Kamis, 17 September 2015
Bisikan Selepas Hujan
Awan kelam berarak berjalan
Semakin bergumpal
Semakin pekat
Perlahan, ditumpahkanlah bebannya tanpa ragu
Tetesan air mulai berjatuhan
membasahi bumi, melegakan dirinya
Tak sengaja awan melihatmu berdiri dibawah rintiknya
Ia melihatmu menangis sesenggukan
Ia tau kamu mencoba melepas beban, sama sepertinya
Ia merasakan betapa besar luka tertoreh yang kau bawa
Awan hitam merasa iba
Lantas ia deraskan hujan untuk menghapus air matamu
Ia panggilkan angin untuk terbangkan kecewamu
Ia alirkan air untuk hanyutkan lukamu
Ia datangkan guruh untuk samarkan jerit bibir atas amarahmu
Namun, kamu masih tak bergeming
hanya terdiam berdiri
Tak peduli awan yang mencoba sembuhkan hatimu
Tak peduli tubuhmu bergetar merindukan kehangatan
Lalu awan mencari matahari untuk menghangatkanmu
Ia kecilkan tetes hujan hingga rintiknya berkilau karena mentari
Ia sematkan pelangi yang melingkar indah di sudut cakrawala
Tersenyum tanpa beban
Melangkah bersama tujuan
Itulah yang terjadi setelah kau saksikan indahnya sapuan warna pelangi di angkasa
Setelah hatimu mencair awan pun berbisik,
"Jangan pernah bersedih di bawah hujan
Menangislah saat kamu ingin menangis, sepertiku
Tapi tersenyumlah setelahnya, bangkitlah secepatnya
Tak perlu malu dan sembunyi dibawah tangisku
Ingat! Tidak selamanya hujan sendirian
Ia punya mentari sebagai sahabat
Jadilah seperti mereka.
Kala luka hatimu datang,
Menangislah seperti hujan jika ingin
Tapi kuatlah seperti mentari
sepanas apa pun masalah, tetaplah bersinar
Rasakanlah.. hidupmu akan lebih indah seperti pelangi.."
Awan pun pergi meninggalkanmu
Hujan reda
Kamh masih tersenyum seolah paham akan bisiknya seraya bergumam,
"Ya. Aku baik-baik saja sekarang"
Rose
Shoot You
Shoot You
by : Melin
Genre : Fantasy, friendship, Romance, etc. *typo bertebaran
Selamat membaca :)
"Nembak" adalah keberanian terbesar bagi seorang cewek. Yuka Reina nembak untuk yang pertama kali. Dan ditolak!
Yuka Reina baru saja ditolak seorang cowok populer di sekolahnya. Karena kecewa, sepulang dari sekolah dia hanya berbaring di kamar asramanya sambil menangis. Bagaimana dia bisa menerima kata-kata dingin yang tidak sama sekali ingin didengar dari orang yang disukainya? Dia sungguh menyesal atas tindakan bodohnya. Dengan segenap tenaganya yang masih tersisa setelah berjam-jam menangis, Yuka berusaha bangun dari ranjang sambil menghapus air matanya dan merapikan rambut yang sudah berantakan menutupi wajahnya. Isaknya terhenti saat mendengar kamarnya diketuk seseorang.
"Aku pulaaang.."ucap siswi cantik berseragam sekolah dengan barang bawaan penuh di kedua tangannya. Dia sangat kaget melihat teman sekamarnya bermuka kusut dan berpipi sembab.
"Sena.. Aku sangat patah hati."ujar Yuka lirih dengan nada putus asa.
"Yuka?? Siapa yang mencampakkanmu begini? Ceritakan saja padaku."tanya Sena yang langsung memeluk sahabatnya setelah meletakkan barang bawaannya.
"Aku.. ditolak Yama Ozora."jawab Yuka menangis sesenggukan.
"Sudahlah.. Biar ku hajar laki-laki tidak punya perasaan itu. Akan kubereskan. Jangan sedih lagi ya.."hibur Sena seraya mengusap punggung sahabatnya.
**
(flash back)
Bel pulang berbunyi. Para murid mengemasi bukunya dan keluar satu per satu. Hanya Yama saja yang masih tinggal di kelasnya. Dengan santai, Yama mengeluarkan baju basket dari tasnya dan berniat pergi ke ruang ganti. Sesaat sebelum keluar kelas tiba-tiba seorang siswi muncul.
"Hai.. Aku Yuka Reina. Aku penggemar beratmu sejak lama. Bahkan sebelum Yama masuk klub basket. Aku.. aku mencintai Yama Ozora.."ucap Yuka dengan nada tertahan tapi pasti. Tangannya menyodorkan kertas biru muda yang dilipat bentuk hati untuk Yama, tanpa berani menatap orang yang disukainya.
"Kamu?? Apa kamu yang selalu mengirim kertas yang sama seperti ini?"tanya Yama dengan nada kaget sambil mengambil kertas dihadapannya. Yuka hanya mengangguk pelan.
"Tolong jangan cintai aku. Aku tidak ingin kamu merasa diberi harapan palsu. Mungkin kamu mencintai orang yang salah, Yuka Reina."jawab Yama dengan nada dingin tanpa dosa.
"Aku tidak pernah merasa diberi harapan palsu, aku hanya jatuh cinta. Maaf jika menurutmu jatuh cinta itu salah.."sela Yuka yang berusaha tegar menahan air mata.
"Kalau begitu simpan saja cintamu."balas Yama singkat sambil melenggang pergi.
Untuk pertama kalinya Yuka memberanikan diri menyatakan cinta duluan dan ditolak secara menyakitkan.
(flash back end)
**
Lapangan basket masih ramai dengan anggota klub yang tengah beristirahat seusai latihan. Yama duduk dan meluruskan kakinya, kemudian meneguk air mineralnya hingga separuh. Disebelahnya duduklah seorang anggota klub yang tak lain adalah Hiroshi, sahabat sekaligus teman sekamar di asramanya.
"Hey,sobat. Hari ini parah sekali latihanmu. Apa karena tadi siang kamu baru saja menolak si misterius bersurat biru Yuka Reina?" ledek Hiroshi sambil terkekeh.
"Apa urusanmu?"tanya Yama masih dengan nada dingin.
"Maaf. Aku tak sengaja melihatmu menolaknya..hehe. Atau mungkin tidak terlalu buruk jika dia jadi milikku saja."pinta Hiroshi sedikit bercanda.
"Ambil saja."tantang Yama.
"Baiklah. Aku pasti mendapatkan Yuka yang manis igtu. Lihat saja nanti."kata Hiroshi sambil mengedipkan mata kirinya lalu meninggalkan Yama.
**
Yuka tengah sibuk dengan tugas di meja kelasnya. Tidak ada niat untuk keluar meski dia tau sudah saatnya jam istirahat. Dari pintu kelas terdengar suara asing memanggilnya.
"Hey, siapa yang bernama Yuka Reina?"tanya cowok yang ternyata adalah Hiroshi sambil mencari-cari orang yang dituju. Setelah menemukan orang yang dicari dan memastikannya, dia menuju bangku Yuka. Sorakan para siswi dikelasnya semakin riuh saat salah satu anggota klub basket tampan itu menarik Yuka keluar kelas dan kemudian berhenti di taman belakang sekolah.
"Maaf, sebenarnya ada apa ini?"tanya Yuka penasaran.
"Tidak ada. Aku hanya ingin menghiburmu setelah kamu ditolak kemarin."jawab Hiroshi sambil tertawa kecil.
"Apa?? Kamu melihatku?" Yuka kaget dengan pernyataan Hiroshi.
"Tidak usah malu. Aku sering melihat Yama menolak cewek. Hanya saja kamu ditolak dengan cara yang berbeda." ucap Hiroshi terang-terangan tentang sahabatnya.
"Ditolak tetap saja ditolak. Lagian aku tak mungkin pantas bersamanya. Aku akan melupakan perasaanku."ungkap Yuka berusaha menghibur diri dan tersenyum kecil ke arah Hiroshi.
"Mana bisa gadis polos seperti Yuka melupakan cintanya begitu saja. Sudahlah.. akui saja perasaanmu. Kamu bisa menemuiku kapan saja jika kamu butuh informasi tentang Yama. Oke?" tawar Hiroshi sambil mengedipkan matanya dan kemudian pergi.
"Aku sudah bertekad mundur. Apa mungkin dia serius mengatakan ini semua?" gumam Yuka dalam hati.
**
Sena bergegas menemui Yama saat melihatnya hanya sendirian di lapangan basket seusai latihan.
"Hallo.. Maaf mengganggu waktumu."sapa Sena singkat.
"Ada apa lagi ketua cheers? Jam latihan sudah selesai."jawab Yama yang tak suka kedatangan Sena.
"Ini diluar cheers. Dengarlah. Aku tau kamu salah satu cowok paling diburu oleh para siswi. Tapi, bisakah kamu membedakan mana orang yang tulus dan tidak? Setidaknya, tolaklah cinta mereka dengan perasaan." cecar Sena tanpa basa-basi.
"Apalah arti menerima cinta jika aku tidak punya rasa yang sama." sanggah Yama yang berniat meninggalkan lapangan.
"Tunggu.Kemarin kamu baru saja nolak Yuka. Aku tau dia sangat berjuang untuk mendapatkanmu, apalagi saat dia nekat untuk menyatakan cinta duluan. Cuma cowok tidak peka yang tidak menghargai perasaan orang lain. Kamu pasti akan menyesal." ancam Sena yang kini berlalu. Yama hanya menghela nafas panjang.
**
Sepulang latihan basket, Yama langsung pulang ke asrama. Setibanya disana dia sudah mendapati Hiroshi sudah berpakaian rapi lengkap dengan jaket bergaya maskulin.
"Hei, sobat. Aku mau menemani seseorang sore ini. Jaga dirimu baik-baik ya.." ucap Hiroshi setengah bergurau.
"Semoga berhasil."jawab Yama singkat.
"Pasti akan sangat menyenangkan jika Yuka datang ke pesta temannya bersamaku.Daaah.."ucap Hiroshi yang buru-buru pergi. Mata Yama terbelalak saat sahabatnya menyebut nama Yuka. Dia tidak menyangka sahabatnya begitu mudah meluluhkan hati perempuan sedangkan dia hanya bisa menyakiti hati perempuan karena terlalu sering menolak mereka.
**
Seiring berjalannya waktu, Yuka mulai melupakan sakit hatinya. Apalagi dia punya sahabat sebaik Sena dan teman sebaik Hiroshi .
Dari sudut kantin terlihat Yuka dan Hiroshi sedang asik mengobrol sambil bercanda kecil. Bahkan mereka terlihat sangat akrab.Yama yang melihatnya hanya berspekulasi mungkin sahabatnya baru saja jadian dengan Yuka, gadis malang yang iya tolak.
Setelah melihat ada perempuan cantik disebelah Yama, Yuka juga semakin yakin kalau dirinya memang tidak pantas bersama Yama.
**
Semenjak sering melihat Hiroshi bersama Yuka, Yama jadi sering menjauh dari sahabatnya itu. Di asrama pun dia lebih memilih diam.
"Yama, apa kamu cemburu melihatku bersama Yuka Reina?" goda Hiroshi sesaat sebelum tidur.
"Sama sekali tidak." jawab Yama sambil terus memainkan ponselnya.
"Akhir-Akhir ini kamu malas bicara denganku. Kukira kamu marah karena aku merebut Yuka mu."ledek Hiroshi yang kemudian menutup kepalanya dengan bantal.
"Aku hanya muak kamu selalu menggodaku." jawab Yama yang juga mulai berbaring.
**
Jam ekstrakurikuler berakhir, semua murid bergegas keluar dari ruangan. Yuka masih sibuk dengan karyanya. Sayang sekali teman-temannya pulang duluan karena tidak mau menunggu Yuka lebih lama lagi menyelesaikan tugas karya ilmiahnya. Setengah jam kemudian dia pun keluar ruangan.
Ada yang menarik perhatian Yuka saat ia lewat di samping lapangan basket. Suara pantulan bola dan sesuatu yang jatuh itu tidak seperti biasa. Yuka berlari saat melihat seseorang tergeletak tepat dibawah ring.
"Hey..!! Apa yang terjadi?"teriak Yuka mendekati cowok yang mengaduh pelan.
"Yama??Bertahanlah!"teriak Yuka saat menyadari hidung orang yang dikenalnya mengeluarkan darah. Yuka juga berteriak meminta tolong barangkali masih ada murid yang belum pulang. Tapi tidak ada seorang pun yang datang.
Dengan segenap tenaganya Yuka mendirikan setengah tubuh Yama yang masih terpejam lemah hingga terduduk. Dia lalu memapahnya ke tepi dekat ring dan menyenderkannya di dinding pembatas. Dengan cepat Yuka mengambil tissue basah di tasnya dan menyeka pelan darah yang keluar dari hidung Yama.
"Tolong minumlah air mineral ini. Mungkin akan membuatmu lebih baik."perintah Yuka sambil menyodorkan botol minum miliknya. Yama hanya bisa memegang lemah botol itu dan Yuka akhirnya membantunya minum.
"Suhu tubuhmu panas sekali. Apa yang kamu rasakan? Apa kamu merasa pusing?"tanya Yuka bertubi-tubi. Dia masih terlihat cemas.
"Ya. Sangat pusing."jawab Yama dengan nada pelan.
"Kumohon minumlah obat demamku. Aku tidak bisa menggendongmu jadi kuharap kamu bisa sembuh sekarang juga."kata Yuka yang kembali mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dia menyuapi Yama dengan kue bekal makan siangnya dan kemudian memimumkan obat demam yang sudah 2 hari ini diminumnya.
"Duduk rilekslah.. semoga jadi lebih baik."perintah Yuka sambil mengemasi tempat makan dan obatnya, lalu duduk di samping Yama. Beberaa menit kemudian Yama tertidur dan lama-kelamaan kepalanya menyender di bahu Yuka.
"Gawat! Aku lupa kalau obat ini bikin ngantuk. Aduh bagaimana ini?" Yuka mulai panik. Bagaimana kalau dia tertidur sampai malam? . Yuka meletakkan tasnya di lantai untuk membaringkan Yama yang tertidur pulas. Sudah setengah jam. Dia belum juga bangun. Begitu menyadari tubuh Yama menjadi dingin, Yuka menutup tubuh Yama dengan jaket yang ditemukannya tergeletak di atas tas Yama. Tidak lama setelah itu Yama terbangun dan mencoba duduk.
"Apa aku sudah tertidur lama?"tanya Yama sambil membenarkan duduknya.
"Sudah sekitar setengah jam. Maaf membuatmu tertidur karena obat demamku. Aku lupa efek sampingnya."kata Yuka merasa bersalah.
"Justru aku yang berterimakasih. Itu sudah cukup bagus. Setidaknya aku bisa istirahat sejenak setelah semalam tidak tidur."ungkap Yama sambil nyengir pelan.
"Heh? Apa yang kamu lakukan semalaman? Apa itu pekerjaan yang sangat penting?"tanya Yuka yang kaget sekaligus penasaran.
"Hanya tidak bisa tidur. Semacam insomnia."jawab Yama sekenanya. Dia tidak mau memberitau yang sesungguhnya.
"Tadi tanganmu sangat dingin. Ini pakailah aromatherapy milik temanku yang kupinjam tadi pagi. Semoga jadi hangat."ujar Yuka bak mama kepada anaknya yang sedang sakit. Yama meraih benda di genggamam Yuka tapi benda itu jatuh. Tapi tiba-tiba..
"Yang kurasakan dingin hanya disini. Tapi setelah Yuka datang dan menolongku semuanya jadi hangat."ucap Yama dengan jujur seraya meletakkan tangan Yuka tepat di detak jantungnya. Ada yang berdesir saat Yuka merasakan debaran jantung ditangannya. Detak jantung itu semakin cepat hingga Yuka bisa merasakan detak jantungnya sendiri.
"Apa.. apa yang kamu bicarakan?"tanya Yuka yang masih gugup dengan apa yang sedang terjadi.
"Semalam.. Pikiranku kacau karena memikirkanmu. Setelah melihat Yuka sangat dekat dengan Hiroshi aku jadi sangat cemburu. Maaf. Karena aku telah menolakmu dengan sangat dingin. Aku hanya tidak ingin orang yang mencintaiku akhirnya terluka karena merasa diberi harapan palsu. Karena merasa diabaikan dan dinomor duakan dengan hobiku yang sudah mendarah daging. Aku hanya tidak ingin mengulangi sakit hati yang sama seperti setahun yang lalu.
Tapi, kupikir Yuka sangat berbeda. Kamu tidak pernah menyerah walaupun surat-suratmu tidak pernah kubalas. Tidak pernah putus asa walau tidak pernah kurespon. Tapi bodohnya, aku masih menyia-nyiakanmu dan menganggap semua perempuan itu sama. Hingga saat dimana kamu menyatakan cintamu, aku belum bisa menjawab dengan kata hatiku karena aku sangat gugup sekaligus takut kamu akan tersakiti karena hobiku. Bagiku, cewek polos seperti Yuka menyatakan cinta duluan adalah keberanian yang luar biasa. Dan surat berisi penyemangat itu sebenarnya sudah kulihat dari pertama saat kamu meletakkannya di loker miliku. Aku masih menyimpannya. Tapi maaf aku tak bisa membalasnya. Dan bagiku, jawaban yang pantas kamu terima setiap mengirim surat ada di sini. Di hatiku yang masih dingin. Aku.. mencintai Yuka Reina."papar Yama panjang lebar dengan segenap tenaga yang belum pulih seraya tersenyum tulus.
"Yama sangat jahat! Dengan mudahnya kamu berbohong padaku dan berlagak dingin."gerutu Yuka kesal sambil memukul-mukul Yama sekenanya. Pipinya mulai basah dan sembab.
"Maaf. Aku hanya tidak pandai dalam urusan perasaan. Tapi percayalah aku menolak banyak cewek karena hanya tertarik pada Yuka. Jadilah milikku. Tetaplah bersamaku..Jadi jangan menangis lagi. Tersenyumlah.." tambah Yama sambil menghapus air mata Yuka.
"Aku juga mencintai Yama Ozora.."ucap Yuka yang kini mulai tersenyum.
Setelah kondisi Yama membaik, Yuka mengantarkannya sampai pintu gerbang asrama.
"Terimakasih banyak dokter cintaku.."ucap Yama sebelum masuk asrama sambil tersenyum tulus. Yuka yang melihatnya jadi meelting saat melihat senyum cowok cool itu hanya ditujukan padanya.
Saat tiba di kamar asrama, Hiroshi melihat Yama dengan tatapan penuh selidik.
"Ada urusan apa sampai sesore ini?"tanya Hiroshi penasaran.
"Tidak ada."jawab Yama singkat. "Aku sedang berlatih menyatakan cinta untuk Yuka. Apa kamu bersedia membantu?"tawar Hiroshi sambil memegangi selembar kertas.
"Tidak boleh!" ucap Yama tiba-tiba.
"Oh.. Jadi kamu baru saja menerima cintanya??"tanya Hiroshi setengah kaget.
"Tidak. Akulah yang menyatakan cinta."jawab Yama.
"Syukurlah.Usahaku untuk membuatmu cemburu akhirnya tidak sia-sia. Selamat sobat. Maaf aku ikut campur urusan pribadimu. Aku hanya ingin kamu tidak membohongi perasaanmu."kata Hiroshi sambil menepuk bahu sahabatnya. Yama tersenyum atas kepedulian sahabatnya itu.
***
Sena tengah mondar mandir menunggu Yuka yang tak kunjung pulang. Kekawatiran itu sirna setelah Yuka menampakkan dirinya.
"Yuka... apa yang membawamu sampai setelat ini?"tanya Sena cemas. Ia membantu Yuka membawakan tas bekal dan meletakkannya di meja.
"Aku baru saja ditembak Yama Ozora. Dia mencintaiku."jawab Yuka sambil memeluk sahabatnya itu.
"Selamat sahabatku.. akhirnya perasaanmu terbalaskan. Dan usahaku memakinya habis-habisan ternyata tidak sia-sia."ungkap Sena sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Maaf.. aku memakinya dan bilang kalau Yama tidak punya perasaan. Haha peace.."celetuk Sena sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Yuka hanya tertawa lepas mendengar ucapan sahabatnya.
"Terimakasih, Tuhan.. untuk cinta dan sahabat yang selalu hadir untukku.."gumam Yuka dalam hati.
~The End~
by : Melin
Genre : Fantasy, friendship, Romance, etc. *typo bertebaran
Selamat membaca :)
"Nembak" adalah keberanian terbesar bagi seorang cewek. Yuka Reina nembak untuk yang pertama kali. Dan ditolak!
Yuka Reina baru saja ditolak seorang cowok populer di sekolahnya. Karena kecewa, sepulang dari sekolah dia hanya berbaring di kamar asramanya sambil menangis. Bagaimana dia bisa menerima kata-kata dingin yang tidak sama sekali ingin didengar dari orang yang disukainya? Dia sungguh menyesal atas tindakan bodohnya. Dengan segenap tenaganya yang masih tersisa setelah berjam-jam menangis, Yuka berusaha bangun dari ranjang sambil menghapus air matanya dan merapikan rambut yang sudah berantakan menutupi wajahnya. Isaknya terhenti saat mendengar kamarnya diketuk seseorang.
"Aku pulaaang.."ucap siswi cantik berseragam sekolah dengan barang bawaan penuh di kedua tangannya. Dia sangat kaget melihat teman sekamarnya bermuka kusut dan berpipi sembab.
"Sena.. Aku sangat patah hati."ujar Yuka lirih dengan nada putus asa.
"Yuka?? Siapa yang mencampakkanmu begini? Ceritakan saja padaku."tanya Sena yang langsung memeluk sahabatnya setelah meletakkan barang bawaannya.
"Aku.. ditolak Yama Ozora."jawab Yuka menangis sesenggukan.
"Sudahlah.. Biar ku hajar laki-laki tidak punya perasaan itu. Akan kubereskan. Jangan sedih lagi ya.."hibur Sena seraya mengusap punggung sahabatnya.
**
(flash back)
Bel pulang berbunyi. Para murid mengemasi bukunya dan keluar satu per satu. Hanya Yama saja yang masih tinggal di kelasnya. Dengan santai, Yama mengeluarkan baju basket dari tasnya dan berniat pergi ke ruang ganti. Sesaat sebelum keluar kelas tiba-tiba seorang siswi muncul.
"Hai.. Aku Yuka Reina. Aku penggemar beratmu sejak lama. Bahkan sebelum Yama masuk klub basket. Aku.. aku mencintai Yama Ozora.."ucap Yuka dengan nada tertahan tapi pasti. Tangannya menyodorkan kertas biru muda yang dilipat bentuk hati untuk Yama, tanpa berani menatap orang yang disukainya.
"Kamu?? Apa kamu yang selalu mengirim kertas yang sama seperti ini?"tanya Yama dengan nada kaget sambil mengambil kertas dihadapannya. Yuka hanya mengangguk pelan.
"Tolong jangan cintai aku. Aku tidak ingin kamu merasa diberi harapan palsu. Mungkin kamu mencintai orang yang salah, Yuka Reina."jawab Yama dengan nada dingin tanpa dosa.
"Aku tidak pernah merasa diberi harapan palsu, aku hanya jatuh cinta. Maaf jika menurutmu jatuh cinta itu salah.."sela Yuka yang berusaha tegar menahan air mata.
"Kalau begitu simpan saja cintamu."balas Yama singkat sambil melenggang pergi.
Untuk pertama kalinya Yuka memberanikan diri menyatakan cinta duluan dan ditolak secara menyakitkan.
(flash back end)
**
Lapangan basket masih ramai dengan anggota klub yang tengah beristirahat seusai latihan. Yama duduk dan meluruskan kakinya, kemudian meneguk air mineralnya hingga separuh. Disebelahnya duduklah seorang anggota klub yang tak lain adalah Hiroshi, sahabat sekaligus teman sekamar di asramanya.
"Hey,sobat. Hari ini parah sekali latihanmu. Apa karena tadi siang kamu baru saja menolak si misterius bersurat biru Yuka Reina?" ledek Hiroshi sambil terkekeh.
"Apa urusanmu?"tanya Yama masih dengan nada dingin.
"Maaf. Aku tak sengaja melihatmu menolaknya..hehe. Atau mungkin tidak terlalu buruk jika dia jadi milikku saja."pinta Hiroshi sedikit bercanda.
"Ambil saja."tantang Yama.
"Baiklah. Aku pasti mendapatkan Yuka yang manis igtu. Lihat saja nanti."kata Hiroshi sambil mengedipkan mata kirinya lalu meninggalkan Yama.
**
Yuka tengah sibuk dengan tugas di meja kelasnya. Tidak ada niat untuk keluar meski dia tau sudah saatnya jam istirahat. Dari pintu kelas terdengar suara asing memanggilnya.
"Hey, siapa yang bernama Yuka Reina?"tanya cowok yang ternyata adalah Hiroshi sambil mencari-cari orang yang dituju. Setelah menemukan orang yang dicari dan memastikannya, dia menuju bangku Yuka. Sorakan para siswi dikelasnya semakin riuh saat salah satu anggota klub basket tampan itu menarik Yuka keluar kelas dan kemudian berhenti di taman belakang sekolah.
"Maaf, sebenarnya ada apa ini?"tanya Yuka penasaran.
"Tidak ada. Aku hanya ingin menghiburmu setelah kamu ditolak kemarin."jawab Hiroshi sambil tertawa kecil.
"Apa?? Kamu melihatku?" Yuka kaget dengan pernyataan Hiroshi.
"Tidak usah malu. Aku sering melihat Yama menolak cewek. Hanya saja kamu ditolak dengan cara yang berbeda." ucap Hiroshi terang-terangan tentang sahabatnya.
"Ditolak tetap saja ditolak. Lagian aku tak mungkin pantas bersamanya. Aku akan melupakan perasaanku."ungkap Yuka berusaha menghibur diri dan tersenyum kecil ke arah Hiroshi.
"Mana bisa gadis polos seperti Yuka melupakan cintanya begitu saja. Sudahlah.. akui saja perasaanmu. Kamu bisa menemuiku kapan saja jika kamu butuh informasi tentang Yama. Oke?" tawar Hiroshi sambil mengedipkan matanya dan kemudian pergi.
"Aku sudah bertekad mundur. Apa mungkin dia serius mengatakan ini semua?" gumam Yuka dalam hati.
**
Sena bergegas menemui Yama saat melihatnya hanya sendirian di lapangan basket seusai latihan.
"Hallo.. Maaf mengganggu waktumu."sapa Sena singkat.
"Ada apa lagi ketua cheers? Jam latihan sudah selesai."jawab Yama yang tak suka kedatangan Sena.
"Ini diluar cheers. Dengarlah. Aku tau kamu salah satu cowok paling diburu oleh para siswi. Tapi, bisakah kamu membedakan mana orang yang tulus dan tidak? Setidaknya, tolaklah cinta mereka dengan perasaan." cecar Sena tanpa basa-basi.
"Apalah arti menerima cinta jika aku tidak punya rasa yang sama." sanggah Yama yang berniat meninggalkan lapangan.
"Tunggu.Kemarin kamu baru saja nolak Yuka. Aku tau dia sangat berjuang untuk mendapatkanmu, apalagi saat dia nekat untuk menyatakan cinta duluan. Cuma cowok tidak peka yang tidak menghargai perasaan orang lain. Kamu pasti akan menyesal." ancam Sena yang kini berlalu. Yama hanya menghela nafas panjang.
**
Sepulang latihan basket, Yama langsung pulang ke asrama. Setibanya disana dia sudah mendapati Hiroshi sudah berpakaian rapi lengkap dengan jaket bergaya maskulin.
"Hei, sobat. Aku mau menemani seseorang sore ini. Jaga dirimu baik-baik ya.." ucap Hiroshi setengah bergurau.
"Semoga berhasil."jawab Yama singkat.
"Pasti akan sangat menyenangkan jika Yuka datang ke pesta temannya bersamaku.Daaah.."ucap Hiroshi yang buru-buru pergi. Mata Yama terbelalak saat sahabatnya menyebut nama Yuka. Dia tidak menyangka sahabatnya begitu mudah meluluhkan hati perempuan sedangkan dia hanya bisa menyakiti hati perempuan karena terlalu sering menolak mereka.
**
Seiring berjalannya waktu, Yuka mulai melupakan sakit hatinya. Apalagi dia punya sahabat sebaik Sena dan teman sebaik Hiroshi .
Dari sudut kantin terlihat Yuka dan Hiroshi sedang asik mengobrol sambil bercanda kecil. Bahkan mereka terlihat sangat akrab.Yama yang melihatnya hanya berspekulasi mungkin sahabatnya baru saja jadian dengan Yuka, gadis malang yang iya tolak.
Setelah melihat ada perempuan cantik disebelah Yama, Yuka juga semakin yakin kalau dirinya memang tidak pantas bersama Yama.
**
Semenjak sering melihat Hiroshi bersama Yuka, Yama jadi sering menjauh dari sahabatnya itu. Di asrama pun dia lebih memilih diam.
"Yama, apa kamu cemburu melihatku bersama Yuka Reina?" goda Hiroshi sesaat sebelum tidur.
"Sama sekali tidak." jawab Yama sambil terus memainkan ponselnya.
"Akhir-Akhir ini kamu malas bicara denganku. Kukira kamu marah karena aku merebut Yuka mu."ledek Hiroshi yang kemudian menutup kepalanya dengan bantal.
"Aku hanya muak kamu selalu menggodaku." jawab Yama yang juga mulai berbaring.
**
Jam ekstrakurikuler berakhir, semua murid bergegas keluar dari ruangan. Yuka masih sibuk dengan karyanya. Sayang sekali teman-temannya pulang duluan karena tidak mau menunggu Yuka lebih lama lagi menyelesaikan tugas karya ilmiahnya. Setengah jam kemudian dia pun keluar ruangan.
Ada yang menarik perhatian Yuka saat ia lewat di samping lapangan basket. Suara pantulan bola dan sesuatu yang jatuh itu tidak seperti biasa. Yuka berlari saat melihat seseorang tergeletak tepat dibawah ring.
"Hey..!! Apa yang terjadi?"teriak Yuka mendekati cowok yang mengaduh pelan.
"Yama??Bertahanlah!"teriak Yuka saat menyadari hidung orang yang dikenalnya mengeluarkan darah. Yuka juga berteriak meminta tolong barangkali masih ada murid yang belum pulang. Tapi tidak ada seorang pun yang datang.
Dengan segenap tenaganya Yuka mendirikan setengah tubuh Yama yang masih terpejam lemah hingga terduduk. Dia lalu memapahnya ke tepi dekat ring dan menyenderkannya di dinding pembatas. Dengan cepat Yuka mengambil tissue basah di tasnya dan menyeka pelan darah yang keluar dari hidung Yama.
"Tolong minumlah air mineral ini. Mungkin akan membuatmu lebih baik."perintah Yuka sambil menyodorkan botol minum miliknya. Yama hanya bisa memegang lemah botol itu dan Yuka akhirnya membantunya minum.
"Suhu tubuhmu panas sekali. Apa yang kamu rasakan? Apa kamu merasa pusing?"tanya Yuka bertubi-tubi. Dia masih terlihat cemas.
"Ya. Sangat pusing."jawab Yama dengan nada pelan.
"Kumohon minumlah obat demamku. Aku tidak bisa menggendongmu jadi kuharap kamu bisa sembuh sekarang juga."kata Yuka yang kembali mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dia menyuapi Yama dengan kue bekal makan siangnya dan kemudian memimumkan obat demam yang sudah 2 hari ini diminumnya.
"Duduk rilekslah.. semoga jadi lebih baik."perintah Yuka sambil mengemasi tempat makan dan obatnya, lalu duduk di samping Yama. Beberaa menit kemudian Yama tertidur dan lama-kelamaan kepalanya menyender di bahu Yuka.
"Gawat! Aku lupa kalau obat ini bikin ngantuk. Aduh bagaimana ini?" Yuka mulai panik. Bagaimana kalau dia tertidur sampai malam? . Yuka meletakkan tasnya di lantai untuk membaringkan Yama yang tertidur pulas. Sudah setengah jam. Dia belum juga bangun. Begitu menyadari tubuh Yama menjadi dingin, Yuka menutup tubuh Yama dengan jaket yang ditemukannya tergeletak di atas tas Yama. Tidak lama setelah itu Yama terbangun dan mencoba duduk.
"Apa aku sudah tertidur lama?"tanya Yama sambil membenarkan duduknya.
"Sudah sekitar setengah jam. Maaf membuatmu tertidur karena obat demamku. Aku lupa efek sampingnya."kata Yuka merasa bersalah.
"Justru aku yang berterimakasih. Itu sudah cukup bagus. Setidaknya aku bisa istirahat sejenak setelah semalam tidak tidur."ungkap Yama sambil nyengir pelan.
"Heh? Apa yang kamu lakukan semalaman? Apa itu pekerjaan yang sangat penting?"tanya Yuka yang kaget sekaligus penasaran.
"Hanya tidak bisa tidur. Semacam insomnia."jawab Yama sekenanya. Dia tidak mau memberitau yang sesungguhnya.
"Tadi tanganmu sangat dingin. Ini pakailah aromatherapy milik temanku yang kupinjam tadi pagi. Semoga jadi hangat."ujar Yuka bak mama kepada anaknya yang sedang sakit. Yama meraih benda di genggamam Yuka tapi benda itu jatuh. Tapi tiba-tiba..
"Yang kurasakan dingin hanya disini. Tapi setelah Yuka datang dan menolongku semuanya jadi hangat."ucap Yama dengan jujur seraya meletakkan tangan Yuka tepat di detak jantungnya. Ada yang berdesir saat Yuka merasakan debaran jantung ditangannya. Detak jantung itu semakin cepat hingga Yuka bisa merasakan detak jantungnya sendiri.
"Apa.. apa yang kamu bicarakan?"tanya Yuka yang masih gugup dengan apa yang sedang terjadi.
"Semalam.. Pikiranku kacau karena memikirkanmu. Setelah melihat Yuka sangat dekat dengan Hiroshi aku jadi sangat cemburu. Maaf. Karena aku telah menolakmu dengan sangat dingin. Aku hanya tidak ingin orang yang mencintaiku akhirnya terluka karena merasa diberi harapan palsu. Karena merasa diabaikan dan dinomor duakan dengan hobiku yang sudah mendarah daging. Aku hanya tidak ingin mengulangi sakit hati yang sama seperti setahun yang lalu.
Tapi, kupikir Yuka sangat berbeda. Kamu tidak pernah menyerah walaupun surat-suratmu tidak pernah kubalas. Tidak pernah putus asa walau tidak pernah kurespon. Tapi bodohnya, aku masih menyia-nyiakanmu dan menganggap semua perempuan itu sama. Hingga saat dimana kamu menyatakan cintamu, aku belum bisa menjawab dengan kata hatiku karena aku sangat gugup sekaligus takut kamu akan tersakiti karena hobiku. Bagiku, cewek polos seperti Yuka menyatakan cinta duluan adalah keberanian yang luar biasa. Dan surat berisi penyemangat itu sebenarnya sudah kulihat dari pertama saat kamu meletakkannya di loker miliku. Aku masih menyimpannya. Tapi maaf aku tak bisa membalasnya. Dan bagiku, jawaban yang pantas kamu terima setiap mengirim surat ada di sini. Di hatiku yang masih dingin. Aku.. mencintai Yuka Reina."papar Yama panjang lebar dengan segenap tenaga yang belum pulih seraya tersenyum tulus.
"Yama sangat jahat! Dengan mudahnya kamu berbohong padaku dan berlagak dingin."gerutu Yuka kesal sambil memukul-mukul Yama sekenanya. Pipinya mulai basah dan sembab.
"Maaf. Aku hanya tidak pandai dalam urusan perasaan. Tapi percayalah aku menolak banyak cewek karena hanya tertarik pada Yuka. Jadilah milikku. Tetaplah bersamaku..Jadi jangan menangis lagi. Tersenyumlah.." tambah Yama sambil menghapus air mata Yuka.
"Aku juga mencintai Yama Ozora.."ucap Yuka yang kini mulai tersenyum.
Setelah kondisi Yama membaik, Yuka mengantarkannya sampai pintu gerbang asrama.
"Terimakasih banyak dokter cintaku.."ucap Yama sebelum masuk asrama sambil tersenyum tulus. Yuka yang melihatnya jadi meelting saat melihat senyum cowok cool itu hanya ditujukan padanya.
Saat tiba di kamar asrama, Hiroshi melihat Yama dengan tatapan penuh selidik.
"Ada urusan apa sampai sesore ini?"tanya Hiroshi penasaran.
"Tidak ada."jawab Yama singkat. "Aku sedang berlatih menyatakan cinta untuk Yuka. Apa kamu bersedia membantu?"tawar Hiroshi sambil memegangi selembar kertas.
"Tidak boleh!" ucap Yama tiba-tiba.
"Oh.. Jadi kamu baru saja menerima cintanya??"tanya Hiroshi setengah kaget.
"Tidak. Akulah yang menyatakan cinta."jawab Yama.
"Syukurlah.Usahaku untuk membuatmu cemburu akhirnya tidak sia-sia. Selamat sobat. Maaf aku ikut campur urusan pribadimu. Aku hanya ingin kamu tidak membohongi perasaanmu."kata Hiroshi sambil menepuk bahu sahabatnya. Yama tersenyum atas kepedulian sahabatnya itu.
***
Sena tengah mondar mandir menunggu Yuka yang tak kunjung pulang. Kekawatiran itu sirna setelah Yuka menampakkan dirinya.
"Yuka... apa yang membawamu sampai setelat ini?"tanya Sena cemas. Ia membantu Yuka membawakan tas bekal dan meletakkannya di meja.
"Aku baru saja ditembak Yama Ozora. Dia mencintaiku."jawab Yuka sambil memeluk sahabatnya itu.
"Selamat sahabatku.. akhirnya perasaanmu terbalaskan. Dan usahaku memakinya habis-habisan ternyata tidak sia-sia."ungkap Sena sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Maaf.. aku memakinya dan bilang kalau Yama tidak punya perasaan. Haha peace.."celetuk Sena sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Yuka hanya tertawa lepas mendengar ucapan sahabatnya.
"Terimakasih, Tuhan.. untuk cinta dan sahabat yang selalu hadir untukku.."gumam Yuka dalam hati.
~The End~
Langganan:
Postingan (Atom)