa Ryu-kun menelefon sambil marah-marah?"tanya Yuna lagi karena lawan bicaranya masih diam.
"Kamu yang kenapa. Kenapa kamu membiarkan dia mendekatimu. Sangat dekat dan kamu hanya diam."jawab Ryuichi yang membuat Yuna tersender di dinding sedangkan tatapannya tidak lepas dari wajah di depannya yang mulai nervous.
"Aku.. aku hanya sedikit gugup. Jadi aku tidak bisa menjawab perkataan Tatsuya."jawab Yuna yang masih di tatap dalam oleh Ryuichi.
"Bukankah aku pernah bilang untuk berhati-hati dengan dia? Apa jadinya jika akhirnya kamu dipermainkan dan ditinggalkan lagi? Mau terjebak bayang-bayang masa lalu lagi?"tanya Ryuichi yang masih marah.
"Ryu-kun melihatku di ruang musik kan?"kata Yuna yang bukannya menjawab pertanyaan Ryuichi malah bertanya balik.
"Ya. Saat kalian sangat dekat dan aku mencegahnya melakukan hal yang macam-macam yang mungkin akan dilakukan padamu."jawab Ryuichi.
"Kenapa tidak kamu temui saja aku dan membawaku pulang? Kenapa Ryu-kun malah marah saat menelefon?"tanya Yuna yang masih tak mengerti arti kemarahan Ryuichi.
"Aku cemburu."jawab Ryuichi singkat tapi sangat meyakinkan. Yuna terkejut mendengarnya. Bahkan dia tak bisa mengeluarkan apa yang akan ditanyakan lagi setelah mendengar jawaban itu. Setelah Ryuichi menjauh dari wajahnya, barulah Yuna mulai bicara.
"Ryu-kun kenapa harus cemburu? Aku tidak melakukan apa pun."jelas Yuna.
"Itu karena.. Ah sudahlah yang penting sekarang kamu baik-baik saja."jawab Ryuichi yang sempat membatalkan apa yang ingin dikatakannya. Dia lalu berjalan keluar diikuti Yuna dibelakangnya.
"Cemburu? Bukankah kita bukan pasangan, dan untuk apa dia cemburu padaku. Apa.. apakah yang dikatakan Neechan itu benar? Ryuichi tertarik padaku? Ah sepertinya tidak mungkin. Apalagi dia selalu bersikap menyebalkan dan dingin padaku. Aku tidak mau lagi merasakan cinta sepihak seperti dulu. Dimana hanya aku yang mencintai Tatsuya sedangkan dia tidak. Tapi.. aku tidak bisa berbohong dengan perasaanku yang mulai menyukai Ryuichi. Meski aku tidak tau seberapa besar dan apa alasannya. Bersama Ryuichi aku bisa melupakan masa laluku. Apa Ryuichi juga bisa melupakan masa lalunya setelah mengenalku? Apa yang harus kulakukan untuk Ryuichi?"tanya Yuna dalam hati. Dia masih mengikuti Ryuichi tanpa kata sedikit pun karena terlalu larut dalam pikirannya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"tanya Ryuichi membuka percakapan.
"Eh? Tidak kok.. tidak ada."jawab Yuna basa-basi.
"Apa Yuna masih mencintai Tatsuya setelah perasaanmu tidak dihargai?"tanya Ryuichi tiba-tiba.
"Entah apa yang menghilangkan cintaku padanya. Aku rasa terlalu buruk untuk mengulang masa lalu yang menyakitkan."jawab Yuna tenang.
"Setiap orang pasti mempunyai masa lalu yang ingin dihapus. Tidak peduli bagaimana sakitnya."kata Ryuichi sambil menatap langit, terlihat menahan rasa yang tak mau ditunjukkan di depan Yuna. Masih teringat jelas di pikirannya, gadis masa lalu yang dicintainya berkata bahwa dirinya mencintai Ryuichi hanya untuk menumpang kepopuleran Ryuichi yang saat itu adalah salah satu murid peringkat atas. Cinta pertama Ryuichi adalah cinta satu hati yang berakhir dengan penghianatan. Gadis masa lalu itu berbohong dengan perasaannya dan menerima cinta Ryuichi begitu saja meski sebenarnya dia sudah memiliki cinta yang lain tanpa Ryuichi tau. Namun, setelah Ryuichi mengetahui semua kebohongan gadis itu, dia mengakhiri hubungannya sebelum dirinya pindah sekolah ke luar negeri di tahun pertama SMA. Setidaknya Ryuichi bisa mengalihkan perhatian dengan berbagai kesibukan di sekolahnya yang baru. Di tahun ke tiga SMA, Ryuichi kembali ke negerinya karena urusan bisnis orang tuanya sudah selesai. Betapa kagetnya dia saat gadis itu menemuinya untuk meminta maaf dan menyatakan cintanya pada Ryuichi. Namun, hati Ryuichi tak lagi hidup dihatinya. Entah karena apa Ryuichi sudah kehilangan perasaan cinta yang dulu pernah dirasakannya. Ryuichi menolaknya dengan halus, tapi gadis itu langsung marah dan membenci Ryuichi.
"Ryu-kun? Apa kamu baik-baik saja?"tanya Yuna yang melihat Ryuichi diam begitu lama.
"Aku baik-baik saja."jawab Ryuichi mencoba menepis bayangan masa lalu di pikirannya.
"Maafkan aku yang telah melibatkanmu dengan masalahku. Tidak seharusnya kamu mengetahui masa laluku."kata Yuna yang jadi merasa bersalah karena mengira Ryuichi masih marah padanya.
"Tidak masalah. Mulai sekarang berhati-hatilah dengan Tatsuya. Jangan sampai dia membencimu hanya karena kamu tidak lagi mencintainya."pesan Ryuichi dengan amarah yang telah padam. Dia mengantarkan Yuna sampai ke halte, dan kembali ke kampus untuk mengikuti jam kuliah tambahan.
***
Sudah dua hari Ryuichi tidak menampakan dirinya untuk pergi ke kampus. Yuna jadi merasa kesepian. Setiap kali ditelfon pasti dia bilang sedang banyak projek di tempat kerja sambilannya dan akan masuk kuliah secepatnya. Tapi Yuna tidak percaya dengan semua itu. Tiba-tiba saja ada pikiran untuk berkunjung ke rumah Ryuichi hanya untuk memastikan apakah dia memang sedang bekerja?
Yuna sudah berada di depan rumah Ryuichi. Setelah menekan bel rumah, seseorang membuka pintu dengan wajah pucat dan rambut berantakan.
"Ryu-kun? Bukankah kamu bilang sekarang sedang bekerja? Apa yang terjadi?"tanya Yuna setelah melihat orang di depannya adalah Ryuichi.
"Hanya sedikit tidak enak badan. Dan.. kenapa Yuna-chan kemari?"tanya Ryuichi yang tidak tau akan kedatangan Yuna.
Aku.. hanya sedang berjalan di depan rumahmu dan melihat jendela kamarnya terbuka. Aku pikir ada Neechan disini."jawab Yuna basa-basi.
"Seharusnya kamu masih ada mata kuliah kan?"tanya Ryuichi menyelidik.
"Ya. Tapi dosennya berhalangan hadir dan aku bisa pulang lebih cepat."jawab Yuna.
"Oh. Begitu ya."jawab Ryuichi seperti biasa.
"Tolong jangan berbohong lagi padaku. Memangnya kamu tidak butuh bantuan orang lain saat sedang sakit?"tanya Yuna yang merasa dibohongi.
"Sudah kubilang aku hanya tidak enak badan. Aku tidak selemah itu."jawab Ryuichi membela diri. Tapi setelah itu dia justru bersin-bersin dan batuk beberapa kali.
"Ayo lekaslah istirahat. Biar kubuatkan sup hangat dan kemudian minum obat."omel Yuna yang semakin khawatir melihat wajah menahan sakit Ryuichi. Setelah mengantarkan Ryuichi kedalam kamarnya, Yuna pergi ke apotek dan membeli sayuran di toko dekat rumah Tatsuya. Setelah itu dia mulai sibuk memotong sayuran dan memasak. setengah jam kemudian Yuna masuk kamar Ryuichi dengan nampan berisi makanan. Ryuichi yang menyadari keberadaan Yuna langsung membuka mata dan bangun perlahan.
"Bangunlah dan ayo makan."kata Yuna sambil meletakkan nampan dan mulai memberikan semangkuk nasi hangat. Ryuichi mulai menyendoknya dan memakan sup perlahan.
"Ini lebih baik dari masakan Neechan. Calon istri yang baik."kata Ryuichi sambil terus menyuapkan makanan. Yuna hanya tersenyum. Ini pertama kalinya Ryuichi memujinya dengan tulus. Yuna langsung memberikan obat dan segelas air setelah Ryuichi menghabiskan sup buatannya.
"Apa obatnya akan membuatku mengantuk?"tanya Ryuichi setelah meminum obat.
"Tidak. Tapi lebih baik tidur saja agar obatnya cepat bereaksi."jawab Yuna menyarankan.
"Tidak bisa. Aku harus mengejar ketertinggalanku selama tiga hari ini. Pasti sudah banyak sekali tugas dari dosen."bantah Ryuichi yang kini menyalakan komputer dan mulai berselancar di internet untuk masuk dalam website universitasnya. Benar juga. Beberapa dosen telah mencantumkan materi beserta tugasnya. Ryuichi mulai fokus mengerjakan tugas di komputernya.
"Apa tidak terlalu memaksa saat kondisimu sedang seperti ini?"tanya Yuna meyakinkan.
"Kalau kamu bisa mengerjakannya sih tidak masalah. Aku akan memanfaatkanmu."jawab Ryuichi yang mulai menggodanya lagi.
"Berhentilah mempermainkan aku."kata Yuna yang tiba-tiba jadi badmood karena Ryuichi.
"Aku bercanda. Cukup melihatmu disini dan aku akan menyelesaikan tugasku lebih cepat. Kamu boleh lakukan apa pun asal tidak terus mengoceh di dekatku."kata Ryuichi sambil tertawa kecil. Yuna hanya bersungut-sungut kecewa karena merasa dirinya sebagai pengganggu. Tapi Yuna menurut saja dan sekarang mulai sibuk melihat-lihat komik koleksi Ryuichi yang lumayan banyak itu. Yuna mengambilnya satu dan kini mulai dibacanya. Sesekali dia tersenyum dan tertawa kecil karena terbawa suasana. Ryuichi yang melihatnya jadi ikutan tersenyum. Dia bahkan sempat berhenti mengetik untuk melihat Yuna yang dipandangnya lebih lama meski yang dipandang tidak juga menyadarinya.
"Tidak sejelek saat aku melihatnya menangis. Dia jadi lebih manis."gumam Ryuichi dalam hati. Namun dia buru-buru melepas pandangannya takut ketauan Yuna.
"Apa yang akan kamu hadiahkan di ulang tahunku bulan ini?"tanya Ryuichi memecah keheningan.
"Mmm.. Rahasia."jawab Yuna sambil tertawa kecil.
"Memangnya apa yang Ryu-kun inginkan?"tanya Yuna penasaran.
"Semua yang membuatku bahagia. Terserah dan jangan tanyakan lagi."jawab Ryuichi santai. Dia masih berkutat dengan tugasnya.
"Baiklah. Jangan marah jika itu adalah hal yang kamu benci. Lihat saja nanti."balas Yuna penuh rahasia. Dia mulai menutup komiknya dan menaiki tangga untuk mengambil buku di rak paling atas yang memang tinggi hampir menyentuh langit-langit. Baru saja menarik buku yang akan diambilnya, Yuna kehilangan keseimbangan.
"Yuna-chan. Awas!!"teriak Ryuichi yang duduk tak jauh dari tempat Yuna. Dia bergegas lari mencoba menyelamatkan Yuna.
"Brukk!!"mereka terjatuh karena Ryuichi terlambat untuk memegang tangga yang dinaiki Yuna. Yuna masih memejamkan matanya karena terlalu syok dengan apa yang sedang terjadi. Beberapa buku itu sempat mengenai kepala Yuna. Ryuichi berhasil menyelamatkan Yuna meski dia merasakan sakit di kepalanya. Setelah sadar Ryuichi terbaring dibawahnya, Yuna mulai terbangun dan cemas melihat Ryuichi yang masih terdiam dengan kening berdarah tertimpa tangga.
"Ryu-kun?! Bangunlah. Tolong buka matamu."kata Yuna panik sambil terus mengoyak tubuh Ryuichi yang masih tak bergerak, membuat Yuna semakin panik karena darahnya masih mengalir di kening kiri Ryuichi.
"Ryuichi tolong bangun! Ayo buka matamu. Jangan tinggalkan aku. Tolong jangan mati. Aku mencintai Ryuichi."teiak Yuna yang memangku kepala Ryuichi dan menggoyang-goyangkan wajah Ryuichi sambil menangis hingga air matanya menetes di pipi Ryuichi.
Ryuichi mendengar teriakan Yuna meski itu samar. Sulit baginya membuka mata dan menggerakkan tubuhnya. Sampai akhirnya dia merasakan tetesan hangat di pipinya dan teriakan yang memanggil-manggil namanya. Mulai samar dan sekarang menjadi semakin jelas. Perlahan dia membuka matanya. Yang pertama dilihatnya adalah wajah sembab yang masih terus meneteskan air mata di pipinya.
"Ryu-kun? Syukurlah kamu siuman."kata Yuna mulai tersenyum dalam menghentikan tangisnya. Dia mulai membantu Ryuichi duduk dan menyenderkannya.
"Apa kamu baik-baik saja?"tanya Ryuichi sambil melihat apakah ada luka di tubuh Yuna.
"Ryu-kun menyelamatkanku. Aku tidak terluka. Maaf membuatmu jadi seperti ini. Ini semua karena kecerobohanku."sesal Yuna pada Ryuichi.
"Berhentilah menyalahkan dirimu."kata Ryuichi sambil menyeka darah di keningnya. Yuna mengambil tas miliknya dan mengambil kotak kecil. Dia mulai menyeka darah Ryuichi perlahan dengan tissue basah. Sesekali Ryuichi mengaduh menahan sakit. Yuna meneteskan obat merah dan mulai menutup luka itu dengan kain kasa, kemudian merekatkan plaster dengan hati-hati. Ryuichi hanya diam sambil memandang keseriusan Yuna yang sangat hati-hati menangani lukanya.
"Pertolongan pertama yang hebat."puji Ryuichi setelah lukanya selesai diatasi.
"Ini bukan apa-apa. Sebenarnya.. Ini pertama kali aku menyentuh darah orang lain. Aku takut darah luka. Itulah kenapa aku tidak bisa menjadi dokter seperti ayah dan kakakku."jawab Yuna malu-malu.
"Bagiku kamu cukup cekatan mengatasi luka meski sempat kulihat tanganmu gemetar. Terimakasih pertolongannya."kata Ryuichi.
"Itu bukan apa-apa. Aku yang seharusnya berterimakasih."kata Yuna.
"Lalu kenapa tidak kamu bersihan ini?"tanya Ryuichi sambil menunjuk pipinya yang basah karena air mata Yuna.
"Oh. Maaf itu tidak disengaja."jawab Yuna sambil menyeka pipi itu. Ryuichi hanya tersenyum geli melihat gelagat Yuna.
"Tidak buruk. Air mata inilah yang mulai menyadarkanku dan mulai mendengar teriakan keras di telingaku. Apa yang tadi kamu ucapkan untuk membangunkan pingsanku?"tanya Ryuichi pura-pura tidak tau. Padahal dia sempat mendengar jelas saat Yuna berteriak dia memcintainya.
"Aku terus memanggil namamu."jawab Yuna gugup saat dia sadar dia sempat mengatakan cintanya ketika Ryuichi pingsan. Yuna memapah Ryuichi ke tempat tidurnya dan membaringkannya. Tidak lama kemudian Ryuichi tertidur pulas. Yuna hanya bisa memandanginya disamping tempat tidur. Dia terduduk sambil tidak henti-hentinya memandang wajah tertidur Ryuichi.
"Ini jauh berbeda dari wajah dinginnya yang menyebalkan. Sebenarnya dia cakep. Hanya saja dia tidak mau memperlihatkannya seperti ini. Kalau saja dia bersikap lebih lembut dan tidak dingin seperti biasanya."gumam Yuna dalam hati sambil tersenyum melihat wajah damai di depannya. Pandangan Yuna tertuju pada komputer Ryuichi yang masih menyala. Dia duduk dan mulai penasaran tugas apa yang sedang dia kerjakan? Yuna berdecak kagum karena hanya satu jam yang lalu saja, Ryuichi sudah mengerjakan tugas yang terlihat rumit dengan angka-angka bertebaran di bawah soal yang tertera. Saat melihat slide tugas yang lain dia menyeringai dan berkata pelan,
"Sudah kuduga. Pasti ada kelemahannya juga"kata Yuna sambil melihat beberapa tugas yang masih kosong yang tentunya bukan mata kuliah khusus teknik. Dengan cekatan Yuna mulai mengetik dan mengisinya soal demi soal. Satu jam kemudian dia telah menyelesaikan semuanya dan tersenyum bangga.
"Begitulah cara kerja anak sastra."kata Yuna memuji dirinya sendiri dan tersenyum puas.
Sudah semakin sore, Yuna berniat ingin pulang. Tapi Ryuichi belum juga bangun dari tidurnya dan Yuna tidak mau membangunkannya. Dia perlahan mengambil tasnya dan duduk sejenak di samping Ryuichi yang masih tertidur.
"Semuanya akan baik-baik saja."kata Yuna pelan sambil tersenyum kecil. Baru saja dia akan bergegas keluar, tangan Ryuichi menahannya. Yuna menengok ke belakang dan mendapati Ryuichi yang sudah membuka lebar kedua matanya tapi masih terbaring.
"Bodoh. Mana ada tamu pulang tanpa izin pemilik rumah."protes Ryuichi yang kemudian mengangkat setengah badannya untuk bangun.
"Mm.. aku tidak mau membangunkan Ryu-kun yang sedang istirahat."jawab Yuna dengan senyum kecilnya.
"Terimakasih. Telah datang dan merawatku hari ini."kata Ryuichi.
Yuna mengangguk mengerti dan tersenyum senang. Dia pamit pulang setelah berpesan agar Ryuichi meminum obat sampai sakitnya sembuh. Ryuichi mengiyakan dan sekarang Yuna menghilang dari pandangan Ryuichi yang melihatnya dari balkon atas jendela kamarnya. Dia kembali masuk ke kamarnya saat sadar tugas kuliahnya belum selesai. Diraihnya mouse komputer dan Ryuichi kaget tugasnya sudah selesai dengan uraian kata-kata yang sangat panjang yang pasti bukan hasil pekerjaannya.
"Bodoh. Aku tidak benar-benar serius untuk memanfaatkanmu dengan menyuruhmu mengerjakan ini."kata Ryuichi yang melihat tugas non tekniknya telah terisi.
***
Sesudah jam kuliah pagi berakhir, Yuna langsung pergi ke gedung fakultas teknik yang letaknya tidak jauh dari gedung fakultas sastra. Matanya hanya mencari satu orang yang ingin ditemuinya. Yuna berlari kecil saat menemukan Ryuichi terduduk di balkon atas. Sesaat setelah sampai di tempat yang dituju, Yuna terbelalak ketika melihat seorang perempuam cantik sedang membuka perban luka Ryuichi dan menggantinya dengan yang baru. Mereka terlihat akrab sambil sesekali bercanda. Membuat Yuna merasa enggan untuk memdekat dan akhirnya pergi meninggalkan mereka. Namun, Ryuichi melihat Yuna yang jelas sempat melihat dirinya bersama perempuan disebelahnya. Dia mengejar Yuna yang kini terduduk di bangku panjang taman belakang.
"Yuna-chan."kata Ryuichi agak keras. Yuna hanya diam dengan raut wajah datar. Ryuichi duduk di dekat Yuna.
"Apa yang membuatmu diam seperti ini?"tanya Ryuichi heran.
"Tidak ada."jawab Yuna lirih dan tidak mau menatap lawan bicaranya.
"Tidak ada? Lalu apa arti diammu ini?"tanya Ryuichi lagi. Yuna masih diam.
"Atau kamu cemburu ya? Melihatku dengan perempuan tadi?"tanya Ryuichi menyelidik.
"Tidak. Dia lebih pantas bersamamu."jawab Yuna.
"Dengar. Aku tidak tertarik dengan cucu nenekku. Aku hanya tertarik dengan orang di depanku ini."jelas Ryuichi setelah mendengar pernyataan Yuna tadi sambil mengangkat dagu Yuna dan menerawang pekat mata yang hampir menangis itu.
"Apa yang barusan dikatakan Ryu-kun? Hanya tertarik padaku? Apa mungkin dia menyadari perasaanku? Ah Mungkin ketertarikan Ryuichi bukan masalah cinta kan?"gumam Yuna dalam hati.
"Aku tertarik pada Yuna-chan dengan alasan Yuna berbeda dari perempuan yang lain. Tapi.. aku mencintai Yuna-chan tanpa alasan apa pun."ucap Ryuichi serius. Kali ini ucapannya benar-benar hangat tidak seperti biasanya.
"Ryu-kun.. Juga mencintaiku..?"kata Yuna dalam hatinya. Dia tak sanggup berucap saat ini. Hanya dengan tersenyum yang tiba-tiba saja teraliri tetes bening air mata yang pasti tidak sengaja ingin dikeluarkannya.
"Aku tidak perlu mendengar jawabanmu sekarang. Aku sudah tau jawabannya dari matamu."ucap Ryuichi sambil menghapus lelehan air mata itu dengan ibu jarinya. Dia mengantarkan Yuna kembali ke gedung fakultas sastra setelah keluar dari area taman belakang fakultas teknik itu.
"Yuna-chan. Lain kali jangan seperti ini lagi. Aku tidak tau harus bagaimana jika ada orang yang tiba-tiba menangis."kata Ryuichi sesaat sebelum Yuna masuk jam kuliah berikutnya.
"Dasar payah."ledek Yuna dengan senyum kecil dan melambaikan tangan setelah Ryuichi mulai pergi.
***
Di perjalanan pulangnya tiba-tiba seseorang yang tidak asing bagi Yuna keluar dari mobilnya dan menemui Yuna. Dengan tampang dinginnya Asami menatap Yuna tajam. Yuna yang ingin menyapanya jadi diam.
"Perempuan macam apa kamu sebenarnya??"tanya Asami yang membuat Yuna heran karena belum tau duduk masalahnya.
"Apa yang kamu maksud?"tanya Yuna tenang.
"Tidak usah pura-pura bodoh. Memangnya apalagi jika bukan Ryuichi. Kenapa kamu merebutnya dariku? Akulah yang lebih dulu mengenal Ryuichi dibanding kamu."kata Asami dengan emosi yang mulai terbakar.
"Aku tidak merebutnya dari siapa pun. Ryuichi berhak memilih siapa yang dicintainya."jawab Yuna.
"Lalu apa yang kamu lakukan di rumah Ryuichi kemarin? Sudah cukup jelas kamu selalu mencari perhatian agar dia mencintaimu kan?"tanya Asami sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Yuna dengan ekspresi marah.
"Aku merawatnya saat dia sakit."jawab Yuna singkat.
"Kamu tidak pantas memiliki Ryuichi. Aku dan dia sudah sangat dekat semenjak SMA. Dan aku lebih mengenal dia dibanding kamu."papar Asami dengan pedenya.
"Tidak masalah. Aku hanya mencintai Ryu-kun. Dan aku tidak akan memaksanya untuk mencintaiku."kata Yuna membela diri.
"Bodoh. Yang aku mau adalah jauhi dia mulai detik ini karena dia adalah milikku sekarang."kata Asami dengan nada penuh tekanan.
"Tidak mau. Lalu apa maksudnya dia telah jadi milikmu?"tanya Yuna penasaran.
"Hari ini aku tidur di rumahnya dan kami jadi sangat dekat. Menjauhlah darinya sebelum kamu sakit hati."pesan Asami dengan mendekatkan mulutnya di dekat telinga Yuna dengan nada rendah. Setelah itu Asami pergi dengan senyum evilnya. Yuna yang mendengarnya jadi terbakar emosi.
"Tidak mungkin. Ryu-kun yang aku kenal bukan orang seperti itu."jawab Yuna sambil berlari dan kecewa atas pernyataan Asami.
***
Saat Yuna dan dua sahabatnya duduk santai di kantin kampus, Tatsuya mendekati Yuna dan bilang ingin bicara sesuatu. Shiori dan Akemi mempersilahkan Tatsuya duduk dan mereka pamit pergi ke kelas mata kuliah berikutnya.
"Yuna-chan.. bagaimana perasaanmu padaku? Apa masih seperti yang dulu?"tanya Tatsuya langsung ke inti pembicaraan.
"Maaf.. Aku tidak lagi memilikinya. Kecuali perasaan biasa sebagai teman. Aku bisa menjadi temanmu."jawab Yuna sambil tersenyum.
"Aku mengerti. Huft.. jika saja waktu bisa diulang kembali. Aku tidak akan menyia-nyiakanmu."jawab Tatsuya sambil menghela nafas.
"Dulu kamu terlalu meremehkan dan tidak menghargai perasaan orang lain. Belajarlah dari ini."kata Yuna berpesan.
"Huh. Selama ini aku terlalu buta melihat ketulusan seseorang. Bahkan aku baru menyadarinya belakangan ini. Benar-benar cinta datang terlambat."keluh Tatsuya sambil tersenyum kecil.
"Percayalah banyak Yuna-chan yang lain nantinya. Apa pun masalahmu tentang mereka nantinya, aku siap membantumu. Kita bisa saja membenci atau saling menjauh karena masalah ini. Tapi damai adalah pilihan yang bijak tanpa kita harus kehilangan teman."papar Yuna panjang lebar.
"Itu memang benar. Terimakasih atas ketulusan hati dan waktu yang kamu korbankan dulu. Aku juga harus menemukan kebahagiaanku yang lain. Jadilah teman baikku, Yuna-chan."kata Tatsuya sebelum meninggalkan Yuna yang masih menikmati coklat panas di mejanya.
"Berjuanglah Tatsuya-kun."kata Yuna sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
***
Sore itu Ryuichi berniat mengajak Yuna pergi ke suatu tempat. Berkali-kali Ryuichi menelefon. Tapi tidak ada jawaban dari Yuna.
"Apa yang terjadi dengannya sekarang?"kata Ryuichi yang mulai cemas. Dia meraih jaketnya dan bergegas keluar rumah menuju rumah Yuna. Begitu pintu depan terbuka, Yuna terkejut karena Ryuichilah yang datang bukan ibunya yang sedang keluar kota bersama ayahnya. Yuna buru-buru menutup pintu karena tidak mau melihat orang dihadapannya. Tapi Ryuichi lebih dulu menahan pintunya.
"Ada apa lagi kali ini?"tanya Ryuichi heran.
"Pulanglah. Aku tidak mau bertemu Ryuichi sekarang."jawab Yuna.
"Apa alasannya? Tolong bilang agar aku tau apa yang terjadi."kata Ryuichi mengharapkan penjelasan Yuna.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sekarang pergilah bersama Asami. Aku tau kalian tidur bersama."teriak Yuna yang kemudian berlari menaiki tangga.
"Yuna-chan tolong jangan salah paham. Dengarkan dulu penjelasanku."jawab Ryuichi yang mengejar Yuna. Tapi Yuna terus menepis dan berusaha lari menuju kamarnya. Tidak ada pilihan lain untuk Ryuichi kecuali menarik tangan Yuna dan mendudukkannya di kamar yang memang letaknya dekat dengan tangga.
"Dengar! Biarkan aku menjelaskan semua ini. Tolong tenanglah."kata Ryuichi lebih tegas. Yuna diam sekarang. Hanya sesenggukan tangisnya yang kini terdengar.
"Yuna-chan cemburu lagi ya?"terka Ryuichi sambil duduk di hadapannya. Yuna hanya diam.
"Asami memang datang ke rumahku tanpa aku memintanya. Seperti biasanya, dia hanya ingin mencari perhatian di depanku meski aku sudah menolaknya dan bilang untuk berteman saja. Tapi dia keras kepala dan terus mengejarku. Untunglah ada Neechan yang dengan susah payah basa-basi padanya dan akhirnya dia tidak bisa terus mendekatiku. Dia marah padaku dan bilang aku tidak menghargai perasaannya. Padahal aku sudah menolaknya dengan cara baik-baik. Apa kamu percaya denganku?"tanya Ryuichi. Yuna hanya mengangguk pelan.
"Maafkan aku. Aku hanya selalu membuatmu menangis."kata Ryuichi merasa bersalah.
"Bukan salah Ryu-kun. Aku hanya terlalu lemah untuk mengendalikan emosi."ucap Yuna.
"Begitu ya. Janji untuk tidak menangis lagi karena emosi?"tantang Ryuichi.
"Ya. Aku akan berusaha tidak menangis lagi karena hal-hal seperti ini."jawab Yuna yakin seraya menghapus air matanya dan tersenyum.
"Bagus. Sekarang ikut aku."kata Ryuichi lega setelah Yuna meredakan emosinya.
"Ikut? Kemana?"tanya Yuna penasaran.
"Ke tempat yang indah."jawab Ryuichi sambil menggandeng tangan Yuna menuruni tangga. Setelah mengunci pintu rumah, Yuna mengekor di belakang Ryuichi menuju mobilnya.
"Tempat seperti apa yang ingin kita datangi?"tanya Yuna tak sabar untuk mengetahuinya.
"Rahasia."jawab Ryuichi sambil terus konsentrasi menyetir. Yuna hanya menghela nafas panjang dengan wajah bete. Ryuichi tertawa melihat tingkah Yuna.
Setengah jam kemudian sampailah mereka di daerah pantai. Yuna terkejut saat mengetahui tempat tujuan Ryuichi adalah pantai. Ryuichi membawa Yuna mendekati deburan ombak pantai sore itu. Lama dia berdiri. Terdiam dan menatap kagum air laut yang berwarna keemasan di batas senja. Sesekali dia menghirup nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Angin yang berhembus pelan menambah kedamaian. Yuna benar-benar terbawa suasana.
"Apa sudah mulai baikan?"tanya Ryuichi setelah Yuna diam beberapa menit.
"Ya. Aku lebih tenang sekarang."jawab Yuna tersenyum ke arah Ryuichi.
"Ini tempat favoritku sejak masih SMA. Menikmati sunset adalah caraku menghilangan semua emosi dan kejenuhan. Berteriaklah jika perlu."kata Ryuichi sambil menerawang jauh. Setelah lama berdiri, mereka duduk di atas pasir putih. Mereka diam. Benar-benar terbawa suasana.
"Yuna-chan."paggil Ryuichi.
"M-hm?"Yuna menengok ke arah Ryuichi.
"Maukah kamu mendengar ceritaku?"tanya Ryuichi memecah kedamaian.
"Dengan senang hati."jawab Yuna sambil membenarkan duduknya menghadap Ryuichi.
"Di suatu hujan yang lebat, aku menemukan sosok baru di hidupku. Dia terlihat polos dan mempunyai wajah ceria yang membuatku ingin bertemu lagi dan lagi. Kepribadiannya tidaklah buruk. Hanya saja dia terlalu mudah membuang air mata. Dia special. Dan berbeda dari perempuan yang lain. Aku mulai tertarik padanya. Aku menyadari ketertarikanku berubah menjadi rasa yang semakin besar. Aku menyukai dia meski aku tidak yakin apakah dia juga menyukaiku. Akhirnya aku tau dia juga menyukaiku. Bahkan dia sempat menangis karena takut aku mati. Dia keras kepala tapi hatinya mudah tersentuh."kata Ryuichi panjang lebar kemudian diam sejenak. Yuna diam menunggu apa yang akan dikatakan Ryuichi. Yuna bisa langsung menebak perempuan itu pasti masa lalu Ryuichi.
"Yun-chan, tolong dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi kata-kataku."kata Ryuichi mulai serius. Yuna mengangguk paham.
"Aku mencintainya tanpa alasan apa pun. Aku hanya merasa aku mencintainya. Salah satu impian terindahku adalah menjadi bagian dari hidupanya dan melewati hidup ini bersamanya. Orang itu adalah kamu, Yuna-chan. Aku mencintaimu."ucap Ryuichi dengan tatapan mata yang lekat ke arah Yuna. Ekspresi Yuna berubah karena tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Perasaan Yuna saat itu adalah senang sekaligus terharu karena kali ini perasaannya terbalas.
"Aku.. Aku juga mencintai Ryuichi-kun. Aku juga ingin menjalani hari-hariku bersamamu. Sejak hadirnya Ryu-kun, hidupku jadi lebih berwarna."ucap Yuna dengan tulus. Matanya tidak bisa lagi menahan air mata bahagia. Tapi dia buru-buru menghapusnya dan menggantinya dengan senyum manis untuk Ryuichi.
"Tidak apa-apa menangis jika ini adalah tangis bahagiamu."kata Ryuichi yang kemudian berdiri dan mengulurkan tangan untuk Yuna. Mereka berlari dan kemudian berhenti sejenak. Dia berteriak keras ke arah laut sambil mengatakan dia mencintai Yuna-chan. Begitu pula Yuna yang ikut berteriak membalas teriakan Ryuichi-kun sebelum akhirnya mereka berjalan meninggalkan pantai.
"Ryu-chan?"tanya Yuna sebelum memasuki mobil.
"Kenapa?"tanya Ryuichi.
"Katakan sekali lagi apa yang kamu ucapkan saat di pantai."kata Yuna memohon.
"Tidak mau. Aku sudah bilang tidak akan mengulang kata-kataku."ledek Ryuichi sambil menyilahkan Yuna duduk di sampingnya.
"Selalu begitu."kata Yuna dengan wajah kesal tapi kemudian tertawa.
***
Ryuichi terbangun saat ponselnya berdering keras karena panggilan masuk. Dengan mata yang masih setengah terpejam Ryuichi mulai berbicara.
"Moshi-moshi."kata Ryuichi setengah sadar.
"Ryu-kun."sapa suara di seberang telefon.
"Yuna-chan?"kata Ryuichi begitu mendengar suara Yuna dan melihat nama penelefon di ponselnya. Seketika matanya terbuka lebar dan sekarang membenarkan posisi duduknya di tempat tidur.
"Yuna-chan.. ada apa tengah malam begini menelefon? Apa ada yang terjadi?"tanya Ryuichi heran.
"Tidak.. Aku hanya tidak bisa tidur dan tiba-tiba teringat Ryu-kun."jawab Yuna pelan.
"Besok kita ketemu saja dan pergi bersama."jawab Ryuichi sambil tersenyum kecil.
"Tidak mau. Aku ingin bertemu sekarang. Apa aku boleh kerumahmu?"tanya Yuna.
"Ini masih tengah malam kan? Tidak baik perempuan berkeliaran di malam hari."kata Ryuichi tegas.
"Tidak mau. Aku sudah di depan gerbang rumahmu. Lihatlah ke bawah."kata Yuna yang sudah ada di halaman rumah Rhuichi. Dengan segera Ryuichi pergi ke arah jendela kamarnya dan menarik tirai horden. Benar saja. Yuna tengah berdiri dibawah rintik gerimis sambil melambaikan tangan kearahnya.
"Bodoh. Apa yang kamu lakukan dibawah hujan?"kata Ryuichi yang langsung menutup telepon dan turun dari kamarnya menemui Yuna. Setelah membuka gerbang rumahnya Ryuichi menarik tangan Yuna dan membawanya ke rumah. Dengan segera Yuna melepas jaketnya yang basah terkena hujan.
"Yuna-chan. Apa yang sebenarnya terjadi?"tanya Ryuichi sambil mengenakan jaketnya ke bahu Yuna. "Tidak ada kok. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu."jawab Yuna santai.
"Tolong jangan berbohong."kata Ryuichi dengan nada serius.
"Bagaimana aku berbohong. Apa kamu lupa atau memang benar-benar lupa?"jawab Yuna tidak kalah serius.
"Apa lagi kali ini?"tanya Ryuichi yang belum tau maksud pembicaraan Yuna.
"Hari ulang tahunmu. Apa kamu benar-benar lupa?"tanya Yuna menyelidik.
"Tanggal berapa sekarang?"tanya Ryuichi sambil melihat ponsel untuk melihat waktu dan tanggal yang tertera. Yuna diam tak mau menjawab.
"Gomen. Ini memang hari ulang tahunku."kata Ryuichi sambil melihat ke arah Yuna.
"Aku hanya ingin jadi yang pertama mengucapkan selamat. Jadi aku ke rumahmu."ucap Yuna ceria.
"Begitu ya. Aku pikir sesuatu terjadi padamu."gumam Ryuichi sambil menghela nafas lega.
"Apa? Apa Ryu-kun tidak suka aku datang? Apa aku mengaggu?"kata Yuna pura-pura marah.
"Bukan.. Bukan begitu. Kamu bisa mengucapkannya lewat telefon tanpa harus berhujan-hujanan seperti ini."jawab Ryuichi gugup.
"Itu kemauanku. So.. Otanjoubi Omedeto Gozaimasu Ryu-chan. Sehat dan Bahagialah selalu. Arigatou. Telah datang dan menjadi bagian hidupku. Aku sangat bahagia. Aku mencintai Ryuichi, Selalu."ucap Yuna kepada orang dihadapannya yang kini terdiam mematung. Mata Ryuichi masih tertuju pada wajah yang tersenyum hangat hanya padanya. Beberapa detik mereka hanya terdiam. Hingga akhirnya Ryuichi menundukkan pandangannya menuju wajah Yuna menjadi sangat dekat. Tiba-tiba saja lampu ruang tamu mati dan mereka berdua kaget. Beberapa saat kemudian Ayumi, kakak Ryuichi turun dari tangga membawa kue ulang tahun dengan lilin-lilin kecil yang menyala di atasnya sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Betapa kagetnya Ryuichi setelah melihat Ayumi yang ternyata diikuti beberapa orang dibelakangnya sambil membawa barang bawaan masing-masing. Ayumi meminta Ryuichi meniup lilin dan semuanya bertepuk tangan. Setelah itu lampu kembali menyala dan Tara... Terlihatlah siapa saja yang ikut bersama Ayumi tadi.
"Apa? Apa yang kalian rencanakan?"tanya Ryuichi kaget dengan semua ini. Dia akhirnya tertawa.
"Surprise.. aku mengajak temanmu dan teman Yuna-chan untuk kejutan ini. Bagaimana bisa kamu hanya merayakan ulang tahun berdua.Tidakkah ingat kamu punya seorang kakak?Huh?"tanya Ayumi sambil menarik pipi Ryuichi setelah meletakkan kue di atas meja.
"Gomen.. Ini semua rencanaku."kata Yuna sambil tersenyum ke arah Ryuichi dan menunjukkan ibu jari dan jari tengah tanda damai (peace). Shiori, Akemi, dan dua orang laki-laki sahabat Ryuichi hanya tertawa ke arah Ryuichi. Dari arah dapur munculah seorang laki-laki membawa banyak makanan di nampannya.
"Ehm.. Kalian melupakan ini untuk pesta perayaan."kata dia dengan ramah dan segera meletakkan makanan-makanan di meja yang kini di bantu oleh Shiori dan Akemi.
"Oneechan. Siapa laki-laki itu? Aku belum pernah bertemu sebelumnya."tanya Ryuichi penasaran dan menunjuk ke arahnya.
"Mmm.. Baiklah akan ku perkenalkan kepada kalian. Ini Ryousuke-chan. Koki terkenal sekaligus Pacar baruku."kata Ayumi sebelum memulai acara makan-makan. Dengan bangga dia menggandeng Ryousuke sambil terus tersenyum.
"Aku Ryousuke. Salam kenal semuanya."sapa laki-laki di sebelah Ayumi ke arah teman-teman Ryuichi.
"Baiklah ayo kita mulai menyantap hidangan paling enak ala chef Ryou. Meski tahun ini ayah dan ibu tidak bisa pulang untuk ini, kehadiran kalian membuat suasananya tetap ramai dan hangat. Terimakasih untuk kehadirannya."kata Ayumi panjang lebar sambil menyilahkan semuanya makan.
"Itadakimasu.."mereka mulai menyantap makanan buatan Ryousuke dan mulai memuji kelezatannya.
"Hey. Bagaimana kalian bisa menyusup ke rumahku tanpa sepengetahuanku? Kapan kalian masuk? Bahkan aku tidak curiga sedikit pun."tanya Ryuichi heran.
"Aku , Yuna dan Ryousuke datang dua jam lalu. Menyiapkan segalanya dikamarku. Dan Ryousuke memasak dibawah."jawab Ayumi antusias.
"Satu setengah jam kemudian kami berempat datang."kata Shiori sambil menengok ke arah Akemi dan dua sahabat Ryuichi.
"Tidakkah kau dengar kedatangan kami yang cukup heboh. Benar-benar."kata Akemi sambil geleng kepala.
"Oh. Aku memberimu sedikit obat tidur di minuman yang kamu pesan sebelum kamu pulang semalam. Gomen."kata seorang sahabat Ryuichi sambil ketawa kecil.
"Ah. Benar-benar perangkap."kata Ryuichi menghela nafas panjang karena merasa dirinya dijebak.Mereka semua tertawa.
Selesai makan, mereka semua asik berkaraoke di ruang musik keluarga.
"Yuna-chan. Arigatou. Untuk datang dalam hidupku. Jangan pernah pergi."kata Ryuichi saat sedang menonton Ayumi dan yang lain berkaraoke ria.
"Aku masih disini."jawab Yuna sambil tertawa.
"Hey apa aku terlihat bercanda?"tanya Ryuichi kesal.
"Ya. Aku juga ingin selalu seperti ini. Selalu bersamamu."jawab Yuna meyakinkan.
"Satu lagi. Mana kado untukku? Kamu berjanji memberikanku kan?"tanya Ryuichi berbisik ke telinga Yuna.
"Oh. Aku hampir lupa. Ini."kata Yuna sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna pink dari dalam tas kecilnya. Ryuichi langsung membuka kotak itu.
"Apa yang kamu lakukan dengan kotak kadonya? Berlapis-lapis sangat banyak."kata Ryuichi yang kini mendapat sebuah kertas kecil berlipat. Dia mulai membacanya.
"Hadiah ulang tahunmu adalah.. Lihat aku?"sontak Ryuichi melihat ke arah Yuna yang bersiap keluar dari ruang musik untuk antisipasi. Yuna menunjukkan foto Ryuichi saat tertidur dengan raut wajah yang tidak wajar. Membuat Ryuichi kaget dengan dirinya sendiri di foto itu.
"Wajah yang akan mencium. Akan kutunjukkan pada mereka semua."ledek Yuna yang kemudian berlari karena Ryuichi mengejarnya. Mereka menuruni tangga dan kini ada di ruang tamu. Yuna terus menghindari Ryuichi yang berusaha meraih fotonya tapi belum juga mendapatkannya.
"Oke Stop! Aku puas membuatmu malu. Ini hanya jebakan juga."kata Yuna tertawa.
"Ini. Hadiah yang seharusnya."kata Yuna sambil menunjukkan foto dirinya dan Ryuichi saat di pantai beberapa hari lalu. Yuna mendekat ke arah Ryuichi dan memandang wajah penuh tanya itu.
"Izinkan aku menjadi hadiah terindah dalam hidupmu."kata Yuna sambil tersenyum kecil dan memberikan foto itu. Ryuichi sempat terdiam dengan apa yang barusan di dengarnya. Yuna berbalik arah berniat kembali ke ruang musik.
"Yuna-chan tunggu."kata Ryuichi bergegas ke arahnya dan memeluknya.
"Terimakasih untuk hadiah terindah yang aku miliki. Aku sangat menyukainya. Aku akan selalu menjaganya."kata Ryuichi bertekad. Yuna mengangguk tersenyum. Keduanya kembali ke ruang karaoke bersama dan kembali tertawa bersama mereka semua di hari bahagia Ryuichi.
-THE END-
Moral Value
-Cinta mudah datang dan pergi. Terkadang Tuhan mempertemukan orang yang salah sebelum menghadirkan orang yang tepat agar kita menyadari tidak semua orang yang kita cintai bisa menjadi milik kita. Mereka dihadirkan sebagai pembelajaran bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa menjadi kenyataan. Agar kita tau betapa penting dan kerasnya perjuangan itu. Kepedihan, pengorbanan dan tekad untuk mengiklaskannya pasti akan digantikan dengan orang yang hatinya jauh lebih baik dan lebih mengerti kamu.. :)
Writer Note
Hai minna.. akhirnya cerpen November Rain Ending Part bisa di publish ^_^
Terimakasih telah meluangkan waktu untuk mengunjungi blogku.
Maaf jika banyak kesalahan dan typo yang masih bertebaran :D
Don't copy. You can share it :)
~Melin
by : Melin
"Aku tertarik padamu dengan alasan kamu berbeda dari perempuan yang lain. Tapi, aku mencintaimu tanpa alasan apapun."
Yuna masih mencari sosok Ryuichi yang barusan marah saat menelefon. Karena tidak menemukan dimana pun, Yuna berkali-kali menyentuh icon "call" di ponselnya, tapi Ryuichi tidak menjawabnya, dan belum juga menampakkan dirinya. Yuna akhirnya mengira, Ryuichi sudah keluar kampus. Dia juga berniat pulang karena Ryuichi tidak ada. Saat tiba di lorong untuk pulang Yuna menemukan sosok Tatsuya yang akan berjalan ke arahnya. Baru saja Yuna mau putar balik untuk menghindar dari Tatsuya yang pasti akan menanyakan kejelasan jawaban atas pernyataan cintanya, tiba-tiba tangan seseorang menarik tubuh Yuna dan mendekap mulutnya sambil bersembunyi di sisi lorong yang lain. Yuna terkejut saat tau dia adalah Ryuichi. Belum sempat Yuna bertanya apapun, Ryuichi menyuruhnya diam untuk beberapa waktu dengan jari telunjuk di depan bibir sebagai isyarat saat Tatsuya berjalan di sisi lorong yang lain di depan mereka. Untunglah Tatsuya tidak menengok ke arah persembunyian mereka. Setelah Tatsuya lewat, barulah Yuna angkat bicara.
"Ryu-kun kemana saja? Kenapa tidak jawab telfonnya?"tanya Yuna yang masih kesal karena terlalu lelah mencari keberadaan Ryuichi tadi. Yang ditanya hanya diam dan kini menampakan wajah dinginnya.
"Kenapa Ryu-kun menelefon sambil marah-marah?"tanya Yuna lagi karena lawan bicaranya masih diam.
"Kamu yang kenapa. Kenapa kamu membiarkan dia mendekatimu. Sangat dekat dan kamu hanya diam."jawab Ryuichi yang membuat Yuna tersender di dinding sedangkan tatapannya tidak lepas dari wajah di depannya yang mulai nervous.
"Aku.. aku hanya sedikit gugup. Jadi aku tidak bisa menjawab perkataan Tatsuya."jawab Yuna yang masih di tatap dalam oleh Ryuichi.
"Bukankah aku pernah bilang untuk berhati-hati dengan dia? Apa jadinya jika akhirnya kamu dipermainkan dan ditinggalkan lagi? Mau terjebak bayang-bayang masa lalu lagi?"tanya Ryuichi yang masih marah.
"Ryu-kun melihatku di ruang musik kan?"kata Yuna yang bukannya menjawab pertanyaan Ryuichi malah bertanya balik.
"Ya. Saat kalian sangat dekat dan aku mencegahnya melakukan hal yang macam-macam yang mungkin akan dilakukan padamu."jawab Ryuichi.
"Kenapa tidak kamu temui saja aku dan membawaku pulang? Kenapa Ryu-kun malah marah saat menelefon?"tanya Yuna yang masih tak mengerti arti kemarahan Ryuichi.
"Aku cemburu."jawab Ryuichi singkat tapi sangat meyakinkan. Yuna terkejut mendengarnya. Bahkan dia tak bisa mengeluarkan apa yang akan ditanyakan lagi setelah mendengar jawaban itu. Setelah Ryuichi menjauh dari wajahnya, barulah Yuna mulai bicara.
"Ryu-kun kenapa harus cemburu? Aku tidak melakukan apa pun."jelas Yuna.
"Itu karena.. Ah sudahlah yang penting sekarang kamu baik-baik saja."jawab Ryuichi yang sempat membatalkan apa yang ingin dikatakannya. Dia lalu berjalan keluar diikuti Yuna dibelakangnya.
"Cemburu? Bukankah kita bukan pasangan, dan untuk apa dia cemburu padaku. Apa.. apakah yang dikatakan Neechan itu benar? Ryuichi tertarik padaku? Ah sepertinya tidak mungkin. Apalagi dia selalu bersikap menyebalkan dan dingin padaku. Aku tidak mau lagi merasakan cinta sepihak seperti dulu. Dimana hanya aku yang mencintai Tatsuya sedangkan dia tidak. Tapi.. aku tidak bisa berbohong dengan perasaanku yang mulai menyukai Ryuichi. Meski aku tidak tau seberapa besar dan apa alasannya. Bersama Ryuichi aku bisa melupakan masa laluku. Apa Ryuichi juga bisa melupakan masa lalunya setelah mengenalku? Apa yang harus kulakukan untuk Ryuichi?"tanya Yuna dalam hati. Dia masih mengikuti Ryuichi tanpa kata sedikit pun karena terlalu larut dalam pikirannya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"tanya Ryuichi membuka percakapan.
"Eh? Tidak kok.. tidak ada."jawab Yuna basa-basi.
"Apa Yuna masih mencintai Tatsuya setelah perasaanmu tidak dihargai?"tanya Ryuichi tiba-tiba.
"Entah apa yang menghilangkan cintaku padanya. Aku rasa terlalu buruk untuk mengulang masa lalu yang menyakitkan."jawab Yuna tenang.
"Setiap orang pasti mempunyai masa lalu yang ingin dihapus. Tidak peduli bagaimana sakitnya."kata Ryuichi sambil menatap langit, terlihat menahan rasa yang tak mau ditunjukkan di depan Yuna. Masih teringat jelas di pikirannya, gadis masa lalu yang dicintainya berkata bahwa dirinya mencintai Ryuichi hanya untuk menumpang kepopuleran Ryuichi yang saat itu adalah salah satu murid peringkat atas. Cinta pertama Ryuichi adalah cinta satu hati yang berakhir dengan penghianatan. Gadis masa lalu itu berbohong dengan perasaannya dan menerima cinta Ryuichi begitu saja meski sebenarnya dia sudah memiliki cinta yang lain tanpa Ryuichi tau. Namun, setelah Ryuichi mengetahui semua kebohongan gadis itu, dia mengakhiri hubungannya sebelum dirinya pindah sekolah ke luar negeri di tahun pertama SMA. Setidaknya Ryuichi bisa mengalihkan perhatian dengan berbagai kesibukan di sekolahnya yang baru. Di tahun ke tiga SMA, Ryuichi kembali ke negerinya karena urusan bisnis orang tuanya sudah selesai. Betapa kagetnya dia saat gadis itu menemuinya untuk meminta maaf dan menyatakan cintanya pada Ryuichi. Namun, hati Ryuichi tak lagi hidup dihatinya. Entah karena apa Ryuichi sudah kehilangan perasaan cinta yang dulu pernah dirasakannya. Ryuichi menolaknya dengan halus, tapi gadis itu langsung marah dan membenci Ryuichi.
"Ryu-kun? Apa kamu baik-baik saja?"tanya Yuna yang melihat Ryuichi diam begitu lama.
"Aku baik-baik saja."jawab Ryuichi mencoba menepis bayangan masa lalu di pikirannya.
"Maafkan aku yang telah melibatkanmu dengan masalahku. Tidak seharusnya kamu mengetahui masa laluku."kata Yuna yang jadi merasa bersalah karena mengira Ryuichi masih marah padanya.
"Tidak masalah. Mulai sekarang berhati-hatilah dengan Tatsuya. Jangan sampai dia membencimu hanya karena kamu tidak lagi mencintainya."pesan Ryuichi dengan amarah yang telah padam. Dia mengantarkan Yuna sampai ke halte, dan kembali ke kampus untuk mengikuti jam kuliah tambahan.
***
Sudah dua hari Ryuichi tidak menampakan dirinya untuk pergi ke kampus. Yuna jadi merasa kesepian. Setiap kali ditelfon pasti dia bilang sedang banyak projek di tempat kerja sambilannya dan akan masuk kuliah secepatnya. Tapi Yuna tidak percaya dengan semua itu. Tiba-tiba saja ada pikiran untuk berkunjung ke rumah Ryuichi hanya untuk memastikan apakah dia memang sedang bekerja?
Yuna sudah berada di depan rumah Ryuichi. Setelah menekan bel rumah, seseorang membuka pintu dengan wajah pucat dan rambut berantakan.
"Ryu-kun? Bukankah kamu bilang sekarang sedang bekerja? Apa yang terjadi?"tanya Yuna setelah melihat orang di depannya adalah Ryuichi.
"Hanya sedikit tidak enak badan. Dan.. kenapa Yuna-chan kemari?"tanya Ryuichi yang tidak tau akan kedatangan Yuna.
Aku.. hanya sedang berjalan di depan rumahmu dan melihat jendela kamarnya terbuka. Aku pikir ada Neechan disini."jawab Yuna basa-basi.
"Seharusnya kamu masih ada mata kuliah kan?"tanya Ryuichi menyelidik.
"Ya. Tapi dosennya berhalangan hadir dan aku bisa pulang lebih cepat."jawab Yuna.
"Oh. Begitu ya."jawab Ryuichi seperti biasa.
"Tolong jangan berbohong lagi padaku. Memangnya kamu tidak butuh bantuan orang lain saat sedang sakit?"tanya Yuna yang merasa dibohongi.
"Sudah kubilang aku hanya tidak enak badan. Aku tidak selemah itu."jawab Ryuichi membela diri. Tapi setelah itu dia justru bersin-bersin dan batuk beberapa kali.
"Ayo lekaslah istirahat. Biar kubuatkan sup hangat dan kemudian minum obat."omel Yuna yang semakin khawatir melihat wajah menahan sakit Ryuichi. Setelah mengantarkan Ryuichi kedalam kamarnya, Yuna pergi ke apotek dan membeli sayuran di toko dekat rumah Tatsuya. Setelah itu dia mulai sibuk memotong sayuran dan memasak. setengah jam kemudian Yuna masuk kamar Ryuichi dengan nampan berisi makanan. Ryuichi yang menyadari keberadaan Yuna langsung membuka mata dan bangun perlahan.
"Bangunlah dan ayo makan."kata Yuna sambil meletakkan nampan dan mulai memberikan semangkuk nasi hangat. Ryuichi mulai menyendoknya dan memakan sup perlahan.
"Ini lebih baik dari masakan Neechan. Calon istri yang baik."kata Ryuichi sambil terus menyuapkan makanan. Yuna hanya tersenyum. Ini pertama kalinya Ryuichi memujinya dengan tulus. Yuna langsung memberikan obat dan segelas air setelah Ryuichi menghabiskan sup buatannya.
"Apa obatnya akan membuatku mengantuk?"tanya Ryuichi setelah meminum obat.
"Tidak. Tapi lebih baik tidur saja agar obatnya cepat bereaksi."jawab Yuna menyarankan.
"Tidak bisa. Aku harus mengejar ketertinggalanku selama tiga hari ini. Pasti sudah banyak sekali tugas dari dosen."bantah Ryuichi yang kini menyalakan komputer dan mulai berselancar di internet untuk masuk dalam website universitasnya. Benar juga. Beberapa dosen telah mencantumkan materi beserta tugasnya. Ryuichi mulai fokus mengerjakan tugas di komputernya.
"Apa tidak terlalu memaksa saat kondisimu sedang seperti ini?"tanya Yuna meyakinkan.
"Kalau kamu bisa mengerjakannya sih tidak masalah. Aku akan memanfaatkanmu."jawab Ryuichi yang mulai menggodanya lagi.
"Berhentilah mempermainkan aku."kata Yuna yang tiba-tiba jadi badmood karena Ryuichi.
"Aku bercanda. Cukup melihatmu disini dan aku akan menyelesaikan tugasku lebih cepat. Kamu boleh lakukan apa pun asal tidak terus mengoceh di dekatku."kata Ryuichi sambil tertawa kecil. Yuna hanya bersungut-sungut kecewa karena merasa dirinya sebagai pengganggu. Tapi Yuna menurut saja dan sekarang mulai sibuk melihat-lihat komik koleksi Ryuichi yang lumayan banyak itu. Yuna mengambilnya satu dan kini mulai dibacanya. Sesekali dia tersenyum dan tertawa kecil karena terbawa suasana. Ryuichi yang melihatnya jadi ikutan tersenyum. Dia bahkan sempat berhenti mengetik untuk melihat Yuna yang dipandangnya lebih lama meski yang dipandang tidak juga menyadarinya.
"Tidak sejelek saat aku melihatnya menangis. Dia jadi lebih manis."gumam Ryuichi dalam hati. Namun dia buru-buru melepas pandangannya takut ketauan Yuna.
"Apa yang akan kamu hadiahkan di ulang tahunku bulan ini?"tanya Ryuichi memecah keheningan.
"Mmm.. Rahasia."jawab Yuna sambil tertawa kecil.
"Memangnya apa yang Ryu-kun inginkan?"tanya Yuna penasaran.
"Semua yang membuatku bahagia. Terserah dan jangan tanyakan lagi."jawab Ryuichi santai. Dia masih berkutat dengan tugasnya.
"Baiklah. Jangan marah jika itu adalah hal yang kamu benci. Lihat saja nanti."balas Yuna penuh rahasia. Dia mulai menutup komiknya dan menaiki tangga untuk mengambil buku di rak paling atas yang memang tinggi hampir menyentuh langit-langit. Baru saja menarik buku yang akan diambilnya, Yuna kehilangan keseimbangan.
"Yuna-chan. Awas!!"teriak Ryuichi yang duduk tak jauh dari tempat Yuna. Dia bergegas lari mencoba menyelamatkan Yuna.
"Brukk!!"mereka terjatuh karena Ryuichi terlambat untuk memegang tangga yang dinaiki Yuna. Yuna masih memejamkan matanya karena terlalu syok dengan apa yang sedang terjadi. Beberapa buku itu sempat mengenai kepala Yuna. Ryuichi berhasil menyelamatkan Yuna meski dia merasakan sakit di kepalanya. Setelah sadar Ryuichi terbaring dibawahnya, Yuna mulai terbangun dan cemas melihat Ryuichi yang masih terdiam dengan kening berdarah tertimpa tangga.
"Ryu-kun?! Bangunlah. Tolong buka matamu."kata Yuna panik sambil terus mengoyak tubuh Ryuichi yang masih tak bergerak, membuat Yuna semakin panik karena darahnya masih mengalir di kening kiri Ryuichi.
"Ryuichi tolong bangun! Ayo buka matamu. Jangan tinggalkan aku. Tolong jangan mati. Aku mencintai Ryuichi."teiak Yuna yang memangku kepala Ryuichi dan menggoyang-goyangkan wajah Ryuichi sambil menangis hingga air matanya menetes di pipi Ryuichi.
Ryuichi mendengar teriakan Yuna meski itu samar. Sulit baginya membuka mata dan menggerakkan tubuhnya. Sampai akhirnya dia merasakan tetesan hangat di pipinya dan teriakan yang memanggil-manggil namanya. Mulai samar dan sekarang menjadi semakin jelas. Perlahan dia membuka matanya. Yang pertama dilihatnya adalah wajah sembab yang masih terus meneteskan air mata di pipinya.
"Ryu-kun? Syukurlah kamu siuman."kata Yuna mulai tersenyum dalam menghentikan tangisnya. Dia mulai membantu Ryuichi duduk dan menyenderkannya.
"Apa kamu baik-baik saja?"tanya Ryuichi sambil melihat apakah ada luka di tubuh Yuna.
"Ryu-kun menyelamatkanku. Aku tidak terluka. Maaf membuatmu jadi seperti ini. Ini semua karena kecerobohanku."sesal Yuna pada Ryuichi.
"Berhentilah menyalahkan dirimu."kata Ryuichi sambil menyeka darah di keningnya. Yuna mengambil tas miliknya dan mengambil kotak kecil. Dia mulai menyeka darah Ryuichi perlahan dengan tissue basah. Sesekali Ryuichi mengaduh menahan sakit. Yuna meneteskan obat merah dan mulai menutup luka itu dengan kain kasa, kemudian merekatkan plaster dengan hati-hati. Ryuichi hanya diam sambil memandang keseriusan Yuna yang sangat hati-hati menangani lukanya.
"Pertolongan pertama yang hebat."puji Ryuichi setelah lukanya selesai diatasi.
"Ini bukan apa-apa. Sebenarnya.. Ini pertama kali aku menyentuh darah orang lain. Aku takut darah luka. Itulah kenapa aku tidak bisa menjadi dokter seperti ayah dan kakakku."jawab Yuna malu-malu.
"Bagiku kamu cukup cekatan mengatasi luka meski sempat kulihat tanganmu gemetar. Terimakasih pertolongannya."kata Ryuichi.
"Itu bukan apa-apa. Aku yang seharusnya berterimakasih."kata Yuna.
"Lalu kenapa tidak kamu bersihan ini?"tanya Ryuichi sambil menunjuk pipinya yang basah karena air mata Yuna.
"Oh. Maaf itu tidak disengaja."jawab Yuna sambil menyeka pipi itu. Ryuichi hanya tersenyum geli melihat gelagat Yuna.
"Tidak buruk. Air mata inilah yang mulai menyadarkanku dan mulai mendengar teriakan keras di telingaku. Apa yang tadi kamu ucapkan untuk membangunkan pingsanku?"tanya Ryuichi pura-pura tidak tau. Padahal dia sempat mendengar jelas saat Yuna berteriak dia memcintainya.
"Aku terus memanggil namamu."jawab Yuna gugup saat dia sadar dia sempat mengatakan cintanya ketika Ryuichi pingsan. Yuna memapah Ryuichi ke tempat tidurnya dan membaringkannya. Tidak lama kemudian Ryuichi tertidur pulas. Yuna hanya bisa memandanginya disamping tempat tidur. Dia terduduk sambil tidak henti-hentinya memandang wajah tertidur Ryuichi.
"Ini jauh berbeda dari wajah dinginnya yang menyebalkan. Sebenarnya dia cakep. Hanya saja dia tidak mau memperlihatkannya seperti ini. Kalau saja dia bersikap lebih lembut dan tidak dingin seperti biasanya."gumam Yuna dalam hati sambil tersenyum melihat wajah damai di depannya. Pandangan Yuna tertuju pada komputer Ryuichi yang masih menyala. Dia duduk dan mulai penasaran tugas apa yang sedang dia kerjakan? Yuna berdecak kagum karena hanya satu jam yang lalu saja, Ryuichi sudah mengerjakan tugas yang terlihat rumit dengan angka-angka bertebaran di bawah soal yang tertera. Saat melihat slide tugas yang lain dia menyeringai dan berkata pelan,
"Sudah kuduga. Pasti ada kelemahannya juga"kata Yuna sambil melihat beberapa tugas yang masih kosong yang tentunya bukan mata kuliah khusus teknik. Dengan cekatan Yuna mulai mengetik dan mengisinya soal demi soal. Satu jam kemudian dia telah menyelesaikan semuanya dan tersenyum bangga.
"Begitulah cara kerja anak sastra."kata Yuna memuji dirinya sendiri dan tersenyum puas.
Sudah semakin sore, Yuna berniat ingin pulang. Tapi Ryuichi belum juga bangun dari tidurnya dan Yuna tidak mau membangunkannya. Dia perlahan mengambil tasnya dan duduk sejenak di samping Ryuichi yang masih tertidur.
"Semuanya akan baik-baik saja."kata Yuna pelan sambil tersenyum kecil. Baru saja dia akan bergegas keluar, tangan Ryuichi menahannya. Yuna menengok ke belakang dan mendapati Ryuichi yang sudah membuka lebar kedua matanya tapi masih terbaring.
"Bodoh. Mana ada tamu pulang tanpa izin pemilik rumah."protes Ryuichi yang kemudian mengangkat setengah badannya untuk bangun.
"Mm.. aku tidak mau membangunkan Ryu-kun yang sedang istirahat."jawab Yuna dengan senyum kecilnya.
"Terimakasih. Telah datang dan merawatku hari ini."kata Ryuichi.
Yuna mengangguk mengerti dan tersenyum senang. Dia pamit pulang setelah berpesan agar Ryuichi meminum obat sampai sakitnya sembuh. Ryuichi mengiyakan dan sekarang Yuna menghilang dari pandangan Ryuichi yang melihatnya dari balkon atas jendela kamarnya. Dia kembali masuk ke kamarnya saat sadar tugas kuliahnya belum selesai. Diraihnya mouse komputer dan Ryuichi kaget tugasnya sudah selesai dengan uraian kata-kata yang sangat panjang yang pasti bukan hasil pekerjaannya.
"Bodoh. Aku tidak benar-benar serius untuk memanfaatkanmu dengan menyuruhmu mengerjakan ini."kata Ryuichi yang melihat tugas non tekniknya telah terisi.
***
Sesudah jam kuliah pagi berakhir, Yuna langsung pergi ke gedung fakultas teknik yang letaknya tidak jauh dari gedung fakultas sastra. Matanya hanya mencari satu orang yang ingin ditemuinya. Yuna berlari kecil saat menemukan Ryuichi terduduk di balkon atas. Sesaat setelah sampai di tempat yang dituju, Yuna terbelalak ketika melihat seorang perempuam cantik sedang membuka perban luka Ryuichi dan menggantinya dengan yang baru. Mereka terlihat akrab sambil sesekali bercanda. Membuat Yuna merasa enggan untuk memdekat dan akhirnya pergi meninggalkan mereka. Namun, Ryuichi melihat Yuna yang jelas sempat melihat dirinya bersama perempuan disebelahnya. Dia mengejar Yuna yang kini terduduk di bangku panjang taman belakang.
"Yuna-chan."kata Ryuichi agak keras. Yuna hanya diam dengan raut wajah datar. Ryuichi duduk di dekat Yuna.
"Apa yang membuatmu diam seperti ini?"tanya Ryuichi heran.
"Tidak ada."jawab Yuna lirih dan tidak mau menatap lawan bicaranya.
"Tidak ada? Lalu apa arti diammu ini?"tanya Ryuichi lagi. Yuna masih diam.
"Atau kamu cemburu ya? Melihatku dengan perempuan tadi?"tanya Ryuichi menyelidik.
"Tidak. Dia lebih pantas bersamamu."jawab Yuna.
"Dengar. Aku tidak tertarik dengan cucu nenekku. Aku hanya tertarik dengan orang di depanku ini."jelas Ryuichi setelah mendengar pernyataan Yuna tadi sambil mengangkat dagu Yuna dan menerawang pekat mata yang hampir menangis itu.
"Apa yang barusan dikatakan Ryu-kun? Hanya tertarik padaku? Apa mungkin dia menyadari perasaanku? Ah Mungkin ketertarikan Ryuichi bukan masalah cinta kan?"gumam Yuna dalam hati.
"Aku tertarik pada Yuna-chan dengan alasan Yuna berbeda dari perempuan yang lain. Tapi.. aku mencintai Yuna-chan tanpa alasan apa pun."ucap Ryuichi serius. Kali ini ucapannya benar-benar hangat tidak seperti biasanya.
"Ryu-kun.. Juga mencintaiku..?"kata Yuna dalam hatinya. Dia tak sanggup berucap saat ini. Hanya dengan tersenyum yang tiba-tiba saja teraliri tetes bening air mata yang pasti tidak sengaja ingin dikeluarkannya.
"Aku tidak perlu mendengar jawabanmu sekarang. Aku sudah tau jawabannya dari matamu."ucap Ryuichi sambil menghapus lelehan air mata itu dengan ibu jarinya. Dia mengantarkan Yuna kembali ke gedung fakultas sastra setelah keluar dari area taman belakang fakultas teknik itu.
"Yuna-chan. Lain kali jangan seperti ini lagi. Aku tidak tau harus bagaimana jika ada orang yang tiba-tiba menangis."kata Ryuichi sesaat sebelum Yuna masuk jam kuliah berikutnya.
"Dasar payah."ledek Yuna dengan senyum kecil dan melambaikan tangan setelah Ryuichi mulai pergi.
***
Di perjalanan pulangnya tiba-tiba seseorang yang tidak asing bagi Yuna keluar dari mobilnya dan menemui Yuna. Dengan tampang dinginnya Asami menatap Yuna tajam. Yuna yang ingin menyapanya jadi diam.
"Perempuan macam apa kamu sebenarnya??"tanya Asami yang membuat Yuna heran karena belum tau duduk masalahnya.
"Apa yang kamu maksud?"tanya Yuna tenang.
"Tidak usah pura-pura bodoh. Memangnya apalagi jika bukan Ryuichi. Kenapa kamu merebutnya dariku? Akulah yang lebih dulu mengenal Ryuichi dibanding kamu."kata Asami dengan emosi yang mulai terbakar.
"Aku tidak merebutnya dari siapa pun. Ryuichi berhak memilih siapa yang dicintainya."jawab Yuna.
"Lalu apa yang kamu lakukan di rumah Ryuichi kemarin? Sudah cukup jelas kamu selalu mencari perhatian agar dia mencintaimu kan?"tanya Asami sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Yuna dengan ekspresi marah.
"Aku merawatnya saat dia sakit."jawab Yuna singkat.
"Kamu tidak pantas memiliki Ryuichi. Aku dan dia sudah sangat dekat semenjak SMA. Dan aku lebih mengenal dia dibanding kamu."papar Asami dengan pedenya.
"Tidak masalah. Aku hanya mencintai Ryu-kun. Dan aku tidak akan memaksanya untuk mencintaiku."kata Yuna membela diri.
"Bodoh. Yang aku mau adalah jauhi dia mulai detik ini karena dia adalah milikku sekarang."kata Asami dengan nada penuh tekanan.
"Tidak mau. Lalu apa maksudnya dia telah jadi milikmu?"tanya Yuna penasaran.
"Hari ini aku tidur di rumahnya dan kami jadi sangat dekat. Menjauhlah darinya sebelum kamu sakit hati."pesan Asami dengan mendekatkan mulutnya di dekat telinga Yuna dengan nada rendah. Setelah itu Asami pergi dengan senyum evilnya. Yuna yang mendengarnya jadi terbakar emosi.
"Tidak mungkin. Ryu-kun yang aku kenal bukan orang seperti itu."jawab Yuna sambil berlari dan kecewa atas pernyataan Asami.
***
Saat Yuna dan dua sahabatnya duduk santai di kantin kampus, Tatsuya mendekati Yuna dan bilang ingin bicara sesuatu. Shiori dan Akemi mempersilahkan Tatsuya duduk dan mereka pamit pergi ke kelas mata kuliah berikutnya.
"Yuna-chan.. bagaimana perasaanmu padaku? Apa masih seperti yang dulu?"tanya Tatsuya langsung ke inti pembicaraan.
"Maaf.. Aku tidak lagi memilikinya. Kecuali perasaan biasa sebagai teman. Aku bisa menjadi temanmu."jawab Yuna sambil tersenyum.
"Aku mengerti. Huft.. jika saja waktu bisa diulang kembali. Aku tidak akan menyia-nyiakanmu."jawab Tatsuya sambil menghela nafas.
"Dulu kamu terlalu meremehkan dan tidak menghargai perasaan orang lain. Belajarlah dari ini."kata Yuna berpesan.
"Huh. Selama ini aku terlalu buta melihat ketulusan seseorang. Bahkan aku baru menyadarinya belakangan ini. Benar-benar cinta datang terlambat."keluh Tatsuya sambil tersenyum kecil.
"Percayalah banyak Yuna-chan yang lain nantinya. Apa pun masalahmu tentang mereka nantinya, aku siap membantumu. Kita bisa saja membenci atau saling menjauh karena masalah ini. Tapi damai adalah pilihan yang bijak tanpa kita harus kehilangan teman."papar Yuna panjang lebar.
"Itu memang benar. Terimakasih atas ketulusan hati dan waktu yang kamu korbankan dulu. Aku juga harus menemukan kebahagiaanku yang lain. Jadilah teman baikku, Yuna-chan."kata Tatsuya sebelum meninggalkan Yuna yang masih menikmati coklat panas di mejanya.
"Berjuanglah Tatsuya-kun."kata Yuna sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
***
Sore itu Ryuichi berniat mengajak Yuna pergi ke suatu tempat. Berkali-kali Ryuichi menelefon. Tapi tidak ada jawaban dari Yuna.
"Apa yang terjadi dengannya sekarang?"kata Ryuichi yang mulai cemas. Dia meraih jaketnya dan bergegas keluar rumah menuju rumah Yuna. Begitu pintu depan terbuka, Yuna terkejut karena Ryuichilah yang datang bukan ibunya yang sedang keluar kota bersama ayahnya. Yuna buru-buru menutup pintu karena tidak mau melihat orang dihadapannya. Tapi Ryuichi lebih dulu menahan pintunya.
"Ada apa lagi kali ini?"tanya Ryuichi heran.
"Pulanglah. Aku tidak mau bertemu Ryuichi sekarang."jawab Yuna.
"Apa alasannya? Tolong bilang agar aku tau apa yang terjadi."kata Ryuichi mengharapkan penjelasan Yuna.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sekarang pergilah bersama Asami. Aku tau kalian tidur bersama."teriak Yuna yang kemudian berlari menaiki tangga.
"Yuna-chan tolong jangan salah paham. Dengarkan dulu penjelasanku."jawab Ryuichi yang mengejar Yuna. Tapi Yuna terus menepis dan berusaha lari menuju kamarnya. Tidak ada pilihan lain untuk Ryuichi kecuali menarik tangan Yuna dan mendudukkannya di kamar yang memang letaknya dekat dengan tangga.
"Dengar! Biarkan aku menjelaskan semua ini. Tolong tenanglah."kata Ryuichi lebih tegas. Yuna diam sekarang. Hanya sesenggukan tangisnya yang kini terdengar.
"Yuna-chan cemburu lagi ya?"terka Ryuichi sambil duduk di hadapannya. Yuna hanya diam.
"Asami memang datang ke rumahku tanpa aku memintanya. Seperti biasanya, dia hanya ingin mencari perhatian di depanku meski aku sudah menolaknya dan bilang untuk berteman saja. Tapi dia keras kepala dan terus mengejarku. Untunglah ada Neechan yang dengan susah payah basa-basi padanya dan akhirnya dia tidak bisa terus mendekatiku. Dia marah padaku dan bilang aku tidak menghargai perasaannya. Padahal aku sudah menolaknya dengan cara baik-baik. Apa kamu percaya denganku?"tanya Ryuichi. Yuna hanya mengangguk pelan.
"Maafkan aku. Aku hanya selalu membuatmu menangis."kata Ryuichi merasa bersalah.
"Bukan salah Ryu-kun. Aku hanya terlalu lemah untuk mengendalikan emosi."ucap Yuna.
"Begitu ya. Janji untuk tidak menangis lagi karena emosi?"tantang Ryuichi.
"Ya. Aku akan berusaha tidak menangis lagi karena hal-hal seperti ini."jawab Yuna yakin seraya menghapus air matanya dan tersenyum.
"Bagus. Sekarang ikut aku."kata Ryuichi lega setelah Yuna meredakan emosinya.
"Ikut? Kemana?"tanya Yuna penasaran.
"Ke tempat yang indah."jawab Ryuichi sambil menggandeng tangan Yuna menuruni tangga. Setelah mengunci pintu rumah, Yuna mengekor di belakang Ryuichi menuju mobilnya.
"Tempat seperti apa yang ingin kita datangi?"tanya Yuna tak sabar untuk mengetahuinya.
"Rahasia."jawab Ryuichi sambil terus konsentrasi menyetir. Yuna hanya menghela nafas panjang dengan wajah bete. Ryuichi tertawa melihat tingkah Yuna.
Setengah jam kemudian sampailah mereka di daerah pantai. Yuna terkejut saat mengetahui tempat tujuan Ryuichi adalah pantai. Ryuichi membawa Yuna mendekati deburan ombak pantai sore itu. Lama dia berdiri. Terdiam dan menatap kagum air laut yang berwarna keemasan di batas senja. Sesekali dia menghirup nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Angin yang berhembus pelan menambah kedamaian. Yuna benar-benar terbawa suasana.
"Apa sudah mulai baikan?"tanya Ryuichi setelah Yuna diam beberapa menit.
"Ya. Aku lebih tenang sekarang."jawab Yuna tersenyum ke arah Ryuichi.
"Ini tempat favoritku sejak masih SMA. Menikmati sunset adalah caraku menghilangan semua emosi dan kejenuhan. Berteriaklah jika perlu."kata Ryuichi sambil menerawang jauh. Setelah lama berdiri, mereka duduk di atas pasir putih. Mereka diam. Benar-benar terbawa suasana.
"Yuna-chan."paggil Ryuichi.
"M-hm?"Yuna menengok ke arah Ryuichi.
"Maukah kamu mendengar ceritaku?"tanya Ryuichi memecah kedamaian.
"Dengan senang hati."jawab Yuna sambil membenarkan duduknya menghadap Ryuichi.
"Di suatu hujan yang lebat, aku menemukan sosok baru di hidupku. Dia terlihat polos dan mempunyai wajah ceria yang membuatku ingin bertemu lagi dan lagi. Kepribadiannya tidaklah buruk. Hanya saja dia terlalu mudah membuang air mata. Dia special. Dan berbeda dari perempuan yang lain. Aku mulai tertarik padanya. Aku menyadari ketertarikanku berubah menjadi rasa yang semakin besar. Aku menyukai dia meski aku tidak yakin apakah dia juga menyukaiku. Akhirnya aku tau dia juga menyukaiku. Bahkan dia sempat menangis karena takut aku mati. Dia keras kepala tapi hatinya mudah tersentuh."kata Ryuichi panjang lebar kemudian diam sejenak. Yuna diam menunggu apa yang akan dikatakan Ryuichi. Yuna bisa langsung menebak perempuan itu pasti masa lalu Ryuichi.
"Yun-chan, tolong dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi kata-kataku."kata Ryuichi mulai serius. Yuna mengangguk paham.
"Aku mencintainya tanpa alasan apa pun. Aku hanya merasa aku mencintainya. Salah satu impian terindahku adalah menjadi bagian dari hidupanya dan melewati hidup ini bersamanya. Orang itu adalah kamu, Yuna-chan. Aku mencintaimu."ucap Ryuichi dengan tatapan mata yang lekat ke arah Yuna. Ekspresi Yuna berubah karena tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Perasaan Yuna saat itu adalah senang sekaligus terharu karena kali ini perasaannya terbalas.
"Aku.. Aku juga mencintai Ryuichi-kun. Aku juga ingin menjalani hari-hariku bersamamu. Sejak hadirnya Ryu-kun, hidupku jadi lebih berwarna."ucap Yuna dengan tulus. Matanya tidak bisa lagi menahan air mata bahagia. Tapi dia buru-buru menghapusnya dan menggantinya dengan senyum manis untuk Ryuichi.
"Tidak apa-apa menangis jika ini adalah tangis bahagiamu."kata Ryuichi yang kemudian berdiri dan mengulurkan tangan untuk Yuna. Mereka berlari dan kemudian berhenti sejenak. Dia berteriak keras ke arah laut sambil mengatakan dia mencintai Yuna-chan. Begitu pula Yuna yang ikut berteriak membalas teriakan Ryuichi-kun sebelum akhirnya mereka berjalan meninggalkan pantai.
"Ryu-chan?"tanya Yuna sebelum memasuki mobil.
"Kenapa?"tanya Ryuichi.
"Katakan sekali lagi apa yang kamu ucapkan saat di pantai."kata Yuna memohon.
"Tidak mau. Aku sudah bilang tidak akan mengulang kata-kataku."ledek Ryuichi sambil menyilahkan Yuna duduk di sampingnya.
"Selalu begitu."kata Yuna dengan wajah kesal tapi kemudian tertawa.
***
Ryuichi terbangun saat ponselnya berdering keras karena panggilan masuk. Dengan mata yang masih setengah terpejam Ryuichi mulai berbicara.
"Moshi-moshi."kata Ryuichi setengah sadar.
"Ryu-kun."sapa suara di seberang telefon.
"Yuna-chan?"kata Ryuichi begitu mendengar suara Yuna dan melihat nama penelefon di ponselnya. Seketika matanya terbuka lebar dan sekarang membenarkan posisi duduknya di tempat tidur.
"Yuna-chan.. ada apa tengah malam begini menelefon? Apa ada yang terjadi?"tanya Ryuichi heran.
"Tidak.. Aku hanya tidak bisa tidur dan tiba-tiba teringat Ryu-kun."jawab Yuna pelan.
"Besok kita ketemu saja dan pergi bersama."jawab Ryuichi sambil tersenyum kecil.
"Tidak mau. Aku ingin bertemu sekarang. Apa aku boleh kerumahmu?"tanya Yuna.
"Ini masih tengah malam kan? Tidak baik perempuan berkeliaran di malam hari."kata Ryuichi tegas.
"Tidak mau. Aku sudah di depan gerbang rumahmu. Lihatlah ke bawah."kata Yuna yang sudah ada di halaman rumah Rhuichi. Dengan segera Ryuichi pergi ke arah jendela kamarnya dan menarik tirai horden. Benar saja. Yuna tengah berdiri dibawah rintik gerimis sambil melambaikan tangan kearahnya.
"Bodoh. Apa yang kamu lakukan dibawah hujan?"kata Ryuichi yang langsung menutup telepon dan turun dari kamarnya menemui Yuna. Setelah membuka gerbang rumahnya Ryuichi menarik tangan Yuna dan membawanya ke rumah. Dengan segera Yuna melepas jaketnya yang basah terkena hujan.
"Yuna-chan. Apa yang sebenarnya terjadi?"tanya Ryuichi sambil mengenakan jaketnya ke bahu Yuna. "Tidak ada kok. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu."jawab Yuna santai.
"Tolong jangan berbohong."kata Ryuichi dengan nada serius.
"Bagaimana aku berbohong. Apa kamu lupa atau memang benar-benar lupa?"jawab Yuna tidak kalah serius.
"Apa lagi kali ini?"tanya Ryuichi yang belum tau maksud pembicaraan Yuna.
"Hari ulang tahunmu. Apa kamu benar-benar lupa?"tanya Yuna menyelidik.
"Tanggal berapa sekarang?"tanya Ryuichi sambil melihat ponsel untuk melihat waktu dan tanggal yang tertera. Yuna diam tak mau menjawab.
"Gomen. Ini memang hari ulang tahunku."kata Ryuichi sambil melihat ke arah Yuna.
"Aku hanya ingin jadi yang pertama mengucapkan selamat. Jadi aku ke rumahmu."ucap Yuna ceria.
"Begitu ya. Aku pikir sesuatu terjadi padamu."gumam Ryuichi sambil menghela nafas lega.
"Apa? Apa Ryu-kun tidak suka aku datang? Apa aku mengaggu?"kata Yuna pura-pura marah.
"Bukan.. Bukan begitu. Kamu bisa mengucapkannya lewat telefon tanpa harus berhujan-hujanan seperti ini."jawab Ryuichi gugup.
"Itu kemauanku. So.. Otanjoubi Omedeto Gozaimasu Ryu-chan. Sehat dan Bahagialah selalu. Arigatou. Telah datang dan menjadi bagian hidupku. Aku sangat bahagia. Aku mencintai Ryuichi, Selalu."ucap Yuna kepada orang dihadapannya yang kini terdiam mematung. Mata Ryuichi masih tertuju pada wajah yang tersenyum hangat hanya padanya. Beberapa detik mereka hanya terdiam. Hingga akhirnya Ryuichi menundukkan pandangannya menuju wajah Yuna menjadi sangat dekat. Tiba-tiba saja lampu ruang tamu mati dan mereka berdua kaget. Beberapa saat kemudian Ayumi, kakak Ryuichi turun dari tangga membawa kue ulang tahun dengan lilin-lilin kecil yang menyala di atasnya sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Betapa kagetnya Ryuichi setelah melihat Ayumi yang ternyata diikuti beberapa orang dibelakangnya sambil membawa barang bawaan masing-masing. Ayumi meminta Ryuichi meniup lilin dan semuanya bertepuk tangan. Setelah itu lampu kembali menyala dan Tara... Terlihatlah siapa saja yang ikut bersama Ayumi tadi.
"Apa? Apa yang kalian rencanakan?"tanya Ryuichi kaget dengan semua ini. Dia akhirnya tertawa.
"Surprise.. aku mengajak temanmu dan teman Yuna-chan untuk kejutan ini. Bagaimana bisa kamu hanya merayakan ulang tahun berdua.Tidakkah ingat kamu punya seorang kakak?Huh?"tanya Ayumi sambil menarik pipi Ryuichi setelah meletakkan kue di atas meja.
"Gomen.. Ini semua rencanaku."kata Yuna sambil tersenyum ke arah Ryuichi dan menunjukkan ibu jari dan jari tengah tanda damai (peace). Shiori, Akemi, dan dua orang laki-laki sahabat Ryuichi hanya tertawa ke arah Ryuichi. Dari arah dapur munculah seorang laki-laki membawa banyak makanan di nampannya.
"Ehm.. Kalian melupakan ini untuk pesta perayaan."kata dia dengan ramah dan segera meletakkan makanan-makanan di meja yang kini di bantu oleh Shiori dan Akemi.
"Oneechan. Siapa laki-laki itu? Aku belum pernah bertemu sebelumnya."tanya Ryuichi penasaran dan menunjuk ke arahnya.
"Mmm.. Baiklah akan ku perkenalkan kepada kalian. Ini Ryousuke-chan. Koki terkenal sekaligus Pacar baruku."kata Ayumi sebelum memulai acara makan-makan. Dengan bangga dia menggandeng Ryousuke sambil terus tersenyum.
"Aku Ryousuke. Salam kenal semuanya."sapa laki-laki di sebelah Ayumi ke arah teman-teman Ryuichi.
"Baiklah ayo kita mulai menyantap hidangan paling enak ala chef Ryou. Meski tahun ini ayah dan ibu tidak bisa pulang untuk ini, kehadiran kalian membuat suasananya tetap ramai dan hangat. Terimakasih untuk kehadirannya."kata Ayumi panjang lebar sambil menyilahkan semuanya makan.
"Itadakimasu.."mereka mulai menyantap makanan buatan Ryousuke dan mulai memuji kelezatannya.
"Hey. Bagaimana kalian bisa menyusup ke rumahku tanpa sepengetahuanku? Kapan kalian masuk? Bahkan aku tidak curiga sedikit pun."tanya Ryuichi heran.
"Aku , Yuna dan Ryousuke datang dua jam lalu. Menyiapkan segalanya dikamarku. Dan Ryousuke memasak dibawah."jawab Ayumi antusias.
"Satu setengah jam kemudian kami berempat datang."kata Shiori sambil menengok ke arah Akemi dan dua sahabat Ryuichi.
"Tidakkah kau dengar kedatangan kami yang cukup heboh. Benar-benar."kata Akemi sambil geleng kepala.
"Oh. Aku memberimu sedikit obat tidur di minuman yang kamu pesan sebelum kamu pulang semalam. Gomen."kata seorang sahabat Ryuichi sambil ketawa kecil.
"Ah. Benar-benar perangkap."kata Ryuichi menghela nafas panjang karena merasa dirinya dijebak.Mereka semua tertawa.
Selesai makan, mereka semua asik berkaraoke di ruang musik keluarga.
"Yuna-chan. Arigatou. Untuk datang dalam hidupku. Jangan pernah pergi."kata Ryuichi saat sedang menonton Ayumi dan yang lain berkaraoke ria.
"Aku masih disini."jawab Yuna sambil tertawa.
"Hey apa aku terlihat bercanda?"tanya Ryuichi kesal.
"Ya. Aku juga ingin selalu seperti ini. Selalu bersamamu."jawab Yuna meyakinkan.
"Satu lagi. Mana kado untukku? Kamu berjanji memberikanku kan?"tanya Ryuichi berbisik ke telinga Yuna.
"Oh. Aku hampir lupa. Ini."kata Yuna sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna pink dari dalam tas kecilnya. Ryuichi langsung membuka kotak itu.
"Apa yang kamu lakukan dengan kotak kadonya? Berlapis-lapis sangat banyak."kata Ryuichi yang kini mendapat sebuah kertas kecil berlipat. Dia mulai membacanya.
"Hadiah ulang tahunmu adalah.. Lihat aku?"sontak Ryuichi melihat ke arah Yuna yang bersiap keluar dari ruang musik untuk antisipasi. Yuna menunjukkan foto Ryuichi saat tertidur dengan raut wajah yang tidak wajar. Membuat Ryuichi kaget dengan dirinya sendiri di foto itu.
"Wajah yang akan mencium. Akan kutunjukkan pada mereka semua."ledek Yuna yang kemudian berlari karena Ryuichi mengejarnya. Mereka menuruni tangga dan kini ada di ruang tamu. Yuna terus menghindari Ryuichi yang berusaha meraih fotonya tapi belum juga mendapatkannya.
"Oke Stop! Aku puas membuatmu malu. Ini hanya jebakan juga."kata Yuna tertawa.
"Ini. Hadiah yang seharusnya."kata Yuna sambil menunjukkan foto dirinya dan Ryuichi saat di pantai beberapa hari lalu. Yuna mendekat ke arah Ryuichi dan memandang wajah penuh tanya itu.
"Izinkan aku menjadi hadiah terindah dalam hidupmu."kata Yuna sambil tersenyum kecil dan memberikan foto itu. Ryuichi sempat terdiam dengan apa yang barusan di dengarnya. Yuna berbalik arah berniat kembali ke ruang musik.
"Yuna-chan tunggu."kata Ryuichi bergegas ke arahnya dan memeluknya.
"Terimakasih untuk hadiah terindah yang aku miliki. Aku sangat menyukainya. Aku akan selalu menjaganya."kata Ryuichi bertekad. Yuna mengangguk tersenyum. Keduanya kembali ke ruang karaoke bersama dan kembali tertawa bersama mereka semua di hari bahagia Ryuichi.
-THE END-
Moral Value
-Cinta mudah datang dan pergi. Terkadang Tuhan mempertemukan orang yang salah sebelum menghadirkan orang yang tepat agar kita menyadari tidak semua orang yang kita cintai bisa menjadi milik kita. Mereka dihadirkan sebagai pembelajaran bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa menjadi kenyataan. Agar kita tau betapa penting dan kerasnya perjuangan itu. Kepedihan, pengorbanan dan tekad untuk mengiklaskannya pasti akan digantikan dengan orang yang hatinya jauh lebih baik dan lebih mengerti kamu.. :)
Writer Note
Hai minna.. akhirnya cerpen November Rain Ending Part bisa di publish ^_^
Terimakasih telah meluangkan waktu untuk mengunjungi blogku.
Maaf jika banyak kesalahan dan typo yang masih bertebaran :D
Don't copy. You can share it :)
~Melin
Selasa, 01 Desember 2015
November Rain ( Part 3 )
November Rain (Part 3)
by : Melin
"Kenapa cintamu datang saat hatiku telah pergi?"
Yuna masih memikirkan dua orang yang saling berbantah karena dirinya. Dia masih larut dengan pernyataan Tatsuya, laki-laki yang dulu dikejarnya mati-matian, menjadi temannya dan kemudian dibenci gara-gara Yuna mencintai Tatsuya yang saat itu sedang mempunyai gebetan baru. Disaat Yuna telah menghilangkan perasaannya pada Tatsuya, dia justru datang kembali dan meminta maaf. Yuna memang memaafkannya. Tapi untuk perasaannya, dia tak lagi mengharapkan hati Tatsuya yang dulu menolaknya secara menyakitkan. Mungkin dia sudah tertuju pada hati yang lain. Hanya saja Yuna belum terlalu yakin dengan perasaannya. Dia hanya tidak ingin kisah pahitnya terulang kembali. Lamunan panjang Yuna terpecah saat bunyi ponsel Ryuichi mengagetkannya.
"Moshi-moshi.."kata Ryuichi mulai bicara.
"Ryu-chan.. kampus akan mengadakan meeting sekarang. Ini sangat mendadak. Bisakah kamu bilang Yuna-chan untuk menunggu 2-3 jam lagi? Kalau kalian tidak mau menunggu di apartemenku main saja dulu ke daerah sekitar. Maaf sangat mendadak yaa.. bye."kata Ayumi dari seberang telepon. Tapi dia langsung memutuskan panggilan membuat Ryuichi tidak bisa bertanya apa pun.
"Neechan ada meeting mendadak. Tunggu 2-3 jam lagi." kata Ryuichi sembari meletakkan ponselnya ke dalam saku.
"Eh? 3 jam? Kalau begitu aku harus pulang terlebih dahulu dan datang setelah Neechan pulang rapat."jawab Yuna santai.
"Tidak usah pulang. Bukankah aku telah berjanji mengantarkanmu?"kata Ryuichi mengingatkan.
"Tidak masalah. Aku bisa ke sana sendiri."jawab Yuna meyakinkan.
"Kalau begitu bagaimana jika kita menunggu Neechan dengan pergi ke taman hiburan di dekat apartemennya. Bagaimana?"tawar Ryuichi yang tidak mau membiarkan Yuna pergi sendirian ke rumah kakaknya.
"Sebenarnya aku belum pernah ke taman hiburan hanya dengan seseorang. Apa ini akan tetap seru?"tanya Yuna ragu. Dia selalu datang ke taman hiburan dengan sahabatnya dan mengajak banyak teman yang lain.
"Oh ya? Apa artinya kamu tidak pernah kesana untuk kencan?"goda Ryuichi sambil menundukkan kepalanya dan sedikit berbisik di telinga Yuna.
"Bukan begitu. Uhh!! Ryuichi-kun menyebalkan."protes Yuna yang kesal karena merasa diejek. Ryuichi hanya tersenyum dingin.
"Kalau begitu ayo kita pergi sekarang. Anggap saja ini kencan."ajak Ryuichi yang tidak memberikan kesempatan Yuna untuk menolak ajakannya karena dia menarik tangan Yuna dan terus berjalan menuju halte. Ryuichi memilih diam dan hanya mendengarkan semua kata-kata Yuna. Dia hanya tersenyum dingin ke arah Yuna padahal sebenarnya dia ingin sekali tertawa dengan sikap Yuna yang dianggapnya terlalu polos.
Tiga puluh menit kemudian mereka sudah ada di pintu utama taman hiburan. Banyak orang dan anak-anak berlalu lalang menuju wahana yang mereka inginkan.
"Aku tidak yakin ini akan seseru biasanya."kata Yuna mencoba membuat Ryuichi ragu.
"Tidak akan. Kupastikan ini lebih seru."jawab Ryuichi yakin. Dia langsung mengajak Yuna mencoba suatu wahana. Teriakan mulai terdengar saat tubuh mereka dan yang lain terbawa roller coaster yang berputar, berbelok, dan menukik dari ketinggian 70 meter. Yuna berteriak histeris diikuti tawa Ryuichi yang mengejek Yuna terlalu takut. Tapi Yuna justru berkata dalam teriaknya, Ryuichilah yang penakut. Mereka masih tertawa selepas mencoba wahana yang satu ini dan masih mengatur nafas yang hampir habis setelah uji nyali diatas roller coaster. Yuna berjalan mendahului Ryuichi. Dia ingin menaiki dodonpa. Tapi Ryuichi merekomendasikan wahana rumah hantu. Yuna jelas ingin menolak karena dia memang takut hantu. Tapi lagi-lagi dia sok pemberani hanya karena benci Ryuichi yang selalu meledeknya 'si penakut'.
"Apa kamu yakin memasuki rumah hantu ini? Kupikir ini terlalu ekstrim untuk seorang penakut."ledek Ryuichi.
"Sudah kubilang aku bukan penakut."tegas Yuna kesal.
"Kalau begitu, ayo kita buktikan."tantang Ryuichi sambil mendorong tubuh Yuna perlahan memasuki rumah hantu. Suasana jadi mistis bagi Yuna. Hanya keremangan cahaya yang nampak di labirin rumah hantu itu. Nyali Yuna jadi menciut saat ada bunyi-bunyi menakutkan ala hantu. Ryuichi hanya mengikuti Yuna dari belakang sambil tersenyum kecil menunggu orang di depannya itu berteriak dan bilang sebenarnya dia takut hantu. Namun sudah 15 menit berlalu Yuna masih fokus mencari jalan keluar dan berusaha tidak menampakkan ketakutannya.
"Hmm.. dia cukup nekat juga."gumam Ryuichi dalam hati dengan senyum evilnya. Kali ini Yuna sudah mulai berteriak saat hantu-hantu penghuni labirin mulai bernampakan. Sesekali dia lari sangat cepat membuat Ryuichi harus ikut berlari dibelakangnya.
"Segitu saja keberanianmu."tantang Ryuichi sambil ketawa kecil.
"Ryuichi-kun! Berhentilah menertawakanku dan bantu aku menemukan jalan keluar."teriak Yuna karena Ryuichi hanya mengikuti Yuna saja tanpa mau berfikir menghindar dari gangguan para hantu.
"Ah sebenarnya kamu sudah melewati lorong ini tiga kali. Tidakkah kamu lihat lampu redup dengan lukisan hantu sadako ini ada di perempatan lorong? 3 diantaranya sudah kita lewati."kata Ryuichi sambil menunjuk lukisan di depannya. Yuna sangat kesal begitu tau Ryuichi sengaja mempermainkannya.
"Ryuichi-kun!! Disaat darurat begini berani-beraninya kamu bercanda. Awas saja kau."kata Yuna yang mulai naik darah sambil melayangkan tinjunya ke wajah Ryuichi. Namun dia segera menangkisnya.
"Oh. Ada zombie di belakang kita. Cepat lari."perintah Ryuichi sambil menarik tangan Yuna. Kali ini Ryuichi yang mencari celah dan jalan keluar dari kejaran zombie. Yuna hanya berteriak-teriak saat melihat zombie itu hampir menyentuh tangannya.
"Tenanglah dan diam. Suaramu membuat telingaku berdenging dan sulit berfikir mencari jalan keluar."omel Ryuichi sambil terus berlari membawa Yuna. Kali ini Yuna mengikuti kata-kata Ryuichi dan pasrah mau dibawa kemana dirinya. Yuna menggerutu pada dirinya sendiri yang meyakinkan bahwa dia tidak takut hantu. Sebenarnya dia tidak akan mau jika tadi dia tak diejek Ryuichi. Baginya, diremehkan adalah sebuah penghinaan atas harga dirinya. Tapi apalah daya, kenyataan bahwa hantu memang menakutkan tidak dapat dipungkiri oleh Yuna saat ini. Sudah sekitar 60 menit mereka berada dalam labirin berhantu. Yuna sudah semakin kehilangan energi. Larinya tidak secepat tadi, membuat Ryuichi semakin memakai tenaganya untuk menarik paksa dan membawanya lari saat bertemu dengan sadako, hantu dengan kaki dan tangan yang sangat panjang.
"Aku tidak mau lagi. Ini semakin mengerikan."teriak Yuna yang kini mulai ketakutan setelah melihat wajah hantu sadako.
"Tenanglah. Mereka semua manusia. Dia hanya bertugas menakuti kita."jawab Ryuichi. Dia mulai cemas karena Yuna mulai lemas dan tidak bertenaga.
"Yuna-chan? Apa kamu baik-baik saja?"tanya Ryuichi khawatir. Yang ditanya hanya diam karena masih syok dengan hantu sadako tadi.
"Yuna-chan? Kamu dengar kan?"tanya Ryuichi sambil mengoyak bahu Yuna. Saat itulah dia tau bahwa Yuna menangis.
"Yuna-chan tidak apa-apa. Ini hanya bohongan. Tenanglah."kata Ryuichi. Dia menarik Yuna dan menenggelamkan wajah ketakutan itu dalam pelukannya.
"Jangan takut. Kita sudah keluar dari rumah hantu."kata Ryuichi menenangkan.
"Aku tidak mau seperti ini lagi. Sebenarnya aku takut hantu."ucap Yuna jujur. Ryuichi mengangguk mengerti. Dia melepaskan pelukannya dan menghapus lelehan air mata di wajah Yuna.
"Kamu sangat jelek jika menangis. Tersenyumlah. Malu dilihat orang, tau."kata Ryuichi mengingatkan sambil memaksa Yuna tersenyum dengan menarik kedua pipinya hingga bibir Yuna melengkung simetris. Yuna hanya mengangguk mengiyakan dan tersenyum lega.
"Seperti ini ya rasanya menyelamatkan diri dari bahaya."tanya Yuna yang masih tak percaya dirinya bisa keluar dari rumah hantu.
"Berdo'alah agar kamu tidak pernah melihat hantu. Hanya simulasi seperti ini saja sudah mau pingsan. Dasar penakut."ledek Ryuichi dengan wajah dingin setelah kondisi Yuna membaik. Yuna hanya mendengus kesal melihat Ryuichi yang menyebalkan lagi.
"Bukk!!"sebuah tinju melayang dari tangan Yuna menuju perut Ryuichi secara tiba-tiba.
"Aduh. Sakit tau!"erang Ryuichi yang tidak tau Yuna akan memukul tiba-tiba.
"Rasakan! Ini untuk tingkah menyebalkanmu waktu di rumah hantu. Mana ada kencan sehorror tadi. Menyebalkan."kata Yuna yang masih sedikit kesal dengan Ryuichi.
"Bodoh. Yang aku bilang kencan itu hanya bercanda. Atau kamu memang mengharapkan kencan denganku ya?"ledek Ryuichi yang selalu membuat Yuna jengkel.
"Malas berkencan dengan orang menyebalkan. Tidak ada sisi baiknya. Apalagi romantis."jawab Yuna tak mau kalah.
"Oh begitu? Akan kupastikan kamu hanya mau berkencan denganku."jawab Ryuichi dengan pedenya. Yuna hanya menjawab itu tidak akan terjadi. Dia sangat kesal karena perubahan sikap Ryuichi yang kembali jadi dingin padanya.
Mereka berjalan keluar taman hiburan menuju apartemen tempat kakak Ryuichi tinggal. Sesampainya di lantai 5 Ryuichi menuju pintu nomor 21 dan memencet bel di depan pintu. Seketika seorang dengan wajah ceria menyambut kedatangan mereka.
"Hai.. maaf membuat kalian menunggu. Ayo masuk."ajak Ayumi sambil menarik Yuna dan menyuruhnya duduk di ruang tamu. Tapi Ayumi heran melihat keanehan raut wajah mereka.
"Ryu-chan, apa yang terjadi? Kenapa kalian saling diam? Kalian habis bertengkar ya?"tanya Ayumi curiga.
"Tidak!"jawab mereka serempak. Membuat Ayumi tertawa mendengarnya.
"Kalian memang serasi ya."kata Ayumi yang membuat mereka berdua jadi tambah protes tidak mau disamakan. Yuna yang tidak mau terlalu lama mendengar ocehan Ayumi langsung menjelaskan maksud kedatangannya untuk mengerjakan tugas dari dosennya. Ayumi mengangguk mengerti dan sesekali memberikan penjelasan pada Yuna. Dia juga memberikan resume miliknya. Sementara Ryuichi tiduran di sofa yang letaknya tak jauh dari mereka, duduk dengan telinga tertutup headphone dan sibuk dengan game di ponselnya.
"Apa yang terjadi pada kalian? Sepertinya ada masalah."tanya Ayumi saat Yuna mulai menulis tugasnya.
"Dia mempermainkan aku dan membuatku masuk ke wahana rumah hantu."jawab Yuna tak bersemangat.
"Heh? Apa kalian berkencan?"tanya Ayumi antusias.
"Bukan.. Itu hanya untuk menunggu Neechan pulang."jawab Yuna sambil ketawa.
"Ah kupikir hubungan kalian akan terus maju. Aku menyukai kalian jika bersama."kata Ayumi sambil tertawa kecil membayangkan Yuna dan adiknya berpasangan.
"Itu tidak mungkin. Aku tau dia mempunyai pacar. Beberapa waktu yang lalu aku juga menumpang mobilnya bersama Ryuichi."sergah Yuna untuk menghentikan khayalan Ayumi.
"Dia belum mempunyai pacar setelah sekian lama cintanya dihianati. Dia jadi enggan dengan teman perempuan. Bahkan untuk sekedar ngobrol pun dia kadang tidak mau."bisik Ayumi dengan sedikit mendekati telinga Yuna.
"Mana mungkin. Tapi dia dan perempuan bernama Asami itu terlihat akrab kok. Itu artinya dia sudah bisa melupakan masa lalunya."ujar Yuna setengah berbisik.
"Apakah orang ini yang dimaksud?"tanya Ayumi seraya menunjukkan foto dari ponselnya ke hadapan Yuna.
"Ya. Dialah Asami. Apa Neechan mengenalnya juga?."tanya Yuna.
"Dia bukan pacar Ryu-chan. Dia hanya teman SMAnya. Kupikir hanya dia yang menyukai Ryuichi. Tapi Ryuichi tidak menyukainya. Aku sempat memergoki Asami menyatakan cintanya beberapa hari lalu. Tapi sayangnya dia ditolak secara halus oleh Ryu-chan."kata Ayumi masih dengan nada setengah berbisik. "Ehh?? Bukan pacarnya?"tanya Yuna kaget dan seketika menghentikan menulisnya. Dia tidak percaya dengan yang barusan didengarnya.
"M-hm. Dia sangat berambisi untuk mendapatkan Ryu-chan. Jadi berhati-hatilah dengannya. Meski ditolak dia pasti masih akan mendekati Ryu-chan. Dari gelagatnya aku yakin Ryu-chan tertarik padamu. Apa kamu tidak merasakan sesuatu juga padanya?"tanya Ayumi dengan wajah serius menghadap mata Yuna.
"Neechan.. Aku hanya temannya. Dan sekarang kita juga sedang sedikit konflik. Lagipula aku tidak tahan dengan sikap dinginnya."jawab Yuna gugup. Dia menundukkan pandangan dan kembali menulis.
"Aku tau Ryu-chan. Dari kecil dia memang seperti itu. Tapi percayalah.. sebenarnya dia baik."jawab Ayumi memuji adiknya. Dia sangat berharap feelingnya akan Ryuichi adalah benar adanya.
Ryuichi yang masih konsen dengan ponsel seketika menengok saat mendengar ribut-ribut samar dibalik headphonenya. Tapi sayang dia tak sempat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Sadar orang yang sedang dibicarakan terusik, mereka langsung diam dan bilang bahwa tidak ada apa-apa. Ryuichi sedikit curiga karena sempat mendengar namanya disebut-sebut oleh mereka. Tapi dia kembali memainkan game di ponselnya dan hanya memandang dingin wajah-wajah masam itu.
Dua jam kemudian Yuna pamit pulang di ikuti Ryuichi yang mulai melepas headphone dan memasukkan ponselnya dalam saku jaket. Ayumi menarik lengan Ryuichi dan membawa masuk ke dalam kamarnya.
"Ryu-chan. Kamu menyukai Yuna-chan kan? Kenapa tidak bilang saja kalau kamu menyukainya?"desak Ayumi setengah berbisik.
"Tidak. Aku hanya ingin membantunya melupakan masa lalunya."jawab Ryuichi datar. Dia tidak mau mengutarakan yang sebenarnya.
"Terserah. Aku hanya ingin kau tidak menyia-nyiakan gadis itu jika kamu memang menyukainya. Aku tau kamu sebenarnya menyukainya kan? Jadi, jangan pernah jadi pengecut."omel Ayumi panjang lebar dan kembali mengantarkannya untuk Yuna kemudian pulang. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan tidak mau memulai percakapan satu sama lain. Membuat Yuna sangat bosan dan ingin segera sampai rumah.
"Aku benci sikap menyebalkan Ryu-kun. Aku tidak suka cowok dingin yang tidak memperhatikan perasaan cewek. Tapi.. aku sadar dia juga baik padaku. Yang datang seperti malaikat saat aku merasa takut. Yang membuatku sok kuat dan melakukan hal-hal yang tidak pernah kulakukan karena aku takut mencoba. Bersama Ryuichi hiduku perlahan jadi kembali berwarna. Kalau saja Ryu-kun tidak menyebalkan dan cuek."kata Yuna dalam hatinya. Matanya masih menerawang jauh keluar jendela bus yang dia naiki bersama Ryuichi.
***
Sepulang kuliah, Yuna berjalan sendirian setelah ditinggal dua sahabatnya, Shiori dan Akemi yang ada janji dengan pasangan masing-masing. Dia jadi kesepian setelah sahabatnya menghabiskan waktu lebih banyak dengan kekasih mereka dari pada dengannya. Dengan langkah gontai dia berjalan dengan ponsel di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang tas laptop milik Akemi yang dititipkannya. Seseorang yang tak lain adalah Tatsuya langsung menghampiri Yuna yang tak bersemangat sama sekali.
"Yuna-chan.. Apa kamu kesepian?"tanya Tatsuya sembari berjalan disamping Yuna.
"Oh. Tatsuya-kun. Tidak. Aku hanya lelah karena mata kuliah hari ini."jawab Yuna sekenanya.
"Kalau begitu ikut denganku. Lelahmu pasti hilang."kata Tatsuya sambil membawa Yuna masuk ke ruang musik.
"Tatsuya-kun. Aku tidak mau berlama-lama di kampus. Aku hanya ingin pulang."kata Yuna yang sebenarnya tidak berminat pergi ke ruang musik. Tapi Tatsuya tetap memaksanya masuk.
"Aku ingin kamu mendengarkan aku memainkan lagu kesukaanmu. Jadi, duduklah dan dengarkan."perintah Tatsuya yang kemudian duduk di depan piano di samping Yuna. Jarinya mulai bernari perlahan di atas tuts piano sambil mengalunkan lagu dengan suara khasnya. Cukup membuat Yuna terpana dengan talenta Tatsuya yang baru kali ini disaksikannya. Tatsuya jadi tersenyum saat tau Yuna terkagum dengan lagu kesukaan yang dinyanyikannya. Tepuk tangan itu tak lepas dari tangan Yuna setelah lagunya berakhir. Dia memuji kelihaian Tatsuya memainkan piano. Yuna kemudian bangun dari duduknya. Namun, Tatsuya mencegahnya dengan meraih tangan Yuna kemudian menyuruhnya duduk kembali. Tatsuya mendekat dan wajahnya kini hanya tertuju pada Yuna. Membuat Yuna jadi salah tingkah dan heran.
"Aku baru menyadari perasaanku kepada Yuna-chan. Aku menyukai Yuna-chan seperti Yuna-chan menyukaiku."kata Tatsuya tiba-tiba.
Membuat Yuna semakin bingung mau jawab apa untuk sekarang ini? Bukannya menjawab dia malah diam, sibuk dengan pertanyaan yang berkecamuk didalam hatinya.
"Aku tidak akan jatuh dalam cinta yang sama lagi kan? Setelah sekian lama membunuh perasaanku, bukankah perasaan untuknya telah mati? Kenapa cintamu datang saat aku sudah berlalu pergi?"gumam Yuna dalam hati.
Tatsuya hanya diam. Menatap Yuna menanti apa yang akan dia katakan.
"Aku menyukaimu sebagai temanmu. Teman yang baik."ucap Yuna setelah sekian lama mencari kata yang tepat.
"Maksudku.. Aku mencintai Yuna-chan. Apakah Yuna-chan masih mencintaiku?"tanya Tatsuya penuh harap.
Yuna jelas tau arah pembicaraan Tatsuya. Dia ingin bilang yang sejujurnya, tapi dia takut Tatsuya akan sekecewa dirinya seperti waktu dulu, ditolak dengan cara yang menyakitkan. Belum juga menjawab, pikiran Yuna terbang ke masa lalunya dan merasakan betapa sakitnya dia waktu itu. "Setelah lama cinta untuknya mati, dia baru menyadarinya? Dan yang lebih menyakitkan adalah mendengar orang yang dulu kucintai tiba-tiba menyatakan cinta setelah semua cintaku pergi? Apa aku akan menyesal jika menolaknya sama seperti dia menolakku?"kata Yuna bertanya-tanya dalam hati. Dia tak sanggup menahan gejolak hatinya. Air mata yang tak ingin diperlihatkannya tiba-tiba muncul disudut mata. Tatsuya masih menatapnya dalam. Hanya saja dia mulai tidak tega melihat Yuna yang masih diam memikirkan apa yang dia katakan.
"Maaf.. Kupikir aku tidak bisa menerima cinta Tatsuya-kun. Aku sudah mencintai orang lain."jawab Yuna setelah lama hening mencari kata yang pas agar tidak membuat Tatsuya sakit hati.
"Aku tidak peduli."sanggah Tatsuya. Entah apa yang ingin dia lakukan, dia mendekatkan wajahnya di depan wajah Yuna, membuatnya kehilangan kata-kata. Tiba-tiba ponsel Yuna berbunyi sehingga membuat Tatsuya menjauh dari wajahnya. Panggilan masuk dari Ryuichi-kun.
"Bodoh. Cepat pulang dan keluarlah. Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?"kata Ryuichi dengan nada marah di ujung telefon tapi kemudian langsung memutuskan panggilannya.
"Maaf, aku harus pulang."kata Yuna singkat kepada Tatsuya. Yuna yang masih bersama Tatsuya langsung bergegas keluar ruang musik dan berlari mencari sosok yang baru saja meneleponnya. Sesekali dia memanggil namanya, tapi tak juga nampak wajah Ryuichi.
"Kenapa Ryu-kun tiba-tiba jadi marah ya..?"tanya Yuna pada dirinya sendiri.
~To be Continue ;)
#Writter Note
-Haii minna.. balik lagi di cerpenku, November Rain Part 3 ;)
-Arigatou sudah meluangkan waktu untuk visit blogku :)
-Gomen kalo banyak typo dan kesalahan" lainnya hehe
-Tunggu akhir cerita November Rain di part 4 yaa.. _^ (*ending part)
~melin :)
by : Melin
"Kenapa cintamu datang saat hatiku telah pergi?"
Yuna masih memikirkan dua orang yang saling berbantah karena dirinya. Dia masih larut dengan pernyataan Tatsuya, laki-laki yang dulu dikejarnya mati-matian, menjadi temannya dan kemudian dibenci gara-gara Yuna mencintai Tatsuya yang saat itu sedang mempunyai gebetan baru. Disaat Yuna telah menghilangkan perasaannya pada Tatsuya, dia justru datang kembali dan meminta maaf. Yuna memang memaafkannya. Tapi untuk perasaannya, dia tak lagi mengharapkan hati Tatsuya yang dulu menolaknya secara menyakitkan. Mungkin dia sudah tertuju pada hati yang lain. Hanya saja Yuna belum terlalu yakin dengan perasaannya. Dia hanya tidak ingin kisah pahitnya terulang kembali. Lamunan panjang Yuna terpecah saat bunyi ponsel Ryuichi mengagetkannya.
"Moshi-moshi.."kata Ryuichi mulai bicara.
"Ryu-chan.. kampus akan mengadakan meeting sekarang. Ini sangat mendadak. Bisakah kamu bilang Yuna-chan untuk menunggu 2-3 jam lagi? Kalau kalian tidak mau menunggu di apartemenku main saja dulu ke daerah sekitar. Maaf sangat mendadak yaa.. bye."kata Ayumi dari seberang telepon. Tapi dia langsung memutuskan panggilan membuat Ryuichi tidak bisa bertanya apa pun.
"Neechan ada meeting mendadak. Tunggu 2-3 jam lagi." kata Ryuichi sembari meletakkan ponselnya ke dalam saku.
"Eh? 3 jam? Kalau begitu aku harus pulang terlebih dahulu dan datang setelah Neechan pulang rapat."jawab Yuna santai.
"Tidak usah pulang. Bukankah aku telah berjanji mengantarkanmu?"kata Ryuichi mengingatkan.
"Tidak masalah. Aku bisa ke sana sendiri."jawab Yuna meyakinkan.
"Kalau begitu bagaimana jika kita menunggu Neechan dengan pergi ke taman hiburan di dekat apartemennya. Bagaimana?"tawar Ryuichi yang tidak mau membiarkan Yuna pergi sendirian ke rumah kakaknya.
"Sebenarnya aku belum pernah ke taman hiburan hanya dengan seseorang. Apa ini akan tetap seru?"tanya Yuna ragu. Dia selalu datang ke taman hiburan dengan sahabatnya dan mengajak banyak teman yang lain.
"Oh ya? Apa artinya kamu tidak pernah kesana untuk kencan?"goda Ryuichi sambil menundukkan kepalanya dan sedikit berbisik di telinga Yuna.
"Bukan begitu. Uhh!! Ryuichi-kun menyebalkan."protes Yuna yang kesal karena merasa diejek. Ryuichi hanya tersenyum dingin.
"Kalau begitu ayo kita pergi sekarang. Anggap saja ini kencan."ajak Ryuichi yang tidak memberikan kesempatan Yuna untuk menolak ajakannya karena dia menarik tangan Yuna dan terus berjalan menuju halte. Ryuichi memilih diam dan hanya mendengarkan semua kata-kata Yuna. Dia hanya tersenyum dingin ke arah Yuna padahal sebenarnya dia ingin sekali tertawa dengan sikap Yuna yang dianggapnya terlalu polos.
Tiga puluh menit kemudian mereka sudah ada di pintu utama taman hiburan. Banyak orang dan anak-anak berlalu lalang menuju wahana yang mereka inginkan.
"Aku tidak yakin ini akan seseru biasanya."kata Yuna mencoba membuat Ryuichi ragu.
"Tidak akan. Kupastikan ini lebih seru."jawab Ryuichi yakin. Dia langsung mengajak Yuna mencoba suatu wahana. Teriakan mulai terdengar saat tubuh mereka dan yang lain terbawa roller coaster yang berputar, berbelok, dan menukik dari ketinggian 70 meter. Yuna berteriak histeris diikuti tawa Ryuichi yang mengejek Yuna terlalu takut. Tapi Yuna justru berkata dalam teriaknya, Ryuichilah yang penakut. Mereka masih tertawa selepas mencoba wahana yang satu ini dan masih mengatur nafas yang hampir habis setelah uji nyali diatas roller coaster. Yuna berjalan mendahului Ryuichi. Dia ingin menaiki dodonpa. Tapi Ryuichi merekomendasikan wahana rumah hantu. Yuna jelas ingin menolak karena dia memang takut hantu. Tapi lagi-lagi dia sok pemberani hanya karena benci Ryuichi yang selalu meledeknya 'si penakut'.
"Apa kamu yakin memasuki rumah hantu ini? Kupikir ini terlalu ekstrim untuk seorang penakut."ledek Ryuichi.
"Sudah kubilang aku bukan penakut."tegas Yuna kesal.
"Kalau begitu, ayo kita buktikan."tantang Ryuichi sambil mendorong tubuh Yuna perlahan memasuki rumah hantu. Suasana jadi mistis bagi Yuna. Hanya keremangan cahaya yang nampak di labirin rumah hantu itu. Nyali Yuna jadi menciut saat ada bunyi-bunyi menakutkan ala hantu. Ryuichi hanya mengikuti Yuna dari belakang sambil tersenyum kecil menunggu orang di depannya itu berteriak dan bilang sebenarnya dia takut hantu. Namun sudah 15 menit berlalu Yuna masih fokus mencari jalan keluar dan berusaha tidak menampakkan ketakutannya.
"Hmm.. dia cukup nekat juga."gumam Ryuichi dalam hati dengan senyum evilnya. Kali ini Yuna sudah mulai berteriak saat hantu-hantu penghuni labirin mulai bernampakan. Sesekali dia lari sangat cepat membuat Ryuichi harus ikut berlari dibelakangnya.
"Segitu saja keberanianmu."tantang Ryuichi sambil ketawa kecil.
"Ryuichi-kun! Berhentilah menertawakanku dan bantu aku menemukan jalan keluar."teriak Yuna karena Ryuichi hanya mengikuti Yuna saja tanpa mau berfikir menghindar dari gangguan para hantu.
"Ah sebenarnya kamu sudah melewati lorong ini tiga kali. Tidakkah kamu lihat lampu redup dengan lukisan hantu sadako ini ada di perempatan lorong? 3 diantaranya sudah kita lewati."kata Ryuichi sambil menunjuk lukisan di depannya. Yuna sangat kesal begitu tau Ryuichi sengaja mempermainkannya.
"Ryuichi-kun!! Disaat darurat begini berani-beraninya kamu bercanda. Awas saja kau."kata Yuna yang mulai naik darah sambil melayangkan tinjunya ke wajah Ryuichi. Namun dia segera menangkisnya.
"Oh. Ada zombie di belakang kita. Cepat lari."perintah Ryuichi sambil menarik tangan Yuna. Kali ini Ryuichi yang mencari celah dan jalan keluar dari kejaran zombie. Yuna hanya berteriak-teriak saat melihat zombie itu hampir menyentuh tangannya.
"Tenanglah dan diam. Suaramu membuat telingaku berdenging dan sulit berfikir mencari jalan keluar."omel Ryuichi sambil terus berlari membawa Yuna. Kali ini Yuna mengikuti kata-kata Ryuichi dan pasrah mau dibawa kemana dirinya. Yuna menggerutu pada dirinya sendiri yang meyakinkan bahwa dia tidak takut hantu. Sebenarnya dia tidak akan mau jika tadi dia tak diejek Ryuichi. Baginya, diremehkan adalah sebuah penghinaan atas harga dirinya. Tapi apalah daya, kenyataan bahwa hantu memang menakutkan tidak dapat dipungkiri oleh Yuna saat ini. Sudah sekitar 60 menit mereka berada dalam labirin berhantu. Yuna sudah semakin kehilangan energi. Larinya tidak secepat tadi, membuat Ryuichi semakin memakai tenaganya untuk menarik paksa dan membawanya lari saat bertemu dengan sadako, hantu dengan kaki dan tangan yang sangat panjang.
"Aku tidak mau lagi. Ini semakin mengerikan."teriak Yuna yang kini mulai ketakutan setelah melihat wajah hantu sadako.
"Tenanglah. Mereka semua manusia. Dia hanya bertugas menakuti kita."jawab Ryuichi. Dia mulai cemas karena Yuna mulai lemas dan tidak bertenaga.
"Yuna-chan? Apa kamu baik-baik saja?"tanya Ryuichi khawatir. Yang ditanya hanya diam karena masih syok dengan hantu sadako tadi.
"Yuna-chan? Kamu dengar kan?"tanya Ryuichi sambil mengoyak bahu Yuna. Saat itulah dia tau bahwa Yuna menangis.
"Yuna-chan tidak apa-apa. Ini hanya bohongan. Tenanglah."kata Ryuichi. Dia menarik Yuna dan menenggelamkan wajah ketakutan itu dalam pelukannya.
"Jangan takut. Kita sudah keluar dari rumah hantu."kata Ryuichi menenangkan.
"Aku tidak mau seperti ini lagi. Sebenarnya aku takut hantu."ucap Yuna jujur. Ryuichi mengangguk mengerti. Dia melepaskan pelukannya dan menghapus lelehan air mata di wajah Yuna.
"Kamu sangat jelek jika menangis. Tersenyumlah. Malu dilihat orang, tau."kata Ryuichi mengingatkan sambil memaksa Yuna tersenyum dengan menarik kedua pipinya hingga bibir Yuna melengkung simetris. Yuna hanya mengangguk mengiyakan dan tersenyum lega.
"Seperti ini ya rasanya menyelamatkan diri dari bahaya."tanya Yuna yang masih tak percaya dirinya bisa keluar dari rumah hantu.
"Berdo'alah agar kamu tidak pernah melihat hantu. Hanya simulasi seperti ini saja sudah mau pingsan. Dasar penakut."ledek Ryuichi dengan wajah dingin setelah kondisi Yuna membaik. Yuna hanya mendengus kesal melihat Ryuichi yang menyebalkan lagi.
"Bukk!!"sebuah tinju melayang dari tangan Yuna menuju perut Ryuichi secara tiba-tiba.
"Aduh. Sakit tau!"erang Ryuichi yang tidak tau Yuna akan memukul tiba-tiba.
"Rasakan! Ini untuk tingkah menyebalkanmu waktu di rumah hantu. Mana ada kencan sehorror tadi. Menyebalkan."kata Yuna yang masih sedikit kesal dengan Ryuichi.
"Bodoh. Yang aku bilang kencan itu hanya bercanda. Atau kamu memang mengharapkan kencan denganku ya?"ledek Ryuichi yang selalu membuat Yuna jengkel.
"Malas berkencan dengan orang menyebalkan. Tidak ada sisi baiknya. Apalagi romantis."jawab Yuna tak mau kalah.
"Oh begitu? Akan kupastikan kamu hanya mau berkencan denganku."jawab Ryuichi dengan pedenya. Yuna hanya menjawab itu tidak akan terjadi. Dia sangat kesal karena perubahan sikap Ryuichi yang kembali jadi dingin padanya.
Mereka berjalan keluar taman hiburan menuju apartemen tempat kakak Ryuichi tinggal. Sesampainya di lantai 5 Ryuichi menuju pintu nomor 21 dan memencet bel di depan pintu. Seketika seorang dengan wajah ceria menyambut kedatangan mereka.
"Hai.. maaf membuat kalian menunggu. Ayo masuk."ajak Ayumi sambil menarik Yuna dan menyuruhnya duduk di ruang tamu. Tapi Ayumi heran melihat keanehan raut wajah mereka.
"Ryu-chan, apa yang terjadi? Kenapa kalian saling diam? Kalian habis bertengkar ya?"tanya Ayumi curiga.
"Tidak!"jawab mereka serempak. Membuat Ayumi tertawa mendengarnya.
"Kalian memang serasi ya."kata Ayumi yang membuat mereka berdua jadi tambah protes tidak mau disamakan. Yuna yang tidak mau terlalu lama mendengar ocehan Ayumi langsung menjelaskan maksud kedatangannya untuk mengerjakan tugas dari dosennya. Ayumi mengangguk mengerti dan sesekali memberikan penjelasan pada Yuna. Dia juga memberikan resume miliknya. Sementara Ryuichi tiduran di sofa yang letaknya tak jauh dari mereka, duduk dengan telinga tertutup headphone dan sibuk dengan game di ponselnya.
"Apa yang terjadi pada kalian? Sepertinya ada masalah."tanya Ayumi saat Yuna mulai menulis tugasnya.
"Dia mempermainkan aku dan membuatku masuk ke wahana rumah hantu."jawab Yuna tak bersemangat.
"Heh? Apa kalian berkencan?"tanya Ayumi antusias.
"Bukan.. Itu hanya untuk menunggu Neechan pulang."jawab Yuna sambil ketawa.
"Ah kupikir hubungan kalian akan terus maju. Aku menyukai kalian jika bersama."kata Ayumi sambil tertawa kecil membayangkan Yuna dan adiknya berpasangan.
"Itu tidak mungkin. Aku tau dia mempunyai pacar. Beberapa waktu yang lalu aku juga menumpang mobilnya bersama Ryuichi."sergah Yuna untuk menghentikan khayalan Ayumi.
"Dia belum mempunyai pacar setelah sekian lama cintanya dihianati. Dia jadi enggan dengan teman perempuan. Bahkan untuk sekedar ngobrol pun dia kadang tidak mau."bisik Ayumi dengan sedikit mendekati telinga Yuna.
"Mana mungkin. Tapi dia dan perempuan bernama Asami itu terlihat akrab kok. Itu artinya dia sudah bisa melupakan masa lalunya."ujar Yuna setengah berbisik.
"Apakah orang ini yang dimaksud?"tanya Ayumi seraya menunjukkan foto dari ponselnya ke hadapan Yuna.
"Ya. Dialah Asami. Apa Neechan mengenalnya juga?."tanya Yuna.
"Dia bukan pacar Ryu-chan. Dia hanya teman SMAnya. Kupikir hanya dia yang menyukai Ryuichi. Tapi Ryuichi tidak menyukainya. Aku sempat memergoki Asami menyatakan cintanya beberapa hari lalu. Tapi sayangnya dia ditolak secara halus oleh Ryu-chan."kata Ayumi masih dengan nada setengah berbisik. "Ehh?? Bukan pacarnya?"tanya Yuna kaget dan seketika menghentikan menulisnya. Dia tidak percaya dengan yang barusan didengarnya.
"M-hm. Dia sangat berambisi untuk mendapatkan Ryu-chan. Jadi berhati-hatilah dengannya. Meski ditolak dia pasti masih akan mendekati Ryu-chan. Dari gelagatnya aku yakin Ryu-chan tertarik padamu. Apa kamu tidak merasakan sesuatu juga padanya?"tanya Ayumi dengan wajah serius menghadap mata Yuna.
"Neechan.. Aku hanya temannya. Dan sekarang kita juga sedang sedikit konflik. Lagipula aku tidak tahan dengan sikap dinginnya."jawab Yuna gugup. Dia menundukkan pandangan dan kembali menulis.
"Aku tau Ryu-chan. Dari kecil dia memang seperti itu. Tapi percayalah.. sebenarnya dia baik."jawab Ayumi memuji adiknya. Dia sangat berharap feelingnya akan Ryuichi adalah benar adanya.
Ryuichi yang masih konsen dengan ponsel seketika menengok saat mendengar ribut-ribut samar dibalik headphonenya. Tapi sayang dia tak sempat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Sadar orang yang sedang dibicarakan terusik, mereka langsung diam dan bilang bahwa tidak ada apa-apa. Ryuichi sedikit curiga karena sempat mendengar namanya disebut-sebut oleh mereka. Tapi dia kembali memainkan game di ponselnya dan hanya memandang dingin wajah-wajah masam itu.
Dua jam kemudian Yuna pamit pulang di ikuti Ryuichi yang mulai melepas headphone dan memasukkan ponselnya dalam saku jaket. Ayumi menarik lengan Ryuichi dan membawa masuk ke dalam kamarnya.
"Ryu-chan. Kamu menyukai Yuna-chan kan? Kenapa tidak bilang saja kalau kamu menyukainya?"desak Ayumi setengah berbisik.
"Tidak. Aku hanya ingin membantunya melupakan masa lalunya."jawab Ryuichi datar. Dia tidak mau mengutarakan yang sebenarnya.
"Terserah. Aku hanya ingin kau tidak menyia-nyiakan gadis itu jika kamu memang menyukainya. Aku tau kamu sebenarnya menyukainya kan? Jadi, jangan pernah jadi pengecut."omel Ayumi panjang lebar dan kembali mengantarkannya untuk Yuna kemudian pulang. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan tidak mau memulai percakapan satu sama lain. Membuat Yuna sangat bosan dan ingin segera sampai rumah.
"Aku benci sikap menyebalkan Ryu-kun. Aku tidak suka cowok dingin yang tidak memperhatikan perasaan cewek. Tapi.. aku sadar dia juga baik padaku. Yang datang seperti malaikat saat aku merasa takut. Yang membuatku sok kuat dan melakukan hal-hal yang tidak pernah kulakukan karena aku takut mencoba. Bersama Ryuichi hiduku perlahan jadi kembali berwarna. Kalau saja Ryu-kun tidak menyebalkan dan cuek."kata Yuna dalam hatinya. Matanya masih menerawang jauh keluar jendela bus yang dia naiki bersama Ryuichi.
***
Sepulang kuliah, Yuna berjalan sendirian setelah ditinggal dua sahabatnya, Shiori dan Akemi yang ada janji dengan pasangan masing-masing. Dia jadi kesepian setelah sahabatnya menghabiskan waktu lebih banyak dengan kekasih mereka dari pada dengannya. Dengan langkah gontai dia berjalan dengan ponsel di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang tas laptop milik Akemi yang dititipkannya. Seseorang yang tak lain adalah Tatsuya langsung menghampiri Yuna yang tak bersemangat sama sekali.
"Yuna-chan.. Apa kamu kesepian?"tanya Tatsuya sembari berjalan disamping Yuna.
"Oh. Tatsuya-kun. Tidak. Aku hanya lelah karena mata kuliah hari ini."jawab Yuna sekenanya.
"Kalau begitu ikut denganku. Lelahmu pasti hilang."kata Tatsuya sambil membawa Yuna masuk ke ruang musik.
"Tatsuya-kun. Aku tidak mau berlama-lama di kampus. Aku hanya ingin pulang."kata Yuna yang sebenarnya tidak berminat pergi ke ruang musik. Tapi Tatsuya tetap memaksanya masuk.
"Aku ingin kamu mendengarkan aku memainkan lagu kesukaanmu. Jadi, duduklah dan dengarkan."perintah Tatsuya yang kemudian duduk di depan piano di samping Yuna. Jarinya mulai bernari perlahan di atas tuts piano sambil mengalunkan lagu dengan suara khasnya. Cukup membuat Yuna terpana dengan talenta Tatsuya yang baru kali ini disaksikannya. Tatsuya jadi tersenyum saat tau Yuna terkagum dengan lagu kesukaan yang dinyanyikannya. Tepuk tangan itu tak lepas dari tangan Yuna setelah lagunya berakhir. Dia memuji kelihaian Tatsuya memainkan piano. Yuna kemudian bangun dari duduknya. Namun, Tatsuya mencegahnya dengan meraih tangan Yuna kemudian menyuruhnya duduk kembali. Tatsuya mendekat dan wajahnya kini hanya tertuju pada Yuna. Membuat Yuna jadi salah tingkah dan heran.
"Aku baru menyadari perasaanku kepada Yuna-chan. Aku menyukai Yuna-chan seperti Yuna-chan menyukaiku."kata Tatsuya tiba-tiba.
Membuat Yuna semakin bingung mau jawab apa untuk sekarang ini? Bukannya menjawab dia malah diam, sibuk dengan pertanyaan yang berkecamuk didalam hatinya.
"Aku tidak akan jatuh dalam cinta yang sama lagi kan? Setelah sekian lama membunuh perasaanku, bukankah perasaan untuknya telah mati? Kenapa cintamu datang saat aku sudah berlalu pergi?"gumam Yuna dalam hati.
Tatsuya hanya diam. Menatap Yuna menanti apa yang akan dia katakan.
"Aku menyukaimu sebagai temanmu. Teman yang baik."ucap Yuna setelah sekian lama mencari kata yang tepat.
"Maksudku.. Aku mencintai Yuna-chan. Apakah Yuna-chan masih mencintaiku?"tanya Tatsuya penuh harap.
Yuna jelas tau arah pembicaraan Tatsuya. Dia ingin bilang yang sejujurnya, tapi dia takut Tatsuya akan sekecewa dirinya seperti waktu dulu, ditolak dengan cara yang menyakitkan. Belum juga menjawab, pikiran Yuna terbang ke masa lalunya dan merasakan betapa sakitnya dia waktu itu. "Setelah lama cinta untuknya mati, dia baru menyadarinya? Dan yang lebih menyakitkan adalah mendengar orang yang dulu kucintai tiba-tiba menyatakan cinta setelah semua cintaku pergi? Apa aku akan menyesal jika menolaknya sama seperti dia menolakku?"kata Yuna bertanya-tanya dalam hati. Dia tak sanggup menahan gejolak hatinya. Air mata yang tak ingin diperlihatkannya tiba-tiba muncul disudut mata. Tatsuya masih menatapnya dalam. Hanya saja dia mulai tidak tega melihat Yuna yang masih diam memikirkan apa yang dia katakan.
"Maaf.. Kupikir aku tidak bisa menerima cinta Tatsuya-kun. Aku sudah mencintai orang lain."jawab Yuna setelah lama hening mencari kata yang pas agar tidak membuat Tatsuya sakit hati.
"Aku tidak peduli."sanggah Tatsuya. Entah apa yang ingin dia lakukan, dia mendekatkan wajahnya di depan wajah Yuna, membuatnya kehilangan kata-kata. Tiba-tiba ponsel Yuna berbunyi sehingga membuat Tatsuya menjauh dari wajahnya. Panggilan masuk dari Ryuichi-kun.
"Bodoh. Cepat pulang dan keluarlah. Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?"kata Ryuichi dengan nada marah di ujung telefon tapi kemudian langsung memutuskan panggilannya.
"Maaf, aku harus pulang."kata Yuna singkat kepada Tatsuya. Yuna yang masih bersama Tatsuya langsung bergegas keluar ruang musik dan berlari mencari sosok yang baru saja meneleponnya. Sesekali dia memanggil namanya, tapi tak juga nampak wajah Ryuichi.
"Kenapa Ryu-kun tiba-tiba jadi marah ya..?"tanya Yuna pada dirinya sendiri.
~To be Continue ;)
#Writter Note
-Haii minna.. balik lagi di cerpenku, November Rain Part 3 ;)
-Arigatou sudah meluangkan waktu untuk visit blogku :)
-Gomen kalo banyak typo dan kesalahan" lainnya hehe
-Tunggu akhir cerita November Rain di part 4 yaa.. _^ (*ending part)
~melin :)
Minggu, 22 November 2015
November Rain ( Part 2 )
November Rain (Part 2)
by : Melin
"Tidak masalah untuk merelakan CINTA yang telah lama mati.."
Malam semakin larut. Yuna kini sudah merebahkan dirinya di tempat tidur dan mulai memejamkan mata. Pikirannya masih terpaku pada sosok baru dalam hidupnya yang dianggapnya terlalu cepat masuk kedalam hatinya. Bahkan Yuna tidak merasa terganggu dengan adanya Ryuichi. Dia justru nyaman berteman dengannya. Entahlah dia sebenarnya baik atau menyebalkan.
Baru saja mau mengarungi dunia mimpi, tiba-tiba ponsel Ryuichi berdering kembali membuatnya kaget. Panggilan dari kontak bernama Asami. Yuna tidak berani mengangkatnya karena itu bukan ponselnya. Dia hanya memegangi dan melihat ponsel itu tanpa berani mengutak atiknya. Berkali-kali nama Asami muncul di ponsel itu untuk menelepon dan mengirim pesan, membuat Yuna jengkel karena tidak bisa tidur nyenyak. "Siapa sebenarnya Asami itu? Apa dia pacar Ryuichi-kun? Bahkan selarut ini masih saja menelepon. Menganggu saja."gerutu Yuna kesal. Alhasil dia mensilent ponsel itu dan tidur kembali.
***
Siang itu Ryuichi datang ke rumah Yuna. Ibu memanggil Yuna yang masih sibuk di kamarnya. Yuna menemui Ryuichi dengan membawa ponselnya. Setelah menyajikan minuman untuk mereka ibu pun kembali ke dapur dengan senang. Kini putrinya bisa melupakan Tatsuya dan mulai mempunyai teman baru.
Yuna memberikan ponsel itu kepada Ryuichi. Yuna sempat memprotes dengan panggilan dan pesan yang berkali-kali masuk dengan nama yang sama.
"Semalam pacarmu menelepon berkali-kali. Tapi aku tidak mengangkat telfonnya. Aku takut salah paham."kata Yuna membuka percakapan. Ryuichi hanya diam, sibuk mengecek isi ponselnya.
"Apa yang Ryuichi-kun lakukan di hari libur ini?"tanya Yuna basa-basi untuk memecah keheningan diantara mereka.
"Mengerjakan projek kuliah."jawab Ryuichi singkat. Matanya masih tertuju pada ponselnya sedangkan tangannya sibuk mengetik.
"Ah bahkan aku belum mengerjakan tugas sedikitpun. Jurusan sastra memang harus terbiasa dengan buku tebal ya.."ungkap Yuna tidak bersemangat.
"Dasar aneh. Kalau begitu kenapa dulu kamu memilih jurusan sastra."kritik Ryuichi.
"Entahlah. Aku tidak punya pilihan lain saat itu. Aku suka sastra. Aku hanya tidak kuasa bertemu buku-buku tebal."jawab Yuna malu. "Sama seperti seseorang."kata Ryuichi dengan wajah datar.
"Siapa yang kamu maksud sama?"tanya Yuna penasaran.
"Jurusan sastra yang malas membuka buku teori tebal. Tapi dia mampu membaca novel setebal buku teori itu."ungkap Ryuichi.
"Apa dia punya banyak koleksi novel? Aku ingin berkenalan dengannya."kata Yuna kegirangan.
"Sangat banyak novel. Hubungi saja nomor ini dan bilang kamu teman Ryuichi."jelas Ryuichi. Yuna langsung mencatat nomor yang ditunjukkan Ryuichi ke ponselnya.
"Apa aku tidak mengganggu waktunya?"tanya Yuna ragu.
"Bukankah perempuan akan ambisius jika bertemu dengan orang yang punya hobi sama?"kata Ryuichi meyakinkan. Yuna mengangguk paham dan tersenyum. Setelah itu Ryuichi berpamit pulang.
***
Beberapa hari kemudian Yuna menghubungi nomor yang diberikan Ryuichi. Dengan penuh antusias Yuna menelepon dan berkata ingin berkunjung ke rumahnya sekalian bertukar novel nantinya. Tidak disangka orang yang menyebut dirinya Ayumi memperbolehkan untuk berkunjung hari itu juga. Yuna segera bersiap dan memasukkan beberapa novel koleksinya ke dalam tas. Setelah berpakaian rapi dia pun langsung menuju rumah Ayumi yang ternyata lumayan dekat.
Sampailah dia di depan gerbang rumah tujuan. Sebuah rumah yang cukup besar dengan aneka tanaman mawar yang sangat terawat. Terlihat seorang perempuan sebaya Yuna membuka pintu rumah. Dia langsung menemui Yuna saat menyadari keberadaannya. Perempuan cantik dengan gaya pakaian elegan dan bertubuh tinggi itu menyambut kedatangan Yuna dengan sangat ramah dan mengajak masuk rumahnya. Sangat sepi untuk rumah sebesar itu. Tidak banyak basa-basi Ayumi langsung mengajak Yuna menuju kamar miliknya yang cukup luas. Yuna terkesima melihat banyak novel berjejer rapi di rak buku kamar itu.
"Ah senangnya pecinta novel berkunjung kerumahku. Pasti liburanku jadi seru. Yuna-chan bisa main kesini kapan saja. Anggap saja ini kamar sendiri."sambut Ayumi dengan ceria. Yuna hanya tersenyum. Dia tidak menyangka Ayumi-san sebaik itu. Ayumi langsung meminta Yuna mengeluarkan novelnya dan menyilahkan Yuna memilih novel koleksinya. Mereka langsung akrab dan sangat antusias membahas isi novel yang mereka baca.
"Apakah kamu dekat dengan Ryuichi sejak lama?"tanya Ayumi.
"Baru beberapa hari ini. Tapi aku pernah melihatnya beberapa bulan lalu di kampus."jawab Yuna yang masih membuka-buka halaman novelnya.
"Apa? Kalian satu universitas dan baru saling kenal sekarang?"tanya Ayumi kaget. Yuna hanya mengiyakan dan tertawa.
"Seandaiya aku dulu magang di universitas kalian. Pasti aku adalah dosenmu."kata Ayumi tersenyum ke arah Yuna.
"Eh? Ayumi-chan seorang dosen?"tanya Yuna kaget. Dia mengira Ayumi masih seorang mahasiswa.
"M-hm. Baru satu tahun aku jadi dosen. Di jurusan sastra seperti kamu. Jadi bila ada kesulitan tentang kuliahmu, tanya saja padaku. Aku siap membantumu."jawab Ayumi bangga.
"Ya. Aku pasti butuh pertolongan. Apalagi aku sangat pusing jika membaca buku teori yang tebal.Tapi bagaimana Neechan tau kalau aku mahasiswa sastra?"tanya Yuna heran.
"Ryuichi yang memberitau. Dia bilang ada perempuan yang kebiasaannya sama denganku. Jadi aku meminta dia menceritakan siapakah kamu. Adikku selalu tau aku kesepian jika disini. Jadi dia mencarikanku teman."jawab Ayumi sambil tertawa.
"Jadi.. Ryuichi adalah adik Neechan?"tanya Yuna kaget.
"Apa dia tidak mengatakan kalau aku adalah kakaknya? Selalu begitu."kata Ayumi sedikit kecewa.
"Tapi Ryuichi-kun bilang kalau Neechan sangat baik dalam membaca."kata Yuna menghibur.
"Begitukah? Adikku memang tidak pandai menceritakan kebaikan orang. Tapi sebenarnya dia peduli. Apa Yuna-chan tidak tertarik untuk jadi pacarnya?"goda Ayumi yang membuat muka Yuna langsung memerah.
"Mm.. aku hanya temannya kok. Tapi kupikir Ryuichi memang teman yang baik."jawab Yuna gugup.
Yuna berkata dalam hati dan menggerutu heran. "Apa yang sebenarnya dipikirkan Ayumi sampai mempromosikan adiknya sendiri?"
"Aku tidak tau persis perempuan seperti apa yang jadi pacarnya Ryuichi. Tapi kamulah perempuan pertama yang datang kerumah ini."kata Ayumi jujur. Yuna yang mendengarnya jadi heran.
"Oh. Beberapa hari yang lalu ponselnya tertinggal di rumahku. Dan ada banyak sekali panggilan masuk dari seseorang bernama Asami. Mungkin dia pacar Ryuichi."kata Yuna sambil tertawa.
"Aku tidak pernah mengenal yang bernama Asami. Apalagi sampai main ke sini. Mungkin dia hanya fans Ryuichi saja."tebak Ayumi yang kini sibuk membuka novel koleksi Yuna. Keduanya saling bercanda dan tertawa sampai tidak menyadari ada seseorang di depan pintu kamar.
"Bisakah kalian mengecilkan volume tertawa kalian? Aku akan sangat terganggu jika suasana segaduh ini ."protes orang yang tak lain adalah Ryuichi.
"Sejak kapan Ryu-chan pulang?"tanya Ayumi pada adiknya.
"Baru saja."jawab Ryuichi singkat. Dia baru saja ke supermarket membeli beberapa makanan ringan. Dia kemudian memberikan softdrink yang baru saja dibelinya untuk Ayumi dan Yuna.
"Senang bertemu lagi Ryuichi-kun."sapa Yuna saat Ryuichi menyodorkan softdrink. Dia hanya tersenyum kecil.
"Aku akan mengerjakan projekku. Jadi aku butuh ketenangan."kata Ryuichi dengan wajah datar kemudian masuk ke kamarnya yang bersebelahan dengan Ayumi.
Beberapa jam kemudian Yuna pamit pulang. Ayumi mengantarkan sampai halaman depan dan berpesan untuk sesering mungkin main ke rumahnya.
"Apa yang terjadi dengan dua orang itu ya? Kenapa Ryuichi tidak bilang dari awal jika Ayumi adalah kakaknya. Sedingin itukah dia hingga tidak mau menceritakan kakaknya yang sebaik itu. Kenapa Ryuichi yang tidak pernah mengajak pacarnya kerumah malah membiarkan aku datang ke rumahnya? Padahal aku hanya teman barunya. Apa yang dipikirkan Ryuichi tentang aku ya?"gumam Yuna bertanya-tanya dalam hatinya sepanjang perjalanan pulang.
***
Hujan turun dengan deras selepas pukul 6 sore. Yuna masih bersama Shiori dan Akemi. Mereka masih enggan untuk pulang dan memilih duduk di balkon kelas sambil ngobrol ringan.
"Aķu akan menunggu Kinouse. Sebentar lagi dia akan menjemputku."kata Shiori yang sibuk berbalas chatting.
"Takumi-chan juga sebentar lagi menjemputku."ujar Akemi yang barusan menerima telepon.
"Lalu aku dengan siapa?"kata Yuna tidak bersemangat.
"Kalau begitu ikut denganku saja."hibur Shiori seraya meletakkan tangannya di bahu Yuna.
"Tidak mau. Apa aku harus jadi saksi bisu ditengah keberadaan kamu dan Kinouse senpai?"tolak Yuna sambil tertawa.
"Berbahagialah kalian berdua yang cintanya terbalas. Dan bisa bersama dia sampai saat ini."kata Yuna mengenang perjuangan saat mereka mengejar cinta mereka dan saling support. Mereka tertawa. Tapi Shiori dan Asami langsung diam. Mereka sadar Yuna lah satu-satunya yang gagal dalam misi itu. Mereka langsung mengalihkan pembicaraan takut Yuna kembali bersedih dengan masa lalunya.
"Sepertinya hujan semakin deras. Ayo kita turun dan pergi ke kantin mencari minuman hangat."ajak Akemi sambil menarik tangan Yuna dan Shiori. Setengah jam kemudian Takumi-kun datang menjemput Akemi. Setelah menyapa Yuna dan Shiori dia meminta ijin pulang membawa Akemi.
"Yuna-chan aku juga akan pulang sekarang. Ayo ikut saja denganku."ajak Shiori yang tak tega meninggalkan Yuna sendirian.
"Shiori-chan duluan saja. Aku akan pulang sebentar lagi. Tuh, Kinouse senpai sudah sampai."kata Yuna sambil menunjuk ke halaman depan kampus. Karena Yuna menolak pulang dengannya dan akan pulang sebentar lagi Shiori pamit dan meninggalkan Yuna yang masih menikmati minumannya.
"Ya. Hanya aku saja yang cintanya belum terbalas. Hanya aku yang ditolak dengan sangat menyakitkan."kata Yuna dalam hati.
Setengah jam berikutnya Yuna berjalan keluar kampus menuju halte. Tidak lama setelah itu sebuah bus berhenti. Para penumpang bergegas menaiki bus dan mulai mencari tempat duduk kosong. Tiba-tiba seseorang menarik tangan Yuna sampai dia terduduk di sebelahnya. Yuna kaget saat melihat siapa orang itu.
"Ryu-kun?"tanya Yuna yang masih tidak percaya.
"Duduk di sini saja."jawab Ryuichi datar sepeti biasa. Yuna mengangguk dan membenarkan duduknya.
"Ryu-kun, apakabar? Bagaimana kabar Neechan?"tanya Yuna membuka percakapan.
"Baik. Neechan juga baik."jawab Ryuichi.
"Syukurlah.."kata Yuna lega. Ryu hanya tersenyum tipis. Suasana jadi aneh karena Yuna yang cerewet harus berhadapan dengan orang yang hemat bicara. Bahkan Yuna sempat memggerutu karena Ryuichi selalu acuh dan cuek.
Bunyi petir yang keras membuat Yuna kaget. Dia memejamkan matanya menahan takut. Tangannya bergetar tapi ditahannya dengan menggenggam erat kedua telapak tangannya. Ryuichi melihat ketakutan Yuna. Wajahnya memerah dan berusaha menyembunyikan apa yang sedang dirasakannya dengan tersenyum masam ke arah Ryuichi.
"Apa kamu baik-baik saja?"tanya Ryuichi sedikit khawatir.
"Aku tidak apa-apa. Aku hanya kaget."jawab Yuna berbohong. Dia tidak mau kelihatan takut. Ryuichi pun percaya dan kembali fokus ke ponselnya.
Di pemberhentian berikutnya Yuna turun dari bus dan langsung berjalan di bawah payungnya. Dia baru menyadari Ryuichi juga turun di halte yang sama. Ryuichi berjalan dengan hanya menggunakan jaket. Yuna mengejar Ryuichi.
"Ryu-kun,Tunggu!"teriak Yuna. Setelah dekat dengannya Yuna langsung memayungi laki-laki itu.
"Yuna-san pakai saja payungnya. Aku tidak akan sakit gara-gara kehujanan."kata Ryuichi meyakinkan.
"Tidak bisa. Ryu-kun telah menolongku waktu kehujanan jadi aku harus menolongmu juga."kata Yuna memaksa.
"Bukan karena berbalas budi kan?"tanya Ryuichi menyelidik.
"Aku hanya ingin menolong Ryu-kun."jawab Yuna percaya diri. Ryuichi mencoba menghargai kebaikan Yuna dan mengiyakan. Akhirnya Ryuichi dan Yuna pulang bersama di bawah hujan lagi seperti waktu itu.
Tiba-tiba kilatan petir dan bunyinya yang sangat keras membuat Yuna kaget untuk yang kedua kalinya. Reflek dia berhenti dan memejamkan matanya. Tangannya berpegang sangat erat pada apa pun yang ada didekatnya. Kali ini tangan Ryuichi lah yang dicengkeramnya. Ryuichi jadi bingung dengan sikap reflek Yuna.
"Ada apa denganmu? Apa sebenarnya kamu takut petir?"tanya Ryuichi curiga.
"Aku tidak takut. Aku hanya sangat kaget."bela Yuna yang tidak mau berterus terang. Yuna baru sadar tangannya berpegangan terlalu kuat pada tangan Ryuichi dan langsung melepasnya. Dia meminta maaf atas tindakannya itu. Tapi petir masih saja bergemuruh keras. Membuat Yuna semakin panik. Ryuichi meraih tangan Yuna yang tadi buru-buru dilepaskannya dan menggenggamnya.
"Jangan pernah berbohong padaku. Aku tau kamu takut petir. Ayo cepat buka matamu dan berjalanlah seperti biasa."kata Ryuichi yang tidak mau membuang waktu di bawah guyuran hujan. Tapi yang diajak bicara tak bergeming, masih berdiri mematung dengan tangan bergetar.
"Tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku ada bersamamu. Cepat berjalanlah."bujuk Ryuichi. Akhirnya Yuna membuka matanya dan berjalan perlahan. Tangannya berpegang pada tangan Ryuichi yang masih menggandengnya erat sedangkankan tangan kanan Ryuichi memegang payung. Sebenarnya Ryuichi tau Yuna takut petir dari awal saat masih di bus. Hanya saja dia malas untuk mendesak Yuna yang pura-pura kuat. "Kenapa aku jadi berdebar? Padahal bunyi petir kan sudah tidak ada. Dan kenapa aku jadi terdiam begini? Bukankah aku selalu bisa mencairkan suasa. Kali ini kenapa aku tidak bisa? Tangan ini membuatku berdebar."gumam Yuna dalam hati. Matanya masih tertuju pada tangan Ryuichi.
"Maaf. Apa tanganmu sakit?"tanya Ryuichi yang tersadar genggamannya terlalu kuat . Dia lalu melepaskannya.
"Tidak. Aku baik-baik saja."jawab Yuna yang masih menyembunyikan perasaan anehnya.
Tiba-tiba ada sebuah mobil menepi mendekati mereka. Seorang perempuan berambut panjang dengan penampilan glamor sudah terlihat setelah kaca mobilnya terbuka.
"Ryuichi-chan.. Mau ikut denganku? Siapa perempuan disebelahmu?"tanya perempuan yang terlihat mengenal baik Ryuichi. Dia memandang Yuna dengan tatapan tidak senang.
"Dia temanku. Bisa antarkan aku sebentar kan Asami? Dia mendadak mengigil karena kehujanan."kata Ryuichi kepada perempuan yang ternyata bernama Asami.
"Yah. Tadinya aku hanya ingin mengajak Ryichi-chan saja. Tapi sudahlah."jawab Asami memperbolehkan Yuna ikut. "Ryuichi-chan tolong duduk di sampingku. Biar dia yang duduk di belakang kita."kata Asami saat Ryuichi membukakan pintu mobil untuk Yuna. Asami langsung membuka pintu di samping kemudinya. Setelah Yuna masuk, Ryuichi menutup pintunya dan duduk di samping Asami. Perlahan mobil berjalan ke arah rumah Yuna. Sesekali Ryuichi menunjukkan jalan mana yang harus di lewati.
"Ryuichi-chan kemana saja? Aku kira kamu terlibat masalah. Habis kamu tidak pernah menjawab telfonku akhir-akhir ini."tanya Asami penasaran.
"Maaf akhir-akhir ini tugasku padat jadi aku jarang membuka ponselku. Aku juga men'silent'nya."jawab Ryuichi tenang.
"Padahal aku ingin mengajak Ryuichi jalan."kata Asami menyayangkan kesempatannya yang belum terwujud itu.
"Lain kali saja."jawab Ryuichi. Yuna yang sedari tadi mendengar percakapan mereka masih terduduk diam. Pikirannya kembali bertanya-tanya.
"Ini yang namanya Asami? Terlihat sangat berkelas dan sangat cocok dengan Ryuichi. Mereka sangat dekat. Tapi.. kenapa ada yang aneh saat aku melihat Ryuichi dengan perempuan itu? Apa mungkin aku.. Ah tidak mungkin. Tidak boleh. Aku tidak boleh menyukai Ryuichi."gumam Yuna penuh tanya dalam hatinya. Mata dan tangannya berusaha untuk tidak gugup karena menyembunyikan sesuatu.
"Hey! Apa kamu tidak mau turun? Ini sudah sampai rumahmu dan kamu masih tetap diam. Apa yang kamu pikirkan?"tanya Ryuichi yang membuat lamunan Yuna buyar. Dia langsung membuka pintu mobil dan mengucapkan terimakasih pada Asami dan Ryuichi. Tapi Asami hanya menatapnya tajam membuat Yuna tidak enak hati. Dia langsung pamit dan buru-buru masuk rumah. Dia masih menyimpan sesuatu. Perasaan yang tiba-tiba membuatnya tidak tau apa yang harus dilakukannya.
"Apa aku mulai menyukai Ryuichi-kun? Ah tidak boleh. Tapi.. kenapa Ryuichi jadi baik padaku ya..?"gumam Yuna penuh tanya.
Yuna baru saja keluar dari ruang kelas setelah mengikuti dua jam mata kuliah. Dia berjalan santai menuruni anak tangga ingin menuju suatu tempat. Yuna berpapasan dengan Tatsuya-kun yang melangkah menuju ke arahnya. Membuat Yuna heran apa yang akan dia katakan?
"Yuna-chan. Sedang apa disini?"tanya Tatsuya. Ini kali pertama Tatsuya menyapa setelah beberapa bulan yang lalu menolak Yuna.
"Aku sedang menunggu seseorang."jawab Yuna.
"Oh begitu ya. Yuna-chan, aku minta maaf atas kelakuan dan sikapku beberapa bulan lalu. Aku sadar tidak seharusnya dulu aku marah padamu. Ini semua salahku. Maafkan aku, Yuna-chan."ucap Tatsuya tiba-tiba. Yuna bahkan kaget dengan permintaan maaf Tatsuya itu. Tapi dia berusaha setenang mungkin.
"Aku sudah sudah memaafkanmu dari dulu. Jadi tidak usah khawatir."jawab Yuna seraya tersenyum.
"Dan aku tau ternyata apa yang kamu lakukan harus mendapatkan balasannya. Atas perjuanganmu yang sungguh luar biasa untuk mencintaiku. Atas penantianmu yang sangat lama untukku. Aku sadar mencintai adalah hal yang sangat membutuhkan banyak pengorbanan. Aku sudah mengalaminya. Jadi aku tau bagaimana rasanya. Aku tau kamu tulus. Yuna-chan, aku.. "kata-kata Tatsuya terhenti saat seseorang memanggil Yuna beberapa meter dari tempat mereka berdiri.
"Yuna-chan, maaf membuatmu menunggu."kata Ryuichi dari bawah anak tangga sedangkan Tatsuya dan Yuna masih di tengah-tengah anak tangga.
"Ryuichi-kun.."kata Yuna yang menyadari orang yang ditunggu akhirnya datang.
"Maaf. Aku ada janji dengan Yuna-chan."kata Ryuichi yang telah menaiki anak tangga dan menarik tangan Yuna.
"Aku juga sedang ada urusan dengan Yuna-chan."kata Tatsuya tak mau kalah.
"Maaf. Tapi akulah yang membuat janji lebih dulu."tegas Ryuichi. Dia menatap Tatsuya dengan intens. Entah apa arti tatapan sekilas itu, lalu membawa Yuna pergi dari tempat Tatsuya berdiri, membuat Tatsuya kecewa karena kata-katanya terpotong gara-gara kedatangannya. Dia tidak suka dengan kedatangan Ryuichi yang merusak suasa tadi.
Ryuichi terus berjalan menggandeng tangan Yuna tanpa mengatakan sepatah katapun. Yuna bingung dengan perubahan sikap Ryuichi yang sepertinya tidak suka dirinya bersama Tatsuya. Ryuichi tiba-tiba berhenti di lorong dan membuat Yuna menyender di dinding. Tangan Ryuichi masih memegang tangan Yuna. Wajahnya sangat dekat Yuna dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang jelas ada seklebat rasa marah yang sempat terbaca oleh Yuna. Dia jadi sangat gugup dengan wajah di depan matanya yang begitu dekat. Membuatnya kehilangan kata-kata.
"Bodoh. Kenapa kamu mempertahankan orang tidak tau perasaan seperti dia? Apakah ini alasan setiap kutemukan kamu sedang menangis saat itu? Aku mendengar semua yang dia katakan."kata Ryuichi dengan nada menekan.
"Aku.. aku tidak tau kenapa aku bisa bertahan. Aku hanya mencintainya."jawab Yuna masih gugup.
"Aku hargai itu. Tapi apa kamu masih menyukainya? Jika dia menyatakan cinta apa kamu akan merasa bahagia? Bagaimana jika dia hanya mempermainkanmu?" tanya Ryuichi bertubi-tubi.
"Ryuichi-kun kenapa seperti ini?"kata Yuna yang justru balik bertanya. Dia jadi sangat gugup.
"Maaf. Aku terlalu terbawa emosi. Aku hanya tidak suka Tatsuya mempermainkan perasaanmu."kata Ryuichi setelah mampu mengendalikan emosinya. Dia segera melepaskan genggamannya dan menjauhkan wajahnya. Dia menarik tangan Yuna dan berjalan membawa Yuna keluar kampus tanpa sepatah kata pun.
"Ryuichi-kun..? Kenapa dia khawatir dengan perasaanku? Bukankah aku hanya temannya? Dan kenapa dia menatap Tatsuya-kun dengan tatapan aneh? Seperti tatapan tidak suka. Yang barusan kudengar dari Tatsuya-kun, apakah itu artinya dia mulai menyadari perasaanku? Tapi kenapa aku tidak merasa senang saat Tatsuya mengatakan itu semua dan meminta maaf padaku? Seolah cinta itu telah kubuang jauh hingga aku lupa betapa banyak perjuanganku untuk bertahan demi dia. Tapi kenapa perasaanku biasa saja? Mungkinkah cinta untuknya memang sudah pergi?"kata Yuna dalam hati atas perasaan yang sedang berkecamuk memenuhi pikirannya.
~To be continue
#Writter Note
Hai minna.. kembali lagi di November Rain part 2 ;)
Terimakasih sudah mampir di blogku ^_^
Maaf jika ada banyak kesalahan dan typo yang masih bertebaran :D
Tunggu kelanjutan ceritanya di Part 3 yaaa :)
Melin
by : Melin
"Tidak masalah untuk merelakan CINTA yang telah lama mati.."
Malam semakin larut. Yuna kini sudah merebahkan dirinya di tempat tidur dan mulai memejamkan mata. Pikirannya masih terpaku pada sosok baru dalam hidupnya yang dianggapnya terlalu cepat masuk kedalam hatinya. Bahkan Yuna tidak merasa terganggu dengan adanya Ryuichi. Dia justru nyaman berteman dengannya. Entahlah dia sebenarnya baik atau menyebalkan.
Baru saja mau mengarungi dunia mimpi, tiba-tiba ponsel Ryuichi berdering kembali membuatnya kaget. Panggilan dari kontak bernama Asami. Yuna tidak berani mengangkatnya karena itu bukan ponselnya. Dia hanya memegangi dan melihat ponsel itu tanpa berani mengutak atiknya. Berkali-kali nama Asami muncul di ponsel itu untuk menelepon dan mengirim pesan, membuat Yuna jengkel karena tidak bisa tidur nyenyak. "Siapa sebenarnya Asami itu? Apa dia pacar Ryuichi-kun? Bahkan selarut ini masih saja menelepon. Menganggu saja."gerutu Yuna kesal. Alhasil dia mensilent ponsel itu dan tidur kembali.
***
Siang itu Ryuichi datang ke rumah Yuna. Ibu memanggil Yuna yang masih sibuk di kamarnya. Yuna menemui Ryuichi dengan membawa ponselnya. Setelah menyajikan minuman untuk mereka ibu pun kembali ke dapur dengan senang. Kini putrinya bisa melupakan Tatsuya dan mulai mempunyai teman baru.
Yuna memberikan ponsel itu kepada Ryuichi. Yuna sempat memprotes dengan panggilan dan pesan yang berkali-kali masuk dengan nama yang sama.
"Semalam pacarmu menelepon berkali-kali. Tapi aku tidak mengangkat telfonnya. Aku takut salah paham."kata Yuna membuka percakapan. Ryuichi hanya diam, sibuk mengecek isi ponselnya.
"Apa yang Ryuichi-kun lakukan di hari libur ini?"tanya Yuna basa-basi untuk memecah keheningan diantara mereka.
"Mengerjakan projek kuliah."jawab Ryuichi singkat. Matanya masih tertuju pada ponselnya sedangkan tangannya sibuk mengetik.
"Ah bahkan aku belum mengerjakan tugas sedikitpun. Jurusan sastra memang harus terbiasa dengan buku tebal ya.."ungkap Yuna tidak bersemangat.
"Dasar aneh. Kalau begitu kenapa dulu kamu memilih jurusan sastra."kritik Ryuichi.
"Entahlah. Aku tidak punya pilihan lain saat itu. Aku suka sastra. Aku hanya tidak kuasa bertemu buku-buku tebal."jawab Yuna malu. "Sama seperti seseorang."kata Ryuichi dengan wajah datar.
"Siapa yang kamu maksud sama?"tanya Yuna penasaran.
"Jurusan sastra yang malas membuka buku teori tebal. Tapi dia mampu membaca novel setebal buku teori itu."ungkap Ryuichi.
"Apa dia punya banyak koleksi novel? Aku ingin berkenalan dengannya."kata Yuna kegirangan.
"Sangat banyak novel. Hubungi saja nomor ini dan bilang kamu teman Ryuichi."jelas Ryuichi. Yuna langsung mencatat nomor yang ditunjukkan Ryuichi ke ponselnya.
"Apa aku tidak mengganggu waktunya?"tanya Yuna ragu.
"Bukankah perempuan akan ambisius jika bertemu dengan orang yang punya hobi sama?"kata Ryuichi meyakinkan. Yuna mengangguk paham dan tersenyum. Setelah itu Ryuichi berpamit pulang.
***
Beberapa hari kemudian Yuna menghubungi nomor yang diberikan Ryuichi. Dengan penuh antusias Yuna menelepon dan berkata ingin berkunjung ke rumahnya sekalian bertukar novel nantinya. Tidak disangka orang yang menyebut dirinya Ayumi memperbolehkan untuk berkunjung hari itu juga. Yuna segera bersiap dan memasukkan beberapa novel koleksinya ke dalam tas. Setelah berpakaian rapi dia pun langsung menuju rumah Ayumi yang ternyata lumayan dekat.
Sampailah dia di depan gerbang rumah tujuan. Sebuah rumah yang cukup besar dengan aneka tanaman mawar yang sangat terawat. Terlihat seorang perempuan sebaya Yuna membuka pintu rumah. Dia langsung menemui Yuna saat menyadari keberadaannya. Perempuan cantik dengan gaya pakaian elegan dan bertubuh tinggi itu menyambut kedatangan Yuna dengan sangat ramah dan mengajak masuk rumahnya. Sangat sepi untuk rumah sebesar itu. Tidak banyak basa-basi Ayumi langsung mengajak Yuna menuju kamar miliknya yang cukup luas. Yuna terkesima melihat banyak novel berjejer rapi di rak buku kamar itu.
"Ah senangnya pecinta novel berkunjung kerumahku. Pasti liburanku jadi seru. Yuna-chan bisa main kesini kapan saja. Anggap saja ini kamar sendiri."sambut Ayumi dengan ceria. Yuna hanya tersenyum. Dia tidak menyangka Ayumi-san sebaik itu. Ayumi langsung meminta Yuna mengeluarkan novelnya dan menyilahkan Yuna memilih novel koleksinya. Mereka langsung akrab dan sangat antusias membahas isi novel yang mereka baca.
"Apakah kamu dekat dengan Ryuichi sejak lama?"tanya Ayumi.
"Baru beberapa hari ini. Tapi aku pernah melihatnya beberapa bulan lalu di kampus."jawab Yuna yang masih membuka-buka halaman novelnya.
"Apa? Kalian satu universitas dan baru saling kenal sekarang?"tanya Ayumi kaget. Yuna hanya mengiyakan dan tertawa.
"Seandaiya aku dulu magang di universitas kalian. Pasti aku adalah dosenmu."kata Ayumi tersenyum ke arah Yuna.
"Eh? Ayumi-chan seorang dosen?"tanya Yuna kaget. Dia mengira Ayumi masih seorang mahasiswa.
"M-hm. Baru satu tahun aku jadi dosen. Di jurusan sastra seperti kamu. Jadi bila ada kesulitan tentang kuliahmu, tanya saja padaku. Aku siap membantumu."jawab Ayumi bangga.
"Ya. Aku pasti butuh pertolongan. Apalagi aku sangat pusing jika membaca buku teori yang tebal.Tapi bagaimana Neechan tau kalau aku mahasiswa sastra?"tanya Yuna heran.
"Ryuichi yang memberitau. Dia bilang ada perempuan yang kebiasaannya sama denganku. Jadi aku meminta dia menceritakan siapakah kamu. Adikku selalu tau aku kesepian jika disini. Jadi dia mencarikanku teman."jawab Ayumi sambil tertawa.
"Jadi.. Ryuichi adalah adik Neechan?"tanya Yuna kaget.
"Apa dia tidak mengatakan kalau aku adalah kakaknya? Selalu begitu."kata Ayumi sedikit kecewa.
"Tapi Ryuichi-kun bilang kalau Neechan sangat baik dalam membaca."kata Yuna menghibur.
"Begitukah? Adikku memang tidak pandai menceritakan kebaikan orang. Tapi sebenarnya dia peduli. Apa Yuna-chan tidak tertarik untuk jadi pacarnya?"goda Ayumi yang membuat muka Yuna langsung memerah.
"Mm.. aku hanya temannya kok. Tapi kupikir Ryuichi memang teman yang baik."jawab Yuna gugup.
Yuna berkata dalam hati dan menggerutu heran. "Apa yang sebenarnya dipikirkan Ayumi sampai mempromosikan adiknya sendiri?"
"Aku tidak tau persis perempuan seperti apa yang jadi pacarnya Ryuichi. Tapi kamulah perempuan pertama yang datang kerumah ini."kata Ayumi jujur. Yuna yang mendengarnya jadi heran.
"Oh. Beberapa hari yang lalu ponselnya tertinggal di rumahku. Dan ada banyak sekali panggilan masuk dari seseorang bernama Asami. Mungkin dia pacar Ryuichi."kata Yuna sambil tertawa.
"Aku tidak pernah mengenal yang bernama Asami. Apalagi sampai main ke sini. Mungkin dia hanya fans Ryuichi saja."tebak Ayumi yang kini sibuk membuka novel koleksi Yuna. Keduanya saling bercanda dan tertawa sampai tidak menyadari ada seseorang di depan pintu kamar.
"Bisakah kalian mengecilkan volume tertawa kalian? Aku akan sangat terganggu jika suasana segaduh ini ."protes orang yang tak lain adalah Ryuichi.
"Sejak kapan Ryu-chan pulang?"tanya Ayumi pada adiknya.
"Baru saja."jawab Ryuichi singkat. Dia baru saja ke supermarket membeli beberapa makanan ringan. Dia kemudian memberikan softdrink yang baru saja dibelinya untuk Ayumi dan Yuna.
"Senang bertemu lagi Ryuichi-kun."sapa Yuna saat Ryuichi menyodorkan softdrink. Dia hanya tersenyum kecil.
"Aku akan mengerjakan projekku. Jadi aku butuh ketenangan."kata Ryuichi dengan wajah datar kemudian masuk ke kamarnya yang bersebelahan dengan Ayumi.
Beberapa jam kemudian Yuna pamit pulang. Ayumi mengantarkan sampai halaman depan dan berpesan untuk sesering mungkin main ke rumahnya.
"Apa yang terjadi dengan dua orang itu ya? Kenapa Ryuichi tidak bilang dari awal jika Ayumi adalah kakaknya. Sedingin itukah dia hingga tidak mau menceritakan kakaknya yang sebaik itu. Kenapa Ryuichi yang tidak pernah mengajak pacarnya kerumah malah membiarkan aku datang ke rumahnya? Padahal aku hanya teman barunya. Apa yang dipikirkan Ryuichi tentang aku ya?"gumam Yuna bertanya-tanya dalam hatinya sepanjang perjalanan pulang.
***
Hujan turun dengan deras selepas pukul 6 sore. Yuna masih bersama Shiori dan Akemi. Mereka masih enggan untuk pulang dan memilih duduk di balkon kelas sambil ngobrol ringan.
"Aķu akan menunggu Kinouse. Sebentar lagi dia akan menjemputku."kata Shiori yang sibuk berbalas chatting.
"Takumi-chan juga sebentar lagi menjemputku."ujar Akemi yang barusan menerima telepon.
"Lalu aku dengan siapa?"kata Yuna tidak bersemangat.
"Kalau begitu ikut denganku saja."hibur Shiori seraya meletakkan tangannya di bahu Yuna.
"Tidak mau. Apa aku harus jadi saksi bisu ditengah keberadaan kamu dan Kinouse senpai?"tolak Yuna sambil tertawa.
"Berbahagialah kalian berdua yang cintanya terbalas. Dan bisa bersama dia sampai saat ini."kata Yuna mengenang perjuangan saat mereka mengejar cinta mereka dan saling support. Mereka tertawa. Tapi Shiori dan Asami langsung diam. Mereka sadar Yuna lah satu-satunya yang gagal dalam misi itu. Mereka langsung mengalihkan pembicaraan takut Yuna kembali bersedih dengan masa lalunya.
"Sepertinya hujan semakin deras. Ayo kita turun dan pergi ke kantin mencari minuman hangat."ajak Akemi sambil menarik tangan Yuna dan Shiori. Setengah jam kemudian Takumi-kun datang menjemput Akemi. Setelah menyapa Yuna dan Shiori dia meminta ijin pulang membawa Akemi.
"Yuna-chan aku juga akan pulang sekarang. Ayo ikut saja denganku."ajak Shiori yang tak tega meninggalkan Yuna sendirian.
"Shiori-chan duluan saja. Aku akan pulang sebentar lagi. Tuh, Kinouse senpai sudah sampai."kata Yuna sambil menunjuk ke halaman depan kampus. Karena Yuna menolak pulang dengannya dan akan pulang sebentar lagi Shiori pamit dan meninggalkan Yuna yang masih menikmati minumannya.
"Ya. Hanya aku saja yang cintanya belum terbalas. Hanya aku yang ditolak dengan sangat menyakitkan."kata Yuna dalam hati.
Setengah jam berikutnya Yuna berjalan keluar kampus menuju halte. Tidak lama setelah itu sebuah bus berhenti. Para penumpang bergegas menaiki bus dan mulai mencari tempat duduk kosong. Tiba-tiba seseorang menarik tangan Yuna sampai dia terduduk di sebelahnya. Yuna kaget saat melihat siapa orang itu.
"Ryu-kun?"tanya Yuna yang masih tidak percaya.
"Duduk di sini saja."jawab Ryuichi datar sepeti biasa. Yuna mengangguk dan membenarkan duduknya.
"Ryu-kun, apakabar? Bagaimana kabar Neechan?"tanya Yuna membuka percakapan.
"Baik. Neechan juga baik."jawab Ryuichi.
"Syukurlah.."kata Yuna lega. Ryu hanya tersenyum tipis. Suasana jadi aneh karena Yuna yang cerewet harus berhadapan dengan orang yang hemat bicara. Bahkan Yuna sempat memggerutu karena Ryuichi selalu acuh dan cuek.
Bunyi petir yang keras membuat Yuna kaget. Dia memejamkan matanya menahan takut. Tangannya bergetar tapi ditahannya dengan menggenggam erat kedua telapak tangannya. Ryuichi melihat ketakutan Yuna. Wajahnya memerah dan berusaha menyembunyikan apa yang sedang dirasakannya dengan tersenyum masam ke arah Ryuichi.
"Apa kamu baik-baik saja?"tanya Ryuichi sedikit khawatir.
"Aku tidak apa-apa. Aku hanya kaget."jawab Yuna berbohong. Dia tidak mau kelihatan takut. Ryuichi pun percaya dan kembali fokus ke ponselnya.
Di pemberhentian berikutnya Yuna turun dari bus dan langsung berjalan di bawah payungnya. Dia baru menyadari Ryuichi juga turun di halte yang sama. Ryuichi berjalan dengan hanya menggunakan jaket. Yuna mengejar Ryuichi.
"Ryu-kun,Tunggu!"teriak Yuna. Setelah dekat dengannya Yuna langsung memayungi laki-laki itu.
"Yuna-san pakai saja payungnya. Aku tidak akan sakit gara-gara kehujanan."kata Ryuichi meyakinkan.
"Tidak bisa. Ryu-kun telah menolongku waktu kehujanan jadi aku harus menolongmu juga."kata Yuna memaksa.
"Bukan karena berbalas budi kan?"tanya Ryuichi menyelidik.
"Aku hanya ingin menolong Ryu-kun."jawab Yuna percaya diri. Ryuichi mencoba menghargai kebaikan Yuna dan mengiyakan. Akhirnya Ryuichi dan Yuna pulang bersama di bawah hujan lagi seperti waktu itu.
Tiba-tiba kilatan petir dan bunyinya yang sangat keras membuat Yuna kaget untuk yang kedua kalinya. Reflek dia berhenti dan memejamkan matanya. Tangannya berpegang sangat erat pada apa pun yang ada didekatnya. Kali ini tangan Ryuichi lah yang dicengkeramnya. Ryuichi jadi bingung dengan sikap reflek Yuna.
"Ada apa denganmu? Apa sebenarnya kamu takut petir?"tanya Ryuichi curiga.
"Aku tidak takut. Aku hanya sangat kaget."bela Yuna yang tidak mau berterus terang. Yuna baru sadar tangannya berpegangan terlalu kuat pada tangan Ryuichi dan langsung melepasnya. Dia meminta maaf atas tindakannya itu. Tapi petir masih saja bergemuruh keras. Membuat Yuna semakin panik. Ryuichi meraih tangan Yuna yang tadi buru-buru dilepaskannya dan menggenggamnya.
"Jangan pernah berbohong padaku. Aku tau kamu takut petir. Ayo cepat buka matamu dan berjalanlah seperti biasa."kata Ryuichi yang tidak mau membuang waktu di bawah guyuran hujan. Tapi yang diajak bicara tak bergeming, masih berdiri mematung dengan tangan bergetar.
"Tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku ada bersamamu. Cepat berjalanlah."bujuk Ryuichi. Akhirnya Yuna membuka matanya dan berjalan perlahan. Tangannya berpegang pada tangan Ryuichi yang masih menggandengnya erat sedangkankan tangan kanan Ryuichi memegang payung. Sebenarnya Ryuichi tau Yuna takut petir dari awal saat masih di bus. Hanya saja dia malas untuk mendesak Yuna yang pura-pura kuat. "Kenapa aku jadi berdebar? Padahal bunyi petir kan sudah tidak ada. Dan kenapa aku jadi terdiam begini? Bukankah aku selalu bisa mencairkan suasa. Kali ini kenapa aku tidak bisa? Tangan ini membuatku berdebar."gumam Yuna dalam hati. Matanya masih tertuju pada tangan Ryuichi.
"Maaf. Apa tanganmu sakit?"tanya Ryuichi yang tersadar genggamannya terlalu kuat . Dia lalu melepaskannya.
"Tidak. Aku baik-baik saja."jawab Yuna yang masih menyembunyikan perasaan anehnya.
Tiba-tiba ada sebuah mobil menepi mendekati mereka. Seorang perempuan berambut panjang dengan penampilan glamor sudah terlihat setelah kaca mobilnya terbuka.
"Ryuichi-chan.. Mau ikut denganku? Siapa perempuan disebelahmu?"tanya perempuan yang terlihat mengenal baik Ryuichi. Dia memandang Yuna dengan tatapan tidak senang.
"Dia temanku. Bisa antarkan aku sebentar kan Asami? Dia mendadak mengigil karena kehujanan."kata Ryuichi kepada perempuan yang ternyata bernama Asami.
"Yah. Tadinya aku hanya ingin mengajak Ryichi-chan saja. Tapi sudahlah."jawab Asami memperbolehkan Yuna ikut. "Ryuichi-chan tolong duduk di sampingku. Biar dia yang duduk di belakang kita."kata Asami saat Ryuichi membukakan pintu mobil untuk Yuna. Asami langsung membuka pintu di samping kemudinya. Setelah Yuna masuk, Ryuichi menutup pintunya dan duduk di samping Asami. Perlahan mobil berjalan ke arah rumah Yuna. Sesekali Ryuichi menunjukkan jalan mana yang harus di lewati.
"Ryuichi-chan kemana saja? Aku kira kamu terlibat masalah. Habis kamu tidak pernah menjawab telfonku akhir-akhir ini."tanya Asami penasaran.
"Maaf akhir-akhir ini tugasku padat jadi aku jarang membuka ponselku. Aku juga men'silent'nya."jawab Ryuichi tenang.
"Padahal aku ingin mengajak Ryuichi jalan."kata Asami menyayangkan kesempatannya yang belum terwujud itu.
"Lain kali saja."jawab Ryuichi. Yuna yang sedari tadi mendengar percakapan mereka masih terduduk diam. Pikirannya kembali bertanya-tanya.
"Ini yang namanya Asami? Terlihat sangat berkelas dan sangat cocok dengan Ryuichi. Mereka sangat dekat. Tapi.. kenapa ada yang aneh saat aku melihat Ryuichi dengan perempuan itu? Apa mungkin aku.. Ah tidak mungkin. Tidak boleh. Aku tidak boleh menyukai Ryuichi."gumam Yuna penuh tanya dalam hatinya. Mata dan tangannya berusaha untuk tidak gugup karena menyembunyikan sesuatu.
"Hey! Apa kamu tidak mau turun? Ini sudah sampai rumahmu dan kamu masih tetap diam. Apa yang kamu pikirkan?"tanya Ryuichi yang membuat lamunan Yuna buyar. Dia langsung membuka pintu mobil dan mengucapkan terimakasih pada Asami dan Ryuichi. Tapi Asami hanya menatapnya tajam membuat Yuna tidak enak hati. Dia langsung pamit dan buru-buru masuk rumah. Dia masih menyimpan sesuatu. Perasaan yang tiba-tiba membuatnya tidak tau apa yang harus dilakukannya.
"Apa aku mulai menyukai Ryuichi-kun? Ah tidak boleh. Tapi.. kenapa Ryuichi jadi baik padaku ya..?"gumam Yuna penuh tanya.
Yuna baru saja keluar dari ruang kelas setelah mengikuti dua jam mata kuliah. Dia berjalan santai menuruni anak tangga ingin menuju suatu tempat. Yuna berpapasan dengan Tatsuya-kun yang melangkah menuju ke arahnya. Membuat Yuna heran apa yang akan dia katakan?
"Yuna-chan. Sedang apa disini?"tanya Tatsuya. Ini kali pertama Tatsuya menyapa setelah beberapa bulan yang lalu menolak Yuna.
"Aku sedang menunggu seseorang."jawab Yuna.
"Oh begitu ya. Yuna-chan, aku minta maaf atas kelakuan dan sikapku beberapa bulan lalu. Aku sadar tidak seharusnya dulu aku marah padamu. Ini semua salahku. Maafkan aku, Yuna-chan."ucap Tatsuya tiba-tiba. Yuna bahkan kaget dengan permintaan maaf Tatsuya itu. Tapi dia berusaha setenang mungkin.
"Aku sudah sudah memaafkanmu dari dulu. Jadi tidak usah khawatir."jawab Yuna seraya tersenyum.
"Dan aku tau ternyata apa yang kamu lakukan harus mendapatkan balasannya. Atas perjuanganmu yang sungguh luar biasa untuk mencintaiku. Atas penantianmu yang sangat lama untukku. Aku sadar mencintai adalah hal yang sangat membutuhkan banyak pengorbanan. Aku sudah mengalaminya. Jadi aku tau bagaimana rasanya. Aku tau kamu tulus. Yuna-chan, aku.. "kata-kata Tatsuya terhenti saat seseorang memanggil Yuna beberapa meter dari tempat mereka berdiri.
"Yuna-chan, maaf membuatmu menunggu."kata Ryuichi dari bawah anak tangga sedangkan Tatsuya dan Yuna masih di tengah-tengah anak tangga.
"Ryuichi-kun.."kata Yuna yang menyadari orang yang ditunggu akhirnya datang.
"Maaf. Aku ada janji dengan Yuna-chan."kata Ryuichi yang telah menaiki anak tangga dan menarik tangan Yuna.
"Aku juga sedang ada urusan dengan Yuna-chan."kata Tatsuya tak mau kalah.
"Maaf. Tapi akulah yang membuat janji lebih dulu."tegas Ryuichi. Dia menatap Tatsuya dengan intens. Entah apa arti tatapan sekilas itu, lalu membawa Yuna pergi dari tempat Tatsuya berdiri, membuat Tatsuya kecewa karena kata-katanya terpotong gara-gara kedatangannya. Dia tidak suka dengan kedatangan Ryuichi yang merusak suasa tadi.
Ryuichi terus berjalan menggandeng tangan Yuna tanpa mengatakan sepatah katapun. Yuna bingung dengan perubahan sikap Ryuichi yang sepertinya tidak suka dirinya bersama Tatsuya. Ryuichi tiba-tiba berhenti di lorong dan membuat Yuna menyender di dinding. Tangan Ryuichi masih memegang tangan Yuna. Wajahnya sangat dekat Yuna dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang jelas ada seklebat rasa marah yang sempat terbaca oleh Yuna. Dia jadi sangat gugup dengan wajah di depan matanya yang begitu dekat. Membuatnya kehilangan kata-kata.
"Bodoh. Kenapa kamu mempertahankan orang tidak tau perasaan seperti dia? Apakah ini alasan setiap kutemukan kamu sedang menangis saat itu? Aku mendengar semua yang dia katakan."kata Ryuichi dengan nada menekan.
"Aku.. aku tidak tau kenapa aku bisa bertahan. Aku hanya mencintainya."jawab Yuna masih gugup.
"Aku hargai itu. Tapi apa kamu masih menyukainya? Jika dia menyatakan cinta apa kamu akan merasa bahagia? Bagaimana jika dia hanya mempermainkanmu?" tanya Ryuichi bertubi-tubi.
"Ryuichi-kun kenapa seperti ini?"kata Yuna yang justru balik bertanya. Dia jadi sangat gugup.
"Maaf. Aku terlalu terbawa emosi. Aku hanya tidak suka Tatsuya mempermainkan perasaanmu."kata Ryuichi setelah mampu mengendalikan emosinya. Dia segera melepaskan genggamannya dan menjauhkan wajahnya. Dia menarik tangan Yuna dan berjalan membawa Yuna keluar kampus tanpa sepatah kata pun.
"Ryuichi-kun..? Kenapa dia khawatir dengan perasaanku? Bukankah aku hanya temannya? Dan kenapa dia menatap Tatsuya-kun dengan tatapan aneh? Seperti tatapan tidak suka. Yang barusan kudengar dari Tatsuya-kun, apakah itu artinya dia mulai menyadari perasaanku? Tapi kenapa aku tidak merasa senang saat Tatsuya mengatakan itu semua dan meminta maaf padaku? Seolah cinta itu telah kubuang jauh hingga aku lupa betapa banyak perjuanganku untuk bertahan demi dia. Tapi kenapa perasaanku biasa saja? Mungkinkah cinta untuknya memang sudah pergi?"kata Yuna dalam hati atas perasaan yang sedang berkecamuk memenuhi pikirannya.
~To be continue
#Writter Note
Hai minna.. kembali lagi di November Rain part 2 ;)
Terimakasih sudah mampir di blogku ^_^
Maaf jika ada banyak kesalahan dan typo yang masih bertebaran :D
Tunggu kelanjutan ceritanya di Part 3 yaaa :)
Melin
Langganan:
Postingan (Atom)