November Rain (Part 3)
by : Melin
"Kenapa cintamu datang saat hatiku telah pergi?"
Yuna masih memikirkan dua orang yang saling berbantah karena dirinya. Dia masih larut dengan pernyataan Tatsuya, laki-laki yang dulu dikejarnya mati-matian, menjadi temannya dan kemudian dibenci gara-gara Yuna mencintai Tatsuya yang saat itu sedang mempunyai gebetan baru. Disaat Yuna telah menghilangkan perasaannya pada Tatsuya, dia justru datang kembali dan meminta maaf. Yuna memang memaafkannya. Tapi untuk perasaannya, dia tak lagi mengharapkan hati Tatsuya yang dulu menolaknya secara menyakitkan. Mungkin dia sudah tertuju pada hati yang lain. Hanya saja Yuna belum terlalu yakin dengan perasaannya. Dia hanya tidak ingin kisah pahitnya terulang kembali. Lamunan panjang Yuna terpecah saat bunyi ponsel Ryuichi mengagetkannya.
"Moshi-moshi.."kata Ryuichi mulai bicara.
"Ryu-chan.. kampus akan mengadakan meeting sekarang. Ini sangat mendadak. Bisakah kamu bilang Yuna-chan untuk menunggu 2-3 jam lagi? Kalau kalian tidak mau menunggu di apartemenku main saja dulu ke daerah sekitar. Maaf sangat mendadak yaa.. bye."kata Ayumi dari seberang telepon. Tapi dia langsung memutuskan panggilan membuat Ryuichi tidak bisa bertanya apa pun.
"Neechan ada meeting mendadak. Tunggu 2-3 jam lagi." kata Ryuichi sembari meletakkan ponselnya ke dalam saku.
"Eh? 3 jam? Kalau begitu aku harus pulang terlebih dahulu dan datang setelah Neechan pulang rapat."jawab Yuna santai.
"Tidak usah pulang. Bukankah aku telah berjanji mengantarkanmu?"kata Ryuichi mengingatkan.
"Tidak masalah. Aku bisa ke sana sendiri."jawab Yuna meyakinkan.
"Kalau begitu bagaimana jika kita menunggu Neechan dengan pergi ke taman hiburan di dekat apartemennya. Bagaimana?"tawar Ryuichi yang tidak mau membiarkan Yuna pergi sendirian ke rumah kakaknya.
"Sebenarnya aku belum pernah ke taman hiburan hanya dengan seseorang. Apa ini akan tetap seru?"tanya Yuna ragu. Dia selalu datang ke taman hiburan dengan sahabatnya dan mengajak banyak teman yang lain.
"Oh ya? Apa artinya kamu tidak pernah kesana untuk kencan?"goda Ryuichi sambil menundukkan kepalanya dan sedikit berbisik di telinga Yuna.
"Bukan begitu. Uhh!! Ryuichi-kun menyebalkan."protes Yuna yang kesal karena merasa diejek. Ryuichi hanya tersenyum dingin.
"Kalau begitu ayo kita pergi sekarang. Anggap saja ini kencan."ajak Ryuichi yang tidak memberikan kesempatan Yuna untuk menolak ajakannya karena dia menarik tangan Yuna dan terus berjalan menuju halte. Ryuichi memilih diam dan hanya mendengarkan semua kata-kata Yuna. Dia hanya tersenyum dingin ke arah Yuna padahal sebenarnya dia ingin sekali tertawa dengan sikap Yuna yang dianggapnya terlalu polos.
Tiga puluh menit kemudian mereka sudah ada di pintu utama taman hiburan. Banyak orang dan anak-anak berlalu lalang menuju wahana yang mereka inginkan.
"Aku tidak yakin ini akan seseru biasanya."kata Yuna mencoba membuat Ryuichi ragu.
"Tidak akan. Kupastikan ini lebih seru."jawab Ryuichi yakin. Dia langsung mengajak Yuna mencoba suatu wahana. Teriakan mulai terdengar saat tubuh mereka dan yang lain terbawa roller coaster yang berputar, berbelok, dan menukik dari ketinggian 70 meter. Yuna berteriak histeris diikuti tawa Ryuichi yang mengejek Yuna terlalu takut. Tapi Yuna justru berkata dalam teriaknya, Ryuichilah yang penakut. Mereka masih tertawa selepas mencoba wahana yang satu ini dan masih mengatur nafas yang hampir habis setelah uji nyali diatas roller coaster. Yuna berjalan mendahului Ryuichi. Dia ingin menaiki dodonpa. Tapi Ryuichi merekomendasikan wahana rumah hantu. Yuna jelas ingin menolak karena dia memang takut hantu. Tapi lagi-lagi dia sok pemberani hanya karena benci Ryuichi yang selalu meledeknya 'si penakut'.
"Apa kamu yakin memasuki rumah hantu ini? Kupikir ini terlalu ekstrim untuk seorang penakut."ledek Ryuichi.
"Sudah kubilang aku bukan penakut."tegas Yuna kesal.
"Kalau begitu, ayo kita buktikan."tantang Ryuichi sambil mendorong tubuh Yuna perlahan memasuki rumah hantu. Suasana jadi mistis bagi Yuna. Hanya keremangan cahaya yang nampak di labirin rumah hantu itu. Nyali Yuna jadi menciut saat ada bunyi-bunyi menakutkan ala hantu. Ryuichi hanya mengikuti Yuna dari belakang sambil tersenyum kecil menunggu orang di depannya itu berteriak dan bilang sebenarnya dia takut hantu. Namun sudah 15 menit berlalu Yuna masih fokus mencari jalan keluar dan berusaha tidak menampakkan ketakutannya.
"Hmm.. dia cukup nekat juga."gumam Ryuichi dalam hati dengan senyum evilnya. Kali ini Yuna sudah mulai berteriak saat hantu-hantu penghuni labirin mulai bernampakan. Sesekali dia lari sangat cepat membuat Ryuichi harus ikut berlari dibelakangnya.
"Segitu saja keberanianmu."tantang Ryuichi sambil ketawa kecil.
"Ryuichi-kun! Berhentilah menertawakanku dan bantu aku menemukan jalan keluar."teriak Yuna karena Ryuichi hanya mengikuti Yuna saja tanpa mau berfikir menghindar dari gangguan para hantu.
"Ah sebenarnya kamu sudah melewati lorong ini tiga kali. Tidakkah kamu lihat lampu redup dengan lukisan hantu sadako ini ada di perempatan lorong? 3 diantaranya sudah kita lewati."kata Ryuichi sambil menunjuk lukisan di depannya. Yuna sangat kesal begitu tau Ryuichi sengaja mempermainkannya.
"Ryuichi-kun!! Disaat darurat begini berani-beraninya kamu bercanda. Awas saja kau."kata Yuna yang mulai naik darah sambil melayangkan tinjunya ke wajah Ryuichi. Namun dia segera menangkisnya.
"Oh. Ada zombie di belakang kita. Cepat lari."perintah Ryuichi sambil menarik tangan Yuna. Kali ini Ryuichi yang mencari celah dan jalan keluar dari kejaran zombie. Yuna hanya berteriak-teriak saat melihat zombie itu hampir menyentuh tangannya.
"Tenanglah dan diam. Suaramu membuat telingaku berdenging dan sulit berfikir mencari jalan keluar."omel Ryuichi sambil terus berlari membawa Yuna. Kali ini Yuna mengikuti kata-kata Ryuichi dan pasrah mau dibawa kemana dirinya. Yuna menggerutu pada dirinya sendiri yang meyakinkan bahwa dia tidak takut hantu. Sebenarnya dia tidak akan mau jika tadi dia tak diejek Ryuichi. Baginya, diremehkan adalah sebuah penghinaan atas harga dirinya. Tapi apalah daya, kenyataan bahwa hantu memang menakutkan tidak dapat dipungkiri oleh Yuna saat ini. Sudah sekitar 60 menit mereka berada dalam labirin berhantu. Yuna sudah semakin kehilangan energi. Larinya tidak secepat tadi, membuat Ryuichi semakin memakai tenaganya untuk menarik paksa dan membawanya lari saat bertemu dengan sadako, hantu dengan kaki dan tangan yang sangat panjang.
"Aku tidak mau lagi. Ini semakin mengerikan."teriak Yuna yang kini mulai ketakutan setelah melihat wajah hantu sadako.
"Tenanglah. Mereka semua manusia. Dia hanya bertugas menakuti kita."jawab Ryuichi. Dia mulai cemas karena Yuna mulai lemas dan tidak bertenaga.
"Yuna-chan? Apa kamu baik-baik saja?"tanya Ryuichi khawatir. Yang ditanya hanya diam karena masih syok dengan hantu sadako tadi.
"Yuna-chan? Kamu dengar kan?"tanya Ryuichi sambil mengoyak bahu Yuna. Saat itulah dia tau bahwa Yuna menangis.
"Yuna-chan tidak apa-apa. Ini hanya bohongan. Tenanglah."kata Ryuichi. Dia menarik Yuna dan menenggelamkan wajah ketakutan itu dalam pelukannya.
"Jangan takut. Kita sudah keluar dari rumah hantu."kata Ryuichi menenangkan.
"Aku tidak mau seperti ini lagi. Sebenarnya aku takut hantu."ucap Yuna jujur. Ryuichi mengangguk mengerti. Dia melepaskan pelukannya dan menghapus lelehan air mata di wajah Yuna.
"Kamu sangat jelek jika menangis. Tersenyumlah. Malu dilihat orang, tau."kata Ryuichi mengingatkan sambil memaksa Yuna tersenyum dengan menarik kedua pipinya hingga bibir Yuna melengkung simetris. Yuna hanya mengangguk mengiyakan dan tersenyum lega.
"Seperti ini ya rasanya menyelamatkan diri dari bahaya."tanya Yuna yang masih tak percaya dirinya bisa keluar dari rumah hantu.
"Berdo'alah agar kamu tidak pernah melihat hantu. Hanya simulasi seperti ini saja sudah mau pingsan. Dasar penakut."ledek Ryuichi dengan wajah dingin setelah kondisi Yuna membaik. Yuna hanya mendengus kesal melihat Ryuichi yang menyebalkan lagi.
"Bukk!!"sebuah tinju melayang dari tangan Yuna menuju perut Ryuichi secara tiba-tiba.
"Aduh. Sakit tau!"erang Ryuichi yang tidak tau Yuna akan memukul tiba-tiba.
"Rasakan! Ini untuk tingkah menyebalkanmu waktu di rumah hantu. Mana ada kencan sehorror tadi. Menyebalkan."kata Yuna yang masih sedikit kesal dengan Ryuichi.
"Bodoh. Yang aku bilang kencan itu hanya bercanda. Atau kamu memang mengharapkan kencan denganku ya?"ledek Ryuichi yang selalu membuat Yuna jengkel.
"Malas berkencan dengan orang menyebalkan. Tidak ada sisi baiknya. Apalagi romantis."jawab Yuna tak mau kalah.
"Oh begitu? Akan kupastikan kamu hanya mau berkencan denganku."jawab Ryuichi dengan pedenya. Yuna hanya menjawab itu tidak akan terjadi. Dia sangat kesal karena perubahan sikap Ryuichi yang kembali jadi dingin padanya.
Mereka berjalan keluar taman hiburan menuju apartemen tempat kakak Ryuichi tinggal. Sesampainya di lantai 5 Ryuichi menuju pintu nomor 21 dan memencet bel di depan pintu. Seketika seorang dengan wajah ceria menyambut kedatangan mereka.
"Hai.. maaf membuat kalian menunggu. Ayo masuk."ajak Ayumi sambil menarik Yuna dan menyuruhnya duduk di ruang tamu. Tapi Ayumi heran melihat keanehan raut wajah mereka.
"Ryu-chan, apa yang terjadi? Kenapa kalian saling diam? Kalian habis bertengkar ya?"tanya Ayumi curiga.
"Tidak!"jawab mereka serempak. Membuat Ayumi tertawa mendengarnya.
"Kalian memang serasi ya."kata Ayumi yang membuat mereka berdua jadi tambah protes tidak mau disamakan. Yuna yang tidak mau terlalu lama mendengar ocehan Ayumi langsung menjelaskan maksud kedatangannya untuk mengerjakan tugas dari dosennya. Ayumi mengangguk mengerti dan sesekali memberikan penjelasan pada Yuna. Dia juga memberikan resume miliknya. Sementara Ryuichi tiduran di sofa yang letaknya tak jauh dari mereka, duduk dengan telinga tertutup headphone dan sibuk dengan game di ponselnya.
"Apa yang terjadi pada kalian? Sepertinya ada masalah."tanya Ayumi saat Yuna mulai menulis tugasnya.
"Dia mempermainkan aku dan membuatku masuk ke wahana rumah hantu."jawab Yuna tak bersemangat.
"Heh? Apa kalian berkencan?"tanya Ayumi antusias.
"Bukan.. Itu hanya untuk menunggu Neechan pulang."jawab Yuna sambil ketawa.
"Ah kupikir hubungan kalian akan terus maju. Aku menyukai kalian jika bersama."kata Ayumi sambil tertawa kecil membayangkan Yuna dan adiknya berpasangan.
"Itu tidak mungkin. Aku tau dia mempunyai pacar. Beberapa waktu yang lalu aku juga menumpang mobilnya bersama Ryuichi."sergah Yuna untuk menghentikan khayalan Ayumi.
"Dia belum mempunyai pacar setelah sekian lama cintanya dihianati. Dia jadi enggan dengan teman perempuan. Bahkan untuk sekedar ngobrol pun dia kadang tidak mau."bisik Ayumi dengan sedikit mendekati telinga Yuna.
"Mana mungkin. Tapi dia dan perempuan bernama Asami itu terlihat akrab kok. Itu artinya dia sudah bisa melupakan masa lalunya."ujar Yuna setengah berbisik.
"Apakah orang ini yang dimaksud?"tanya Ayumi seraya menunjukkan foto dari ponselnya ke hadapan Yuna.
"Ya. Dialah Asami. Apa Neechan mengenalnya juga?."tanya Yuna.
"Dia bukan pacar Ryu-chan. Dia hanya teman SMAnya. Kupikir hanya dia yang menyukai Ryuichi. Tapi Ryuichi tidak menyukainya. Aku sempat memergoki Asami menyatakan cintanya beberapa hari lalu. Tapi sayangnya dia ditolak secara halus oleh Ryu-chan."kata Ayumi masih dengan nada setengah berbisik. "Ehh?? Bukan pacarnya?"tanya Yuna kaget dan seketika menghentikan menulisnya. Dia tidak percaya dengan yang barusan didengarnya.
"M-hm. Dia sangat berambisi untuk mendapatkan Ryu-chan. Jadi berhati-hatilah dengannya. Meski ditolak dia pasti masih akan mendekati Ryu-chan. Dari gelagatnya aku yakin Ryu-chan tertarik padamu. Apa kamu tidak merasakan sesuatu juga padanya?"tanya Ayumi dengan wajah serius menghadap mata Yuna.
"Neechan.. Aku hanya temannya. Dan sekarang kita juga sedang sedikit konflik. Lagipula aku tidak tahan dengan sikap dinginnya."jawab Yuna gugup. Dia menundukkan pandangan dan kembali menulis.
"Aku tau Ryu-chan. Dari kecil dia memang seperti itu. Tapi percayalah.. sebenarnya dia baik."jawab Ayumi memuji adiknya. Dia sangat berharap feelingnya akan Ryuichi adalah benar adanya.
Ryuichi yang masih konsen dengan ponsel seketika menengok saat mendengar ribut-ribut samar dibalik headphonenya. Tapi sayang dia tak sempat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Sadar orang yang sedang dibicarakan terusik, mereka langsung diam dan bilang bahwa tidak ada apa-apa. Ryuichi sedikit curiga karena sempat mendengar namanya disebut-sebut oleh mereka. Tapi dia kembali memainkan game di ponselnya dan hanya memandang dingin wajah-wajah masam itu.
Dua jam kemudian Yuna pamit pulang di ikuti Ryuichi yang mulai melepas headphone dan memasukkan ponselnya dalam saku jaket. Ayumi menarik lengan Ryuichi dan membawa masuk ke dalam kamarnya.
"Ryu-chan. Kamu menyukai Yuna-chan kan? Kenapa tidak bilang saja kalau kamu menyukainya?"desak Ayumi setengah berbisik.
"Tidak. Aku hanya ingin membantunya melupakan masa lalunya."jawab Ryuichi datar. Dia tidak mau mengutarakan yang sebenarnya.
"Terserah. Aku hanya ingin kau tidak menyia-nyiakan gadis itu jika kamu memang menyukainya. Aku tau kamu sebenarnya menyukainya kan? Jadi, jangan pernah jadi pengecut."omel Ayumi panjang lebar dan kembali mengantarkannya untuk Yuna kemudian pulang. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan tidak mau memulai percakapan satu sama lain. Membuat Yuna sangat bosan dan ingin segera sampai rumah.
"Aku benci sikap menyebalkan Ryu-kun. Aku tidak suka cowok dingin yang tidak memperhatikan perasaan cewek. Tapi.. aku sadar dia juga baik padaku. Yang datang seperti malaikat saat aku merasa takut. Yang membuatku sok kuat dan melakukan hal-hal yang tidak pernah kulakukan karena aku takut mencoba. Bersama Ryuichi hiduku perlahan jadi kembali berwarna. Kalau saja Ryu-kun tidak menyebalkan dan cuek."kata Yuna dalam hatinya. Matanya masih menerawang jauh keluar jendela bus yang dia naiki bersama Ryuichi.
***
Sepulang kuliah, Yuna berjalan sendirian setelah ditinggal dua sahabatnya, Shiori dan Akemi yang ada janji dengan pasangan masing-masing. Dia jadi kesepian setelah sahabatnya menghabiskan waktu lebih banyak dengan kekasih mereka dari pada dengannya. Dengan langkah gontai dia berjalan dengan ponsel di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang tas laptop milik Akemi yang dititipkannya. Seseorang yang tak lain adalah Tatsuya langsung menghampiri Yuna yang tak bersemangat sama sekali.
"Yuna-chan.. Apa kamu kesepian?"tanya Tatsuya sembari berjalan disamping Yuna.
"Oh. Tatsuya-kun. Tidak. Aku hanya lelah karena mata kuliah hari ini."jawab Yuna sekenanya.
"Kalau begitu ikut denganku. Lelahmu pasti hilang."kata Tatsuya sambil membawa Yuna masuk ke ruang musik.
"Tatsuya-kun. Aku tidak mau berlama-lama di kampus. Aku hanya ingin pulang."kata Yuna yang sebenarnya tidak berminat pergi ke ruang musik. Tapi Tatsuya tetap memaksanya masuk.
"Aku ingin kamu mendengarkan aku memainkan lagu kesukaanmu. Jadi, duduklah dan dengarkan."perintah Tatsuya yang kemudian duduk di depan piano di samping Yuna. Jarinya mulai bernari perlahan di atas tuts piano sambil mengalunkan lagu dengan suara khasnya. Cukup membuat Yuna terpana dengan talenta Tatsuya yang baru kali ini disaksikannya. Tatsuya jadi tersenyum saat tau Yuna terkagum dengan lagu kesukaan yang dinyanyikannya. Tepuk tangan itu tak lepas dari tangan Yuna setelah lagunya berakhir. Dia memuji kelihaian Tatsuya memainkan piano. Yuna kemudian bangun dari duduknya. Namun, Tatsuya mencegahnya dengan meraih tangan Yuna kemudian menyuruhnya duduk kembali. Tatsuya mendekat dan wajahnya kini hanya tertuju pada Yuna. Membuat Yuna jadi salah tingkah dan heran.
"Aku baru menyadari perasaanku kepada Yuna-chan. Aku menyukai Yuna-chan seperti Yuna-chan menyukaiku."kata Tatsuya tiba-tiba.
Membuat Yuna semakin bingung mau jawab apa untuk sekarang ini? Bukannya menjawab dia malah diam, sibuk dengan pertanyaan yang berkecamuk didalam hatinya.
"Aku tidak akan jatuh dalam cinta yang sama lagi kan? Setelah sekian lama membunuh perasaanku, bukankah perasaan untuknya telah mati? Kenapa cintamu datang saat aku sudah berlalu pergi?"gumam Yuna dalam hati.
Tatsuya hanya diam. Menatap Yuna menanti apa yang akan dia katakan.
"Aku menyukaimu sebagai temanmu. Teman yang baik."ucap Yuna setelah sekian lama mencari kata yang tepat.
"Maksudku.. Aku mencintai Yuna-chan. Apakah Yuna-chan masih mencintaiku?"tanya Tatsuya penuh harap.
Yuna jelas tau arah pembicaraan Tatsuya. Dia ingin bilang yang sejujurnya, tapi dia takut Tatsuya akan sekecewa dirinya seperti waktu dulu, ditolak dengan cara yang menyakitkan. Belum juga menjawab, pikiran Yuna terbang ke masa lalunya dan merasakan betapa sakitnya dia waktu itu. "Setelah lama cinta untuknya mati, dia baru menyadarinya? Dan yang lebih menyakitkan adalah mendengar orang yang dulu kucintai tiba-tiba menyatakan cinta setelah semua cintaku pergi? Apa aku akan menyesal jika menolaknya sama seperti dia menolakku?"kata Yuna bertanya-tanya dalam hati. Dia tak sanggup menahan gejolak hatinya. Air mata yang tak ingin diperlihatkannya tiba-tiba muncul disudut mata. Tatsuya masih menatapnya dalam. Hanya saja dia mulai tidak tega melihat Yuna yang masih diam memikirkan apa yang dia katakan.
"Maaf.. Kupikir aku tidak bisa menerima cinta Tatsuya-kun. Aku sudah mencintai orang lain."jawab Yuna setelah lama hening mencari kata yang pas agar tidak membuat Tatsuya sakit hati.
"Aku tidak peduli."sanggah Tatsuya. Entah apa yang ingin dia lakukan, dia mendekatkan wajahnya di depan wajah Yuna, membuatnya kehilangan kata-kata. Tiba-tiba ponsel Yuna berbunyi sehingga membuat Tatsuya menjauh dari wajahnya. Panggilan masuk dari Ryuichi-kun.
"Bodoh. Cepat pulang dan keluarlah. Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?"kata Ryuichi dengan nada marah di ujung telefon tapi kemudian langsung memutuskan panggilannya.
"Maaf, aku harus pulang."kata Yuna singkat kepada Tatsuya. Yuna yang masih bersama Tatsuya langsung bergegas keluar ruang musik dan berlari mencari sosok yang baru saja meneleponnya. Sesekali dia memanggil namanya, tapi tak juga nampak wajah Ryuichi.
"Kenapa Ryu-kun tiba-tiba jadi marah ya..?"tanya Yuna pada dirinya sendiri.
~To be Continue ;)
#Writter Note
-Haii minna.. balik lagi di cerpenku, November Rain Part 3 ;)
-Arigatou sudah meluangkan waktu untuk visit blogku :)
-Gomen kalo banyak typo dan kesalahan" lainnya hehe
-Tunggu akhir cerita November Rain di part 4 yaa.. _^ (*ending part)
~melin :)
yahhhh bersambung lagii...
BalasHapusyahhhh bersambung lagii...
BalasHapusPart 4 udah publish (ending)
BalasHapusSelamat membaca :D