Pretty Ghost
Cerpen ini dibuat waktu masih kelas XII (tugas dari guru bahasa Indonesia). Selamat membaca... :)
Suasana hati Rena benar-benar carut mrut saat itu. Bagaimana
tidak, dia telah menghilangkan ponsel baru milik sahabatnya, Airin. Dia
benar-benar merutuki dirinya sendiri yang begitu lalai dengan ponsel yang dia
pinjam. Saat jam istirahat tadi, Rena dipanggil Bu Heva, guru bahasa Indonesia
yang sedang mencari para siswa yang dianggapnya berbakat untuk mengikuti lomba
muikalisasi puisi untuk mewakili sekolah. Begitu melihat Bu Heva di pintu
kelanya Rena langsung menemui beliau. Makanan ringan dan minuman dingin yang
baru saja dibelinya di tinggal begitu saja di meja kelasnya. Setelah urusan
dengan Bu Heva selesai, bel masuk berbunyi. Rena baru ingat bahwa ponsel yang
dipinjamnya belum dikembalikan pada Airin. Dia benar-benar lupaa menaruh ponsel
itu sepulang dari kantor tadi. Perasaannyajadi makin kacau saat Airin meminta
ponselnya kembali. Begitu marhnya Airin saat tau ponsel miliknya hilang. Dia
menuntut Rena untuk mencarinya sampai ketemu dengan cara apa pun.
Ruang kelas XII IPS5 menjadi riuh setelah bel pulang berbunyi.
Mereka semua sedang mengeluarkan tas mereka di meja masing-masing. Buku, alat
tulis perlenkapan pribadi, ponsel, dan dompet semuanya tergeletak di atas meja.
Rena mulai memeriksa meja teman sekelasnya satu per satu, namun barang yang
dicarinya tidak juga ketemu. Satu demi satu teman sekelasnya pulang. Begitu pun
dengan Airin yang sangat marah atas kelalaian sahabatnya itu. Sekarang hanya
ada Dian, Rio, Cika, dan Revan yang masih menemani Rena memeriksa meja-meja
kelas. Sebagai sahabatnya mereka turut bersedih dan menghibur Rena yang sempat
menangis. Rena sangat tak enak hati dengan Airin. Seumur-umur Rena baru membuat
sahabatnya marah seserius itu.
Setelah ponsel yang dicari Rena tidak juga ketemu di laci-laci
kelasnya, dia menyuruh empat sahabatnya untuk pulang terlebih dahulu. Dia
bermaksud mencarinya ke sekeliling tempat yang dia datangi hari ini di sekitar
sekolah. Kantin, toilet, perpustakaan, teras kelas , taman , tangga, dan
halaman sekolah telah ditelusuri dengan teliti, namun ponsel itu belum juga
ketemu. Tibaah Rena di teras gudang sekolah. Begitu kagetnya dia saat mendengar
tangis memecah kesunyian di dalam gudang tersebut. “Siapayang ada di gudang?”
teriak Rini khawatir seraya mengetuk pintu gudang. Dia pikit itu adalah
tangisan Airin. Bulu kuduk Rena mulai meriding tatkala mendengar
geraman-geraman aneh dari dalam gudang. Dia yang bermaksud membuka pintu gudang
itu langsung lari terbirit- birit menuju halaman depan sekolah. Beberapa siswa yang masih ada di halaman hanya menata
heran Rena yang terus berlari ketakutan hingga pintu gerbang selokahnya. Dia
mulai menenangkan perasaannya dan menganggap itu hanyalah halusinasi belaka.
Malam ini Rena hanya terpaku pada pponsel Airin yang telah di
hilangkannya. Bagaimana caranya dia bisa menemukan ponsel tersebut dan jika
memumngkinkan dia akan akan menggantikannya dengan yang baru. Tiba-tiba pitu
ruang tamu diketuk oleh seseorang. Kedengarannya itu suara anak laki-laki
sebaya Rena. Dia segera menuju ruang tamu untuk membuka pintu. Tidak ada
siapa-siapa. Rena melihat sekeliling halaman rumahnya yang tidak begitu luas.
Dia melihat bayangan putih yang mulai mendekatinya. Rena sangat terperanjat
melihat penampakan menakutkan yang diduganya adalah kuntilanak, mendekat
padanya dengan jarak 1 meter. Saking ketakutan melihat hantu di hadapannya, dia
tidak bisa berteriak, lidahnya kelu. Sadar bahwa ayah dan ibunya sedang
berkunjung ke rumah nenek, Rena hanya bisa menagis tak bersuara karena tidk
dapat berteriak minta tolong. Kini dia terduduk lemas setelah melihat betapa
menakutkannya wajah hantu itu saat tertawa menyeringai khas kuntilanak di
film-film horror Indonesia. Rena hanya bisa menangis dan metutup wajahnya. Dia
pasrah jika hantu itu akan menghabisi nyawanya. Namun hantu itu tiba-tiba
melepas wig dan baju putihnya di depan Rena yang masih menutup wajahnya. Hantu
menakutkan itu segera menghapus make-up menyeramkan di wajahnya. Berubahlah
hantu menyeramkan itu menjadi gadis cantik sebaya Rena. “AHAHA... emang enak
dikerjain...??”ledek gadis cantik itu. Rena memberanikan diri untuk melihat
siapa yang berbicara. “Kyaaaa hantunya berubah jadi Airin!” terik Rena sambil
berusaha lari ke dalam rumah. Dengan segera Airin menarik tangan Rena untuk
mencegahnya kabur. ‘Bodoh! Aku Airin sahabatmu” gerutu Airin sambil menahan
tawa. Rena tetap tidak percaya apa yang dikatan Airin. Dia mengira bahwa hantu
itu berubah menjadi sahabatnya. “Aku Airin... Masuk akal ngga, ada hantu pakai
sandal terus jalannya napak ke tanah. Hantu kan jalannya terbang...
hahaha”kelakar Airin yang masih meyakinkan Rena.
Dari samping rumah Rena, tampaklah segerombolan orang bertopi ulang tahun. Cika berjalan
paling depan membawa kue ulang tahun dengan lilin merah yang menyala. Revan
membawa kado-kado dan Rio meniup terompet. Mereka terus menyanyi lagu selamat
ulang tahun menuju teras rumah Rena. “Happy sweet seventeen, Rena....sukses
selalu” ucap mereka semua. Rena yangtadi sangat ketakutan langsung tertawa dan
memukuli Airin yang sempat mengerjainya hingga menagis. “Jahat....! kalian
semua membuatku jantungan”keluh Rena ambil menahan tawa. “Kyahaha... mana ada
hantu pakai jam tangan, pakai sandal. Plus jalan kaki napak ke tanah”jawab Rio
cekikikan.
Mereka merayakan ulang tahun di ruang tamu rumah Rena. Ketegangan
yang terjadi beberapa menit yang lalu kini menjadi kelakar dan canda tawa
hangat 5 sahabat. Ternyata dari tadi siang Rena dikerjai oleh
sahabat-sahabatnya. Dari mulai ponsel Airin yang hilang, hantu di gudang
sekolah dan hantu kuntilanak, itu semua hanya akal-akalan mereka. Setelah
mendengr penjelasan tersebut, Rena tertawa lebar dan menyalahkan dirinya yang
kurang teliti dan berfikir logis mengenai kejadian yang dialaminya hari ini.
By : Melin Kudo